Dekranas Dorong Regenerasi Perajin yang Terus Melambat
Dekranas mendorong regenerasi perajin yang menurun dalam beberapa tahun ini. Produksi kerajinan menjadi penopang ekonomi sekaligus melestarikan kesenian dan kebudayaan. Kerajinan juga melahirkan pengusaha di daerah.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Dewan Kerajinan Nasional mendorong regenerasi perajin yang terus menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Produksi kerajinan menjadi penopang ekonomi sekaligus melestarikan kesenian dan kebudayaan di berbagai daerah di Indonesia. Kerajinan juga melahirkan pengusaha-pengusaha di daerah.
Hal itu menjadi benang merah puncak perayaan Hari Ulang Tahun Ke-43 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di Santika Premiere Dyandra Hotel and Convention dan Lapangan Benteng, Medan, Selasa (16/5/2023). Kegiatan dihadiri Ibu Negara Nyonya Iriana Joko Widodo yang juga Pembina Dekranas, Ketua Umum Dekranas Wury Estu Handayani Ma’ruf Amin, anggota Oase Kabinet Indonesia Maju, dan para pengurus Dekranas dari berbagai daerah.
”Di hari yang istimewa ini, saya mengucapkan selamat hari ulang tahun ke-43 Dewan Kerajinan Nasional tahun 2023. Saya resmikan pembukaan pelatihan wirausaha baru Dekranas tahun 2023,” kata Iriana. Ibu Negara lalu meninjau beberapa stan kerajinan serta usaha mikro kecil dan menengah di Lapangan Benteng.
Wury mengatakan, jumlah perajin di sejumlah daerah di Indonesia terus berkurang. Tidak banyak anak-anak muda yang mau terjun ke dunia kerajinan. Hal ini membuat tidak ada yang menggantikan perajin-perajin yang sudah sepuh.
Karena itu, Dekranas menjadikan pelatihan dan pembinaan perajin sebagai program utama mereka. Pada 2020 sampai 2023, Dekranas telah melaksanakan pelatihan dengan jumlah peserta sebanyak 5.694 orang. ”Dekranas terus melakukan kegiatan untuk menciptakan wirausahawan baru. Wirausahawan baru tercipta, perajin berjaya,” kata Wury.
Wury menyebut, Dekranas dibentuk pada 3 Maret 1980 untuk mendukung pemasaran produk kerajinan di berbagai daerah di Indonesia. Saat ini, pemasaran produk kerajinan didukung oleh digitalisasi. Berbagai pelatihan, pembinaan, pemberian bantuan modal kerja, promosi, dan pemasaran terus dilakukan Dekranas.
Dekranas terus melakukan kegiatan untuk menciptakan wirausahawan baru.
Wali Kota Medan Bobby A Nasution mengatakan, sebagai tuan rumah puncak perayaan HUT Ke-43 Dekranas, dia berharap produk kerajinan di Medan dan sekitarnya terus berkembang. ”Kerajinan juga kami harapkan menjadi motor penggerak ekonomi di daerah,” kata Bobby.
Rosion Marbun (37), perajin ulos di Galeri Ulos Sianipar, Medan, mengatakan, kerajinan tangan menghidupi dia dan keluarganya sejak dia tamat sekolah. Dia menjadi perajin ulos dengan menggunakan alat tenun bukan mesin. ”Ibu saya juga dulu adalah perajin ulos. Saya tahu teknik bertenun ulos dari ibu saya,” kata Rosion.
Rosion menyebut, dia mendapat upah yang cukup baik, yakni Rp 100.000 sampai Rp 120.000 per lembar ulos, tergantung ukuran dan motifnya. Dalam sehari, dia bisa menyelesaikan 1,5 lembar ulos. Penghasilannya sebagai perajin menjadi pemasukan utama di keluarganya.
Rosion menyebut, regenerasi perajin ulos memang menjadi persoalan saat ini. Di Galeri Ulos Sianipar, ada sekitar 54 perajin ulos. Mereka kesulitan mencari perajin baru untuk bertenun ulos. ”Perajin tidak seperti bekerja di pabrik yang bisa dilatih beberapa hari. Perajin itu butuh belajar dan berlatih terus-menerus untuk mendapat kualitas yang bagus. Ada unsur kesenian sehingga membutuhkan orang yang mempunyai minat,” tutur Rosion.
Sebelumnya, saat menjadi pembicara dalam rangkaian acara HUT Dekranas di Universitas Sumatera Utara, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki menyebut, bidang kerajinan diharapkan bisa menambah pengusaha di Indonesia yang saat ini 3,47 persen dari total penduduk.
Syarat minimum untuk menjadi negara maju, jumlah pengusahanya minimal 4 persen dari jumlah penduduk. Indonesia sebenarnya punya 64,2 juta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) atau sekitar 23 persen dari jumlah penduduk. Namun, yang tergolong pengusaha (entrepreneur) hanya 3,47 persen.