Menanti Jalan Aspal Usai Presiden Datang
Kedatangan Presiden Joko Widodo ke Lampung pada Jumat (5/5/2023) demi meninjau jalan rusak menjadi oase bagi masyarakat yang menantikan jalan bagus selama bertahun-tahun. Selama ini, masyarakat menantikan jalan bagus.
Selama lebih dari satu dekade, masyarakat di pelosok Lampung harus berjibaku dengan jalan berlubang dan berbatu. Jalan Raya Rumbia di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, yang dijadwalkan didatangi Presiden Joko Widodo, Jumat (4/5/2023), adalah salah satu potret buruknya infrastruktur jalan di Lampung.
Kondisi jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Lampung Tengah dengan Kabupaten Tulang Bawang itu dalam kondisi rusak parah. Padahal, jalan itu menjadi akses utama untuk warga beraktivitas.
Jalan itu juga menjadi jalur vital untuk mengangkut logistik hingga komoditas pertanian, khususnya singkong. Bahkan, jalan itu juga menjadi penghubung ke salah satu sentra tambak udang Bratasena di Kabupaten Tulang Bawang.
Berdasarkan hasil pantauan Kompas, pada Rabu dan Kamis (3-4/5/2023), kerusakan parah nyaris merata di jalan sepanjang 25 kilometer mulai dari Simpang Randu-Seputih Surabaya. Jalan provinsi yang melewati enam kecamatan ini harus ditempuh dalam waktu lebih dari dua jam.
Kondisi jalan terparah tampak di Kecamatan Way Seputih hingga Kecamatan Rumbia sepanjang 10 kilometer. Di sepanjang ruas jalan ini, sebagian besar aspal jalan tidak terlihat lagi dan menyisakan batu, kerikil, dan lubang-lubang besar menganga. Sebagian jalan berlubang masih digenangi air hujan, sementara sebagian lagi sudah kering menyisakan jalan berdebu.
Sejak dua hari jelang rencana kunjungan Presiden Joko Widodo di lokasi itu, sebagian titik jalan berlubang mulai diperbaiki. Petugas menimbun lubang jalan menggunakan batu dan meratakannya dengan alat berat. Namun, masih banyak hamparan jalan rusak yang masih berlubang.
Berdasarkan data Dinas Bina Marga dan Bina Provinsi Lampung, hingga akhir tahun 2022, dari total 1.693,27 kilometer ruas jalan provinsi di Lampung, sebesar 15,6 persen jalan dalam kondisi rusak berat. Sementara 7,4 persen dalam kondisi rusak ringan.
Dampak buruk
Kondisi jalan rusak yang sudah berlangsung selama puluhan tahun ini memukul kehidupan dan perekonomian warga sekitar. Hampir 70 persen warga setempat bekerja sebagai petani singkong. Sehari-hari, hasil singkong dijual pada pemilik lapak sekitar untuk dijual keluar Rumbia.
”Singkong biasanya dijual borongan saja di kebun karena biaya ongkos angkutnya besar,” kata Gusti Nyoman (33), warga Desa Swastika Buana, Kecamatan Seputih Banyak, Lampung Tengah.
Menurut dia, harga jual komoditas singkong juga dijual dengan harga murah. Di lahannya seluas setengah hektar, harga singkong di kebun Gusti hanya dihargai Rp 8 juta. Dengan estimasi hasil singkong 12 ton, harga jual singkong petani tak lebih dari Rp 700 per kg. Harga jual singkong bisa tambah jatuh saat panen raya.
Sulis (43), pedagang bahan pokok dari Desa Bumiharjo, Kecamatan Bumi Nabung, menuturkan, ongkos ojek dari desanya ke Simpang Baru mencapai Rp 100.000. Padahal, jarak tempuh hanya sekitar 15 kilometer.
Kepala Kampung Swastika Buana Made Rimbawa menuturkan, masyarakat sebenarnya sudah lama menyuarakan perbaikan jalan, baik melalui pemerintah desa maupun pemerintah provinsi. Namun, perbaikan jalan tidak optimal. Beban jalan juga berat karena setiap hari dilalui truk-truk besar pengangkut logistik hingga singkong yang beratnya lebih dari 40 ton.
Baca juga : Presiden Joko Widodo Dijadwalkan Cek Jalan Rusak di Lampung
Hingga saat ini, masyarakat yang ingin berobat ke rumah sakit juga memilih dirujuk ke Kota Metro melalui jalan lintas timur Sumatera sejauh 60 kilometer. Hal ini lantaran akses jalan dari Seputih Banyak ke Kota Metro melalui Kota Gajah masih rusak parah hingga kini.
Beruntung, saat ini sudah ada puskesmas dan klinik swasta yang bisa melayani rawat inap sehingga masyarakat tidak perlu berobat jauh hingga ke Kota Metro.
Edimar (30), pelaku usaha di Pasar Rumbia, Lampung Tengah, juga mengeluhkan kondisi jalan yang rusak parah. Bahkan, gorong-gorong di depan toko mesin diesel miliknya juga ambles akibat diterobos oleh truk yang menghindari jalan rusak.
”Kondisi jalan rusak parah seperti ini membuat pembeli malas mampir ke toko. Biaya operasional untuk perbaikan mobil angkutan mesin juga tinggi,” katanya.
Menurut dia, setiap bulan ia harus cek rutin kondisi mobil bak terbukayang dipakai untuk mengangkut mesin pesanan konsumen. Biaya perawatan kendaraan berkisar Rp 100.000-Rp 500.000 karena berbagai komponen, khususnya per dan ban sering rusak karena melewati jalan berlubang dan berbatu setiap hari.
Kondisi jalan rusak di wilayah itu sudah berlangsung lebih dari satu dekade.
Edi menambahkan, kondisi jalan rusak di wilayah itu sudah berlangsung lebih dari satu dekade. Ia menceritakan, kondisi jalan yang rusak parah tidak berubah sejak ia kecil hingga saat ini. Ia berharap, kedatangan Presiden Joko Widodo ke Lampung Tengah benar-benar dapat membawa perbaikan jalan yang selama ini dinantikan oleh warga.
Hal serupa juga diungkapkan Lupinitius Sutrisno (50), warga Cibubur, Bogor, yang lahir dan besar di Lampung. Ia menceritakan, jalan rusak di daerah itu terjadi sejak tahun 1980-an. Bahkan, saat itu, waktu tempuh dari Kecamatan Seputih Banyak ke Kota Gajah yang hanya 20 kilometer harus ditempuh lebih dari 12 jam karena jalan rusak parah.
Anak keempat dari tujuh bersaudara itu lahir dan melanjutkan pendidikan hingga jenjang SMA di Seputih Banyak. Ia lantas memilih berkuliah dan merantau ke Jawa setelah mendapat nasihat dari pamannya.
”Jika kamu ingin maju dan sukses, kamu harus keluar dari Lampung,” ucap Lupinitius mengingat ucapan pamannya 40 tahun silam. Nasihat itu diucapkan sebagai bentuk kekhawatiran generasi muda saat itu.
Pengamat transportasi dari Institut Teknologi Sumatera IB Ilham Malik berpendapat, kerusakan jalan yang terjadi di Lampung terjadi bukan hanya karena beban jalan berlebih, tetapi karena perawatannya yang tidak optimal. Selain itu, pelaksanaan konstruksi juga tidak memperhatikan drainase yang ada di sekitarnya. Pemerintah semestinya juga membangun sistem drainase untuk mengurangi risiko kerusakan jalan.
Menurut dia, jalan rusak tidak hanya membuat ongkos transportasi menjadi mahal. Masyarakat juga menjadi tidak bisa memanfaatkan peluang di daerah yang jalannya rusak.
Ia menambakan, kunjungan Presiden Joko Widodo menjadi peringatan bahwa kondisi jalan rusak di Lampung menjadi perhatian pemerintah pusat. Ke depan, pemerintah daerah semestinya dapat lebih serius dalam melakukan pemetaan dan perbaikan jalan rusak di daerah.
Baca juga : Bakal Dikunjungi Presiden Joko Widodo, Jalan di Rumbia Masih Rusak
Sebelumnya, pada Senin (1/5/2023), Arinal bersama Bupati Lampung Tengah Musa Ahmad juga sudah meninjau jalan rusak di ruas Simpang Randu-Seputih Surabaya, tepatnya di Kecamatan Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah. Jalan rusak di wilayah itu menjadi sorotan di media sosial beberapa pekan terakhir.
Gubernur Arinal menyebut, pembangunan infrastruktur jalan menjadi salah satu prioritas pemerintah daerah. Meski demikian, alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur jalan harus dialihkan untuk penanganan pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir.
”Khusus di Kabupaten Lampung Tengah, pada tahun 2023 ini Pemerintah Provinsi Lampung akan melaksanakan pembangunan di beberapa ruas jalan yang menjadi kewenangannya, yakni Ruas Kota Gajah-Simpang Randu, Ruas Simpang Randu-Seputih Surabaya, dan Ruas Seputih Surabaya-Sadewa,” kata Arinal dalam keterangan resmi.