Ayam Putih untuk Tamu di Labuan Bajo
Warga menyambut KTT ASEAN dengan ayam berbulu putih sebagai simbol cinta dan ketulusan hati. Mereka pun mendapat berkah dari momentum itu.
Puluhan laki-laki yang kebanyakan lanjut usia tiba di bawah pohon beringin, Kamis (4/5/2023) malam. Gelap. Suasana hening. Mereka menyalakan lilin lalu menegakkannya di atas batu, menggelar tambakau dan nasi panas, serta memecahkan telur ayam kampung.
Jamaludi Pahu yang duduk di barisan paling depan merapal doa adat dalam bahasa lokal Manggarai selama hampir 10 menit. Syair doa bernada melankolis terus terucap sambil tangan kirinya menggendong seekor ayam berbulu putih.
Nada suara pria yang mengaku berusia 100 tahun itu kian meninggi. Klimaksnya, ia mencabut bulu ayam lalu menghambur ke arah sesajen. Doa selesai, dua pria menghampiri Jamaludi. Mereka mengambil ayam, menyembelihnya, lalu menetaskan darahnya di atas sesajen.
Seremonial adat itu berlangsung di Labuan Bajo, tepatnya halaman kantor Bupati Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Seremonial dilakukan untuk menyambut pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada 9-11 Mei 2023.
Acara adat dilakukan untuk meminta izin kepada arwah leluhur mereka yang lebih dahulu menempati daerah itu. Roh leluhur nenek moyang diyakini selalu ada dan ikut menyaksikan jalannya momentum bersejarah KTT ASEAN.
”Minta izin dengan menyapa mereka dan memberi mereka makanan,” ujar Jamaludi menggunakan bahasa daerah Manggarai.
Setiap sesajen yang diletakkan di bawah pohon beringin memiliki makna. Lilin melambangkan cahaya untuk menerangi arwah leluhur yang berada dalam kegelapan. Tembakau, nasi panas, telur ayam, dan darah ayam menjadi simbol makanan leluhur pada masa lalu. Dengan memberi makan dan meminta izin, mereka meyakini, leluhur akan merestui jalannya acara di tempat itu. Tak akan ada hambatan berarti.
”Dunia ini tidak hanya milik orang yang kelihatan, tetapi juga mereka yang tidak kelihatan. Kami percaya itu,” ujarnya.
Sementara ayam putih yang dibawa ke hadapan leluhur itu sebagai ungkapan hati mereka. Ungkapan bahwa hati mereka bersih dan penuh cinta untuk menyambut tamu yang datang. Mereka pun berjanji menjaga tamu selama di Labuan Bajo hingga kembali ke kota asal nanti.
Berkah warga
Ungkapan cinta itu tak hanya sebatas seremonial. Warga Labuan Bajo membuka rumah mereka untuk disewa tamu.
Selama momentum KTT ASEAN, kunjungan ke Labuan Bajo naik drastis. Data dari Bandar Udara Komodo, pergerakan pesawat dari yang biasanya 20 kali per hari menjadi 40 kali per hari. Jumlah penumpang yang biasanya maksimal 1.500 orang per hari naik dua kali lipat.
Akibatnya, 117 hotel dan penginapan dengan daya tampung sekitar 3.000 orang, penuh. Tamu lalu mencari homestay yang selama ini biasa disewa wisatawan. Total homestay yang terdaftar sekitar 70 rumah. Semua terisi penuh.
Tingginya permintaan mendorong banyak warga menyewakan rumah, bahkan kamar keluarga untuk tamu. Heldi Gunda Sulasti (35), ibu rumah tangga, menuturkan, mereka menyiapkan sejumlah kebutuhan yang diminta tamu. Salah satunya adalah pengadaan pendingin ruangan.
”Kamar juga kami cat ulang biar mereka nyaman,” ujarnya.
Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pendingin ruangan, tempat tidurnya, renovasi rumah, dan beberapa biaya tambahan diperkirakan sekitar Rp 15 juta. Sementara uang sewa untuk delapan orang selama lima hari di rumah itu Rp 25 juta. Artinya, Rp 625.000 per orang per malam.
Tarif sewa ini tidak berbeda jauh dengan tarif di rumah lain, bahkan ada yang jauh lebih mahal. Sekadar membandingkan, tarif kamar hotel di Labuan Bajo pada momentum KTT ASEAN ini bergerak di atas Rp 1 juta per malam.
Pada Sabtu (6/5/2023) malam, Heldi bersama suami dan anak-anaknya menyerahkan rumah mereka dipakai tamu dari Jakarta. Sementara mereka akan menginap di rumah keluarga sekitar Labuan Bajo.
”Jadi, kami serahkan kunci rumah kepada tamu,” ujarnya.
Kendati belum pernah bertemu, Heldi dan keluarga percaya penuh kepada tamu yang akan tinggal di rumah mereka. Tak ada kekhawatiran bahwa akan terjadi hal-hal buruk selama rumah dalam kendali tamu.
”Kami terima mereka dengan niat baik, jadi kami pun yakin mereka juga punya niat baik,” katanya.
Baca juga: Jelang KTT ASEAN, Kebersihan Labuan Bajo Terus Diingatkan
Percantik kota
Di sudut lain Labuan Bajo, petugas bekerja siang dan malam untuk mendandani kota berpenduduk sekitar 7.000 jiwa itu. Sejak pukul 05.30 pagi, petugas kebersihan sudah melakukan pembersihan, terutama di jalur yang banyak dilalui kepala negara dan delegasi, yakni rute dari Bandar Udara Komodo, Jalan Soekarno-Hatta, dan jalan sekitar hotel yang ditempati tamu, serta sejumlah titik persinggahan tamu.
Marsel (40), petugas kebersihan, mengatakan, mereka siaga sepanjang hari di sejumlah titik. Diperkirakan produksi sampah di kota itu akan naik hingga dua kali lipat dari bisanya yang berkisar 15 ton per hari. Ia juga berharap agar masyarakat dan pengunjung tidak membuang sampah di sembarang tempat.
Beberapa petugas juga membersihkan noda pada pot bunga yang berjejer di trotoar sejumlah ruas jalan utama. Sebagian dicat. Sisi jalan menjadi semakin berwarna dengan didirikannya 140 tiang lampu setinggi 9 meter dengan tingkat pencahayaan 100 watt. Hingga Minggu (7/5) dini hari, petugas dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) masih memasang lampu jalan itu.
Data Kemenhub menyebutkan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat telah memasang alat penerangan jalan (APJ) sebanyak 45 unit dengan rincian jalan bandara sejumlah 23 unit alat APJ dan jalan Mgr Van Beakum 22 unit APJ. Selain itu, juga pengadaan water barrier sebanyak 200 buah dan traffic cone sebanyak 100 buah yang akan diserahkan ke Dinas Perhubungan Provinsi NTT untuk mendukung pelaksanaan penerapan rekayasa lalu lintas.
”Kami juga telah membangun 3 halte yang berada di bandara, Halte Kampung Ujung, dan Halte Simpang Pede. Sementara pemasangan fasilitas keselamatan jalan telah kami siapkan rambu lalu lintas, RPPJ (rambu pendahulu petunjuk jurusan), paku jalan, APJ, delineator, dan marka guard rail. Semoga dengan dukungan ini dapat membantu kegiatan KTT ASEAN berjalan dengan lancar dan juga mempermudah mobilitas peserta selama acara berlangsung,” kata Dirjen Perhubungan Darat Hendro Sugiatno.
Masyarakat Labuan Bajo dengan penuh kegembiraan menyambut datangnya tamu. Digital banner di ruang pengambilan bagasi Bandara Komodo, misalnya, mencantumkan ucapan selamat datang dari berbagai bahasa negara peserta KTT ASEAN. Tertera pula beragam ucapan serupa, seperti Maligayang Pangdating, Saum Svakum, Kyao So Bar Tal, Chao Mung, selain tentu Welcome to Labuan Bajo.
Jumlah tamu di Labuan Bajo diperkirakan melampaui 10.000 orang, termasuk petugas keamanan dan panitia. Sementara kepala negara dan delegasi diperkirakan 500 orang. Jumlah tamu lebih banyak dari jumlah penduduk di kota itu.
Hal yang barang kali membuat warga sedikit terganggu adalah penutupan sejumlah akses jalan. Rekayasa lalu lintas di kota kecil yang minim jalan alternatif itu sangat terasa dampaknya. Warga atau tamu harus berjalan kaki hingga lebih dari 1 kilometer di bawah terik Labuan Bajo.
Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi berharap, di tengah segala keterbatasan yang ada di Labuan Bajo, para tamu dapat menikmatinya. ”Kalau ada yang tidak berkenan, tinggalkan tempat ini. Ceritakan kepada kami. Bawalah saja kesan yang baik untuk diceritakan kepada orang di luar sana,” ucapnya.
Namun, yang pasti, lanjut Endi, pemerintah dan masyarakat Labuan Bajo telah menerima kehadiran para tamu dengan hati yang tulus dan penuh cinta, sebagaimana ayam berbulu putih yang dipersembahkan kepada leluhur dalam upacara adat penyambutan. Puncak KTT ASEAN akan segera dimulai, selamat menikmati Labuan Bajo.
Baca juga: Semua Mata Tertuju ke Labuan Bajo