Ratusan pemuda di Jayapura, Papua, mengikuti simulasi menjadi peserta delegasi dalam sidang PBB. Kegiatan ini diselenggarakan Papua Youth Model United Nations.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Organisasi Papua Youth Model United Nations untuk pertama kali menggelar pelatihan tata sidang formal dan diplomasi dalam persidangan Perserikatan Bangsa-Bangsa, di Jayapura, Papua. Kegiatan yang diikuti 500 pemuda ini terselenggara dari Kamis hingga Sabtu (4-6/5/2023).
Dari pantauan Kompas, pembukaan pelatihan simulasi sidang konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) digelar di salah satu hotel di Kota Jayapura. Para peserta berasal dari sejumlah perguruan tinggi dan organisasi kepemudaan di Jayapura.
Sejumlah pemateri dalam pembukaan kegiatan ini, antara lain, Staf Ahli Menteri luar Negeri Bidang Hubungan Antarlembaga Muhsin Syihab dan Ketua Umum Taruna Merah Putih yang juga Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Hendrar Prihadi.
Sekretaris Jenderal Papua Youth Model United Nations (PYMUN) Mardiantika Watubun, di sela kegiatan, mengatakan, mayoritas peserta merupakan mahasiswa jurusan hubungan internasional dari sejumlah perguruan tinggi. Dalam kegiatan ini, peserta tidak hanya menggunakan bahasa Indonesia, tetapi juga bahasa Inggris.
Mardiantika memaparkan, sidang Model United Nations (MUN) merupakan simulasi sidang konferensi PBB. Para peserta MUN yang hadir berperan sebagai delegasi dari suatu negara.
Terdapat empat tema besar yang dibahas dalam simulasi sidang konferensi PBB ini yang meliputi stunting atau tengkes, akses pendidikan, kesetaraan jender, dan perubahan iklim.
”Kegiatan ini mengenalkan generasi muda Papua mengenai tata sidang formal dan diplomasi melalui sidang Model United Nations. Kegiatan ini bertujuan membuka wawasan bagi pemuda bahwa membahas berbagai tema di PBB bukanlah perkara yang mudah,” kata Mardiantika.
Muhsin Syihab mengapresiasi Papua Youth Model United Nations yang telah melaksanakan simulasi sidang PBB bagi generasi muda Papua. Ia menilai kegiatan tersebut sangat membantu Kemenlu dalam mengenalkan politik luar negeri Indonesia di dunia internasional, khususnya mengenai negosiasi multilateral.
”Kegiatan ini dapat mengasah dan mempertajam keterampilan berunding para peserta. Kemenlu berharap kegiatan ini terlaksana di Papua secara rutin,” kata Muhsin.
Sementara itu, Hendrar Prihadi berpendapat, kegiatan ini memberikan warna dan membuka cakrawala berpikir para pemuda Papua. ”Kegiatan memberikan nilai positif karena ikut menciptakan rasa cinta pada Indonesia melalui jalur diplomasi,” tambahnya.
Stevanus Yalmaf, salah satu peserta, mengaku sangat terkesan dan bangga akhirnya bisa mengikuti kegiatan simulasi sidang PBB. ”Kegiatan ini untuk melatih kemampuan berbicara di muka umum dan jiwa kepemimpinan,” ujar Stevanus.