43 Tahun Dekranas, Momentum Lahirkan Pengusaha Nasional
Hari Jadi Ke-43 Dekranas momentum melahirkan pengusaha nasional. Bidang kerajinan diharapkan menambah jumlah pengusaha Indonesia yang saat ini 3,47 persen. Perguruan tinggi didorong melahirkan pengusaha baru.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki (tengah) meninjau stan usaha mikro, kecil, dan menengah seusai menjadi pembicara dalam dialog bertajuk ”Entrepreneur Hub”, di Universitas Sumatera Utara, Medan, Senin (15/5/2023).
MEDAN, KOMPAS — Hari Jadi Ke-43 Dewan Kerajinan Nasional menjadi momentum melahirkan para perajin yang jadi pengusaha nasional. Bidang kerajinan diharapkan bisa menambah pengusaha di Indonesia yang saat ini berjumlah 3,47 persen dari total penduduk. Perguruan tinggi didorong terus melahirkan pengusaha baru.
”Syarat minimum untuk menjadi negara maju, jumlah pengusahanya minimal 4 persen dari jumlah penduduk. Ini yang harus kita kejar,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki saat menjadi pembicara dalam dialog bertajuk ”Entrepreneur Hub” di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, Senin (15/5/2023).
Dialog itu bagian dari perayaan Hari Jadi Ke-43 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di Medan. Ibu Negara, yang juga Pembina Dekranas, Iriana Joko Widodo dijadwalkan hadir dalam acara puncak di Lapangan Benteng, Medan, Selasa (16/5/2023).
Teten menyebut Indonesia sebenarnya mempunyai 64,2 juta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) atau sekitar 23 persen dari jumlah penduduk. Namun, yang tergolong pengusaha (entrepreneur) hanya 3,47 persen.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki (ketiga dari kanan) dan Wali Kota Medan Bobby A Nasution (kedua dari kanan) berdialog dengan mahasiswa dalam dialog bertajuk ”Entrepreneur Hub”, di Universitas Sumatera Utara, Medan, Senin (15/5/2023).
Karena itu, kata Teten, Presiden Joko Widodo meminta untuk terus mencetak pengusaha baru. ”Saya dan beberapa menteri lain ditugaskan Presiden untuk mencetak satu juta pengusaha baru agar Indonesia bisa menjadi negara maju,” kata Teten.
Teten mengatakan, Presiden meminta agar pengusaha disiapkan dari kalangan terdidik, antara lain dari perguruan tinggi. Mahasiswa dan sarjana-sarjana didorong untuk menekuni dunia usaha sejak dari kampus. Persaingan global sekarang dimenangi orang-orang yang punya inovasi dan kreativitas.
”Sekarang eranya anak-anak kampus,” kata Teten.
Dalam dialog itu, Teten mengajak berdialog di atas panggung para mahasiswa yang sejak di kampus sudah mulai berbisnis. Ada yang berbisnis kerajinan dari bahan ulos, pertanian hidroponik, warung kopi, hingga usaha makanan.
Dia mendorong mahasiswa-mahasiswa Medan tidak hanya berfokus untuk menjadi pegawai di perusahaan swasta atau aparatur sipil negara. Mereka diajak menjadi pengusaha.
Teten mengatakan, sebagai kota metropolitan, peluang memulai bisnis di Medan cukup besar. Medan mempunyai pasar yang cukup besar. Medan juga punya sejarah sebagai sebuah kota yang dibangun dari bisnis.
”Kalau kita baca sejarah Kota Medan, ada 3.800 pekebun dari Eropa bikin kebun tembakau di Sumut dan hasilnya diekspor ke Eropa. Mulai dari kereta api, kantor pos, bank, pusat bisnis, dan segala macam, dulu yang membangun itu bisnis tembakau,” kata Teten.
Teten mengemukakan, Medan punya sejarah panjang sebagai kota bisnis. Hingga kini bisnis di Kota Medan menjadi salah satu penopang ekonomi nasional.
Jasmine Meilani, mahasiswa Program Studi Teknik Industri USU, mengatakan merintis usaha membuat kerajinan tas, dompet, dan produk lain dari bahan ulos sejak awal masuk kuliah di tahun 2021.
”Bagi saya, kalau mau jadi pebisnis harus dimulai sejak kuliah. Kalau memulai setelah tamat dari kampus, orientasinya lebih ke mencari kerja,” kata Jasmine.
Jasmine menambahkan, dia menjual produknya secara daring melalui media sosial atau lapak daring. Dengan begitu, dia lebih fleksibel mengelola bisnis dan bisa menyesuaikan dengan waktu kuliah.
Dengan harga produk dari Rp 50.000 sampai Rp 300.000, dia mendapat omzet Rp 3 juta sampai Rp 10 juta per bulan. ”Pasar terbesar kami adalah membuat suvenir untuk acara-acara pemerintah atau perusahaan,” kata Jasmine.
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Stan usaha mikro, kecil, dan menengah dalam dialog bertajuk ”Entrepreneur Hub”, di Universitas Sumatera Utara, Medan, Senin (15/5/2023).
Wali Kota Medan Bobby A Nasution mengatakan, rangkaian kegiatan Hari Jadi Ke-43 Dekranas di Medan menjadi pendorong pertumbuhan usaha kerajinan di Medan. Para pengusaha rintisan di Medan punya kreativitas dan inovasi yang maju.
Namun, mereka punya keterbatasan terhadap akses pasar dan modal. ”Karena itu, banyak pengusaha rintisan di Medan harus ke Jakarta, Bandung, atau Yogyakarta dulu agar punya akses yang lebih baik,” kata Bobby.
Untuk mendukung UMKM, kata Bobby, Pemerintah Kota Medan akan membangun plaza UMKM. Plaza tersebut dibangun untuk menampung para pelaku UMKM dari Medan dan sekitarnya.