Pertambangan dan Konsumsi Rumah Tangga Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Kalsel
Sektor pertambangan dan konsumsi rumah tangga menjaga perekonomian Kalimantan Selatan tetap tumbuh di atas 5 persen pada triwulan I-2023.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Sektor pertambangan dan konsumsi rumah tangga menjaga perekonomian Kalimantan Selatan tetap tumbuh di atas 5 persen pada triwulan I-2023. Tren positif pascapandemi Covid-19 atau sejak triwulan II-2021 ini tetap perlu dijaga agar terus berlanjut.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel Martin Wibisono menyampaikan, ekonomi Kalsel pada triwulan I-2023 tumbuh 5,12 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun 2022 atau secara tahunan (year-on-year). Pertumbuhan positif terjadi pada seluruh lapangan usaha.
Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah transportasi dan pergudangan 13,36 persen, diikuti pengadaan listrik dan gas yang tumbuh (11,51 persen) serta penyediaan akomodasi dan makan minum (10,33 persen). Sementara itu, pertambangan dan penggalian yang memiliki peran dominan tumbuh 5,92 persen.
”Laju pertumbuhan ekonomi triwulanan secara tahunan (year-on-year) sejak triwulan II-2022 sudah tumbuh di atas 5 persen meskipun ada perlambatan,” kata Martin saat menyampaikan berita resmi statistik secara daring di Banjarbaru, Jumat (5/5/2023).
Ia menyebutkan, perekonomian Kalsel berdasarkan besaran produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2023 mencapai Rp 63,58 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 34,74 triliun.
Struktur PDRB Kalsel menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2023 masih didominasi pertambangan dan penggalian sebesar 31,87 persen, diikuti industri pengolahan (11,19 persen), lalu pertanian, kehutanan, dan perikanan (9,91 persen).
”Pertambangan dan penggalian adalah sumber pertumbuhan tertinggi untuk pertumbuhan ekonomi Kalsel menurut lapangan usaha, yakni 1,40 persen,” ujarnya.
Sementara itu, PDRB Kalsel menurut pengeluaran ditopang komponen ekspor yang tumbuh sebesar 53,02 persen. Pertumbuhan tersebut diikuti komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (6,75 persen), serta pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (6,54 persen).
”Komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi untuk pertumbuhan ekonomi Kalsel menurut pengeluaran, yaitu 3,23 persen,” katanya.
Menurut Martin, pertumbuhan ekonomi Kalsel turut dipengaruhi fenomena perekonomian global negara mitra dagang Kalsel dan perkembangan harga komoditas di pasar global. Pada triwulan I-2023, perekonomian China tumbuh 4,50 persen, perekonomian India (4,10 persen), Jepang (1,30 persen), Malaysia (5,10 persen), dan Filipina (6,30 persen).
Di sisi lain, harga komoditas di pasar global pada triwulan I-2023 secara tahunan mengalami penurunan. Dibandingkan triwulan I-2022, harga batubara turun 2,47 persen, minyak sawit turun 38,33 persen, dan karet turun 21,54 persen.
Meskipun demikian, lanjut Martin, pada triwulan I-2023 kondisi Covid-19 sudah mereda sehingga mobilitas masyarakat meningkat. Melalui moda transportasi udara dan laut terjadi peningkatan jumlah penumpang berangkat serta barang yang dimuat. Tingkat penghunian kamar hotel berbintang dan hotel nonbintang pada Januari-Maret 2023 juga lebih tinggi dibandingkan periode Januari-Maret 2022.
”Secara tahunan, nilai ekspor Kalsel pada triwulan I-2023 juga naik lebih dari 50 persen. Sementara itu, impor naik sekitar 25 persen dibandingkan tahun 2022,” katanya.
Belanja naik
Di samping itu, ujar Martin, realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) pada triwulan I-2023 juga mengalami kenaikan untuk semua jenis belanja pegawai, barang dan jasa, serta belanja modal. Realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang tercatat di Badan Koordinasi Penanaman Modal pada triwulan I-2023 mencapai Rp 3,42 triliun atau meningkat 56,13 persen.
”Pada triwulan I-2023, perayaan besar kegiatan keagamaan juga mulai kembali dilaksanakan, seperti Haul Guru Sekumpul di Martapura, Kabupaten Banjar, serta peringatan Isra Mi’raj dan nisfu syaban di berbagai tempat,” tuturnya.
Menurut pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, Hidayatullah Muttaqin, pertumbuhan ekonomi Kalsel bisa saja tetap berada di atas 5 persen atau bahkan lebih tinggi dari capaian tahun 2022 sebesar 5,11 persen. Namun, pertumbuhan itu sangat bergantung pada beberapa kondisi hingga akhir tahun ini.
Pertama, faktor harga batubara di pasar global. Jika tidak ada guncangan besar dalam perekonomian global, permintaan energi dan harga minyak tidak jatuh, ekspor batubara Kalsel masih memainkan peranan besar dalam mengangkat pertumbuhan ekonomi.
”Pada tahun 2022, sektor pertambangan dan penggalian berkontribusi membentuk 1,37 persen dari 5,11 persen pertumbuhan ekonomi Kalsel, sedangkan pada triwulan I-2023 ini peranannya sebesar 1,40 persen dari pertumbuhan sebesar 5,12 persen,” katanya.
Kedua, inflasi terkendali. Jika tidak ada guncangan harga minyak mentah di pasar global, pemerintah tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak yang dapat memicu inflasi tinggi. Pada saat yang sama, produksi bahan pangan dan distribusi bahan kebutuhan pokok diharapkan berjalan lancar sehingga akan menjaga daya beli masyarakat.
Menurut Muttaqin, mempertahankan dan mendorong naiknya daya beli masyarakat sangat penting. Sebab, sebagian besar kegiatan ekonomi akan sangat bergantung pada permintaan agregat. Pada 2022, konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 2,48 persen untuk pertumbuhan ekonomi Kalsel sebesar 5,11 persen.
”Kunci bagi Kalsel dalam jangka pendek untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen atau bahkan lebih tinggi dari capaian tahun lalu bergantung pada situasi pasar global dan inflasi. Jika kedua faktor itu stabil, maka pertumbuhan ekonomi 2023 dapat lebih tinggi dari 2022,” katanya.