Kalbar Siapkan Helikopter untuk Antisipasi Dampak El Nino
Persiapan menghadapi periode lebih kering seiring terjadinya El Nino pada Juni 2023 mulai dilakukan di Kalimantan Barat. El Nino berpotensi memicu kebakaran lahan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·2 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kalimantan Barat rentan menghadapi periode kondisi cuaca lebih kering seiring terjadinya El Nino pada Juni 2023. Kondisi itu rawan memicu kebakaran lahan, terutama di lahan gambut. Sepeda motor hingga helikopter disiapkan untuk meminimalkan dampaknya.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) telah mengeluarkan laporan pemantauan terbaru mengenai peluang El Nino pada 2023. Tim peneliti memprediksi El Nino yang bakal terjadi dalam kategori kuat sehingga dampaknya bisa lebih besar (Kompas.id, 5/5/2023).
Ketua Satuan Tugas Informasi Bencana di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalimantan Barat Daniel, Kamis (11/5/2023), menuturkan, berdasarkan informasi cuaca dan iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, sebagian besar zona musim di wilayah Indonesia memasuki musim kemarau pada April. Puncaknya diperkirakan pada Agustus.
Sejauh ini, Daniel mengatakan, pihaknya telah melakukan langkah antisipasi. Beberapa di antaranya berkoordinasi dengan BPBD di kota/kabupaten hingga patroli di kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan.
Selain itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat juga telah menetapkan status siaga darurat penanganan bencana kabut asap. Pemprov sudah mengajukan permohonan bantuan teknologi modifikasi cuaca.
Selain itu, ada juga permohonan bantuan delapan helikopter kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Semua untuk persiapan patroli dan pemadaman dari udara.
Ketua Bidang Penanggulangan Bencana Palang Merah Indonesia Kalbar Asrul Putra Nanda,menuturkan, pihaknya telah menyusun skema mengantisipasi El Nino periode Juni hingga Agustus. Patroli gabungan dengan instansi lainnya juga telah disiapkan.
”Ketika seminggu tidak ada hujan, tim akan segera bergerak ke daerah yang rawan seperti Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, terutama di sekitar bandara, dan Kabupaten Mempawah,” ujarnya.
PMI juga menyiapkan mobil tangki 5.000 kubik dan 2.000 kubik untuk mengangkut air jika nanti diperlukan untuk pemadaman. Ada juga sepeda motor untuk menjangkau lokasi yang sulit.
”Sebab, ketika kebakaran lahan, biasanya sumber air yang sulit selain jarak lokasi yang biasanya jauh. Maka, kami siapkan berbagai kendaraan,” tuturnya.
Direktur Eksekutif Walhi Kalbar Nikodemus Ale menuturkan, pemetaan wilayah rentan kebakaran hutan dan lahan harus dilakukan sejak dini. Peta itu akan membantu tim fokus memantau daerah-daerah rentan terbakar.
Selain itu, pemerintah harus segera mengimbau pemegang konsesi di area bergambut terkait potensi itu. Mereka harus memitigasi kawasan untuk meminimalkan kebakaran.