Sosialisasi Luas Tari Bedhaya lewat Festival Bedhayan III
Festival Bedhayan III akan digelar di Yogyakarta pada 13-14 Mei 2023. Festival dimeriahkan dengan bazar UMKM dan ”workshop” tari Bedhaya untuk para penari.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Para penari beratih tarian Bedhaya Anglir Mendung di Pura Mangkunegaran, Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (2/3/2022). Itu merupakan salah satu persiapan yang dilakukan menyambut upacara penobatan Mangkunegara X, Sabtu (12/2/2022).
YOGYAKARTA, KOMPAS — Festival Bedhayan 2023 akan digelar ketiga kalinya pada 13-14 Mei. Kali ini festival digelar di Ohmm Stay, kawasan wisata Candi Sari, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penyelenggaraan Festival Bedhayan diharapkan bisa memopulerkan tari Bedhaya secara lebih luas kepada wisatawan dan warga. Selama ini wisatawan yang datang di kawasan wisata hanya bertujuan untuk berjalan-jalan.
”Sembari berjalan-jalan dan berbelanja, masyarakat umum, termasuk pelancong, bisa menikmati suguhan pentas tari Bedhaya dan tari Bedhayan melalui tayangan televisi di area bazar,” ujar Shari Semesta Susilo, ketua pelaksana Festival Bedhayan III, Jumat (5/5/2023).
Tari Bedhaya adalah tarian klasik Jawa yang dikembangkan di kalangan istana atau keraton pewaris takhta Mataram. Adapun tari Bedhayan adalah pengembangan, kreasi baru dari tari Bedhaya, di mana inovasi atau kreasi baru yang diterapkan bisa dalam gerakan atau iringan gamelan yang digunakan.
Dalam dua kali festival sebelumnya, Festival Bedhayan digelar dengan melibatkan sepuluh kelompok tari yang menari dalam satu hari. Hal ini justru membuat penonton merasa lelah. ”Durasi tarian yang terlalu panjang justru membuat banyak penonton merasa mengantuk,” ujarnya.
Mengacu pada kondisi tersebut, maka konsep penyelenggaraan Festival Bedhayan III kali ini diubah. Pada pertunjukan tari yang digelar pada 14 Mei 2023, 12 kelompok tari akan bergantian menampilkan pentas tari dalam tiga sesi. Tiap sesi akan ditampilkan empat pentas dari empat kelompok berbeda.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Para penari berlatih tarian Bedhaya Anglir Mendung di Pura Mangkunegaran, Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (2/3/2022).
Mayoritas tari yang ditampilkan, menurut Shari, adalah tari Bedhayan dengan variasi tari yang berbeda-beda.
”Banyak kelompok menampilkan dengan variasi yang beragam, di mana sebagian tarian ada yang ditampilkan dengan semua penari laki-laki, ada yang semua penarinya adalah penari perempuan. Variasi, inovasi baru juga dilakukan pada gerakan hingga musik gamelan yang ditampilkan,” ujarnya.
Satu hari sebelumnya, Festival Bedhayan III menggelar acara workshop, bedah tari Bedhaya, yang wajib diikuti oleh 12 kelompok tari penampil. Acara ini sekaligus dilakukan sebagai persiapan agar para penari bisa menari dengan lebih baik ketika menampilkan setiap gerakan, sesuai dengan makna yang diterangkan dalam workshop.
Dalam festival itu juga digelar bazar UMKM dengan melibatkan sepuluh pelaku usaha. Keberadaan bazar ditujukan agar suasana festival lebih cair dan meriah.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Para penari beratih tarian Bedhaya Anglir Mendung di Pura Mangkunegaran, Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (2/3/2022).
Tari keraton
Dewi Sulastri, penasihat Festival Bedhayan III, mengatakan, tari Bedhaya adalah tarian keraton. Beberapa jenis tarian Bedhaya tertentu harus tampil sesuai pakem dan tidak boleh ditampilkan di luar istana. Namun, di luar jenis tarian tersebut, ada tarian Bedhaya yang juga tetap bisa disentuh dengan balutan inovasi dan kreativitas baru.
”Ada kelompok yang bahkan menampilkan tari Bedhaya dengan kombinasi iringan musik gamelan Bali,” ujarnya.
Oleh karena itu, dia pun berharap agar festival kali ini bisa benar-benar memberi pemahaman dan pembelajaran kepada masyarakat tentang tari Bedhaya.
Shari mengatakan, tari Bedhaya sebenarnya memiliki konsep sama seperti yoga, di mana menjadi seni yang menggabungkan kekuatan dari pikiran, jiwa, dan gerakan tubuh.
”Namun, berbeda dengan yoga, olahraga dari luar yang digemari dan dikembangkan banyak kalangan di Indonesia, tari Bedhaya justru kurang populer di Nusantara,” ujar Sari yang juga wakil dari Laskar Indonesia Pusaka. Laskar Indonesia Pusaka adalah komunitas generasi muda yang bergerak di bidang pelestarian seni budaya Indonesia.