KKB di Pegunungan Bintang Masih Sandera Empat Warga Sipil
KKB masih menyandera dua pekerja pembangunan menara BTS bersama dua warga di Distrik Okbab, Pegunungan Bintang, hingga Minggu. Pemda setempat dan tokoh agama masih bernegosiasi dengan KKB demi membebaskan para sandera.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Empat warga sipil disandera kelompok kriminal bersenjata di Distrik Okbab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, hingga Minggu (14/5/2023). Dua orang merupakan pekerja menara telekomunikasi dan dua lainnya warga setempat.
Identitas keempat sandera tersebut adalah Asmar, Feryan Airlangga, Peas Kulka, dan Senus Lepitalem. Masih diawasi kelompok kriminal bersenjata (KKB), mereka tinggal di gereja bersama tokoh agama di Okbab.
Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri mengatakan, sejauh ini para tokoh agama telah berhasil membujuk KKB untuk melepaskan para sandera. Dua sandera, Asmar dan Feryan, yang terluka bacok sudah dirawat di puskesmas setempat.
”Perwakilan dari Pemda Pegunungan Bintang bersama tokoh agama di Okbab akan menjalin komunikasi dengan kelompok itu. Mereka masih berupaya menyelamatkan dan membawa para sandera ke Oksibil, ibu kota Pegunungan Bintang, pada Minggu ini,” papar Mathius.
Staf Khusus Bupati Pegunungan Bintang Gabriel Goa menambahkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan berbagai pihak. Semua dilakukan demi membebaskan para sandera. Direncanakan semua bisa dibebaskan pada hari ini.
Insiden ini bermula saat Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Pegunungan Bintang Alverus Sanuari tiba di Lapangan Terbang Okbab, Jumat (12/5/2023) pukul 08.50 WIT. Dia datang bersama tiga pekerja pembangunan menara base transceiver station (BTS) PT IBS dan dua warga setempat.
Kegiatan ini merupakan implementasi Program Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Akan tetapi, perjalanan mereka tidak mulus. Mereka dihadang lima anggota KKB bersenjatakan parang. Anggota KKB bahkan membacok tiga pekerja PT IBS.
Melepaskan Alverus, komplotan itu menyandera empat orang lain. Alverus diminta menyiapkan uang tebusan Rp 500 juta.
Juru Bicara Jaringan Damai Papua Yan Christian Warinussy prihatin dengan aksi KKB itu. Ia menilai hal itu rentan memprovokasi aparat keamanan untuk melakukan operasi militer demi menyelamatkan sandera.
Penyanderaan berkali-kali dilakukan KKB. Sebelumnya, KKB pimpinan Egianus Kogoya menyandera pilot pesawat Susi Air, Philip Mark Merthens, pada 7 Februari 2023 di Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Hingga kini pilot berkewarganegaraan Selandia Baru itu masih ditawan kelompok Egianus.
Ia berpendapat, hanya dialog damai antara KKB dan Pemerintah Indonesia untuk mencari jalan keluar penyelesaian konflik di Papua. Akan tetapi, Pemerintah Indonesia tak bisa membuka ruang dialog selama terjadi aksi kekerasan yang terus digencarkan KKB.
”Perbuatan mereka memicu konflik dengan aparat keamanan di Papua terus berkepanjangan. Masyarakat setempat selama ini yang selalu menjadi korban akibat konflik,” kata Yan.