Lomba Purwarupa Mobil Reaksi Kimia
Indonesia Chemical Reaction Car Competition 2023 oleh mahasiswa teknik kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember diharapkan terus mendorong kreativitas dalam rancang bangun purwarupa mobil reaksi kimia untuk energi baru.
Sebanyak 15 tim mahasiswa teknik kimia dari sembilan kampus beradu kreativitas dalam Indonesia Chemical Reaction Car Competition (ICRCC) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Jawa Timur, Jumat-Minggu atau 12-14 April 2023.
Hasilnya, tim tuan rumah Spektronics 23 menjadi juara. Urutan selanjutnya ialah Atom Nawasena dari Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Veloxymic 4.0 dari Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung, Superheteam 2.0 dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, dan Pocalunar dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
Anugerah most eco friendly dan best presentation diraih oleh tim tuan lainnya yakni Spektronics 24. Superheteam 2.0 UAD menyabet penghargaan best videoprofile dan most consistent. Adapun best poster diraih oleh Veloxymic 5.0 Itenas.
Baca juga: 15 Tim dari Sembilan Kampus Bersaing dalam Kompetisi Mobil Prototipe Reaksi Kimia
Menurut Ketua Pelaksana ICRCC 2023 Qurratul Ain Farahiyah, kegiatan ini tahunan sebagai bagian dari rangkaian Chemical Engineering Innovation Festival (Chernival) oleh kepanitiaan dari mahasiswa mahasiswi teknik kimia ITS. Tahun ini menjadi warsa kedua kompetisi dengan jenama ICRCCC. Sebelum 2022, kegiatan bernama Indonesia Chem-E-Car Competition atau ICECC.
”Kompetisi bertujuan mendorong kreativitas mahasiswa terutama teknik kimia untuk merancang dan menjalankan mobil prototipe berbahan reaksi kimia,” kata Farah. Dari kegiatan itu diharapkan dapat terus berkembang kontribusi positif kampus dalam pengembangan riset energi baru sekaligus aspek keselamatan dan keamanan.
Lihatlah misalnya Superheteam 2.0. Mobil-mobilan itu dirakit dari badan tripleks atau kayu lapis, rangka logam, sistem penggerak pegas, roda fiber dan karet, dan bahan bakar reaksi kimia hidrogen peroksida (H202) dan katalis. Beratus-ratus percobaan di kampus menghasilkan sesuatu yang mengagumkan yakni most consisten. Dalam lomba di lintasan pada Sabtu, Superheteam 2.0 mendapat nilai 94,66 dan 94,52.
Baca juga: Spektronics ITS Siap Pertahankan Gelar di Amerika Serikat
Bagaimana mengukurnya? Lomba diadakan di Gedung Robotika ITS. Arena lomba berlangsung di lantai keramik atau ubin. Setelah pengundian, ”mobil” harus berjalan dan berhenti otomatis dalam arena berbentuk trapesium sama kaki dengan panjang lintasan tengah 10 meter.
Ada zona toleransi sepanjang 1,5 meter. Jika mobil tidak bergerak atau berhenti di luar arena, maka mendapat nilai 0 atau diskualifikasi. Tim diberi dua kali percobaan dimana pemenang lomba ditentukan dari capaian tertinggi.
Kompetisi bertujuan mendorong kreativitas mahasiswa terutama teknik kimia untuk merancang dan menjalankan mobil prototipe berbahan reaksi kimia.
Setiap tim diberi waktu 3 menit untuk mobil ditaruh di lintasan sampai berhenti sesuai harapan sehingga mendekati nilai sempurna 100. Mobil bergerak karena bahan bakar reaksi larutan kimia dimana mayoritas tim menggunakan hidrogen peroksida. Mobil harus bergerak mendekati titik pertemuan garis vertikal dan horizontal. Lokasi berhenti mobil kemudian diukur besaran kesalahannya (error) terhadap titik tadi.
Dalam lomba itu, nilai tertinggi diraih oleh mobil Veloxymic 4.0 yakni 98,73 pada percobaan kedua. Di percobaan pertama, mobil ini mendapat nilai tinggi juga, yakni 93,43. Namun, karena selisih hasilnya cukup lebar sehingga tidak mendapat anugerah most consistent. Capaian mengagumkan lainnya diraih mobil juara yakni Spektronics 23 yang mendapat nilai 96,78 dan 98,30.
Di luar lomba lintasan, penilaian suatu tim juga didapat dari presentasi dan penghitungan emisi. Di kategori ini, Spektronics 24 berjaya dengan mendapat most eco friendly dan best presentation berdasarkan hasil penilaian tim juri, yakni Erna Astuti (UAD), Wong Voon Loong (Heriot-Watt University Malaysia), dan Hamzah Fansuri (ITS).
Baca juga: ITS Menjuarai Kompetisi Internasional
Kreativitas
Ketua Superheteam 2.0 Abdul Aziz mengatakan, melalui ratusan percobaan dan penghitungan untuk menghasilkan prototipe mobil yang diharapkan. Tahun ini, tim memakai kayu lapis bukan plastik atau fiber seperti sebelumnya.
”Niat kami bahwa mobil bisa dirancang berbahan ramah lingkungan,” kata Aziz. Untuk mencapai lomba di Surabaya, tim menyiapkan dokumen berupa rancang bangun dan presentasi mobil yang dikirim ke panitia. Tim juga mengirim video yang memperlihatkan bahwa mobil itu bisa berjalan setidaknya 5 meter. Panitia memeriksa dan menilai bahwa suatu tim layak untuk datang ke Surabaya.
Aziz melanjutkan, untuk menggerakkan mobil digunakan hidrogen peroksida sebanyak 9,6 mililiter dengan katalis 10 mililiter. Reaksi kimia larutan itu menghasilkan gas bertekanan tinggi 4,8 psi sehingga membuat mobil bergerak dan berhenti setelah jarak tertentu. ”Ratusan kali dicoba, dihitung, diukur sampai kami mendapatkan hasil yang diinginkan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Tim Balapan Cakra Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Afif Mahrus Ali mengatakan, kampus mengirim tim terbanyak dengan harapan dapat bersaing dengan tim-tim elite terutama tuan rumah yang langganan juara. ”Pada hakikatnya, kegiatan ini bermanfaat bagi kami untuk mempraktikkan ilmu sekaligus berbagi pengalaman dengan teman-teman,” katanya.
Namun, di hari lomba, kinerja mobil masih kurang memuaskan. Balapan Cakra mendapat nilai 83,18 di percobaan pertama. Di percobaan kedua, mereka memperbaiki capaian sehingga mendapat nilai 93,34. ”Ada faktor amat kecil yang mungkin terlewat dari kami sehingga di percobaan pertama mobil berhenti agak jauh dari harapan,” ujar Ali,
Meski begitu, capaian Balapan Cakra lebih baik daripada tim saudara, yakni Balapan Arjuna, yang mobilnya ngadat di dua percobaan sehingga hanya mendapat nilai 0. Balapan Akira mendapat nilai 65,92 dan 67,58.
Dilihat dari kegiatannya dan dengan segala tantangan dan kendala terutama yang dihadapi oleh tim-tim peserta, ICRCC bukan sekadar lomba mobil melainkan memompa kreativitas tim untuk berpikir, membuat presentasi, rancang bangun, dan mengoperasikan purwarupa. Kompetisi yang seakan main-main sepatutnya menghasilkan sesuatu yang bukan main terutama pengembangan energi baru untuk keberlangsungan hidup spesies manusia.