Cycling de Jabar 2023, Jembatan Rindu Ajang Bergengsi dan Tuntaskan Ketimpangan Antarkawasan
Cycling de Jabar lebih dari ajang balap sepeda. Selain memuaskan dahaga atlet hingga pegiat sepeda, keberadaannya diharapkan ikut mendongkrak ekonomi kawasan dan nasib orang-orang yang berjuang hidup di Jabar selatan.
Oleh
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG, MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·6 menit baca
Ajang balap sepeda Cycling de Jabar bakal kembali menarik minat banyak pesepeda dalam dan luar negeri tahun ini. Tetap ingin menjadi kawah candradimuka atlet balap sepeda, gelaran kali ini hendak terus memanggungkan potensi wisata, maritim, dan infrastruktur Jabar selatan.
Kemampuan pebalap sepeda putri Gita Widya Yunika terbukti mendominasi ajang Cycling de Jabar 2022, Geopark Ciletuh di sukabumi hingga Pantai Panglapang, Pangandaran, sejauh 367 kilometer, 27-28 Agustus. Dalam dua kompetisi yang digelar di setiap etape, Gita selalu menjadi pemenangnya untuk kategori putri.
Di kompetisi ratu tanjakan (Queen of Mountain) pada etape pertama, misalnya, dia menjadi yang terbaik dengan catatan waktu 55 menit 2 detik. Pada hari kedua, Gita lagi-lagi menjadi yang tercepat di kompetisi intermediate sprint 1 kilometer. Catatan waktunya 1 menit 41 detik.
Gita bangga dengan pencapaian itu. Namun, ia menyebut, bukan perkara mudah untuk mendapatkannya.
Saat itu dia belum paham terlalu akrab dengan rute lomba. Angin kencang dan cuaca panas terik Jabar selatan sangat menguras fisiknya.
Dia bahkan mengatakan, setelah total melahap tanjakan di etape pertama, performanya sempat turun ketika menyusuri trek mayoritas lurus di etape kedua.
Oleh karena itu, dengan segala persiapan dan pengalaman yang ia kantongi, tahun ini dia berharap hasilnya lebih mulus. Bakal menempuh rute yang sama, ia punya amunisi untuk menyusun strategi terbaik. Mulai dari membagi tenaga di setiap etape, menentukan jenis latihan, hingga menemukan setingan sepeda terbaik.
”Selain tetap berlatih long ride dan cross training seperti lari hingga renang, saya bisa menyusun strategi lebih baik. Semoga nanti bisa mendapat hasil terbaik,” kata Gita.
Tahun ini, meski rutenya serupa, pesaing Gita bakal jauh lebih banyak. Bila tahun lalu hanya 66 peserta, Cycling de Jabar 2023, menurut rencana, diikuti 160 pesepeda pada 8-9 Juli 2023. Pendaftarannya dibuka pada 4 Mei-4 Juni 2023 melalui cyclingdejabar.com.
Digagas Pemerintah Provinsi Jabar, bank bjb, dan harian Kompas, Cycling de Jabar 2023 bakal mengusung tema ”Nyambungkeun Sumanget” atau dalam bahasa Indonesia berarti menyambungkan semangat. Harapannya, semangat pemerintah, swasta, hingga warga bisa berjalan beriringan memajukan Jabar selatan melalui pariwisata olahraga.
Oleh karena itu, pesepeda tidak hanya akan diminta menguras tenaga. Mereka juga akan menjadi duta keindahan dan potensi di sepanjang jalur yang dilalui.
Sensasi bersepeda di pinggir Samudra Indonesia dan berteman air terjun di kawasan Ciletuh bakal menjadi pengalaman tidak terlupakan. Kuliner khas pantai selatan, mulai dari mata lembu hingga pindang gunung, bakal melengkapi nikmat di perjalanan.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil bahkan pernah berkata bahwa jalur sepeda di selatan mirip dengan Perancis selatan. Di sana, rute pegunungan dan lautan menjadi rumah bagi ajang sepeda paling bergengsi dunia, Tour de France.
”Jabar selatan ini mirip Perancis selatan. Oleh karena itu, kami akan konsistenkan karena ajang ini tidak hanya urusan sepeda, tetapi juga pemberdayaan ekonomi dan pariwisata. Dengan dukungan banyak pihak, Cycling de Jabar bakal mendunia,” kata Emil, sapaan akrabnya.
Potensi ekonomi dan ketangguhan manusia di sekitarnya, ujarnya, juga luar biasa. Ia mencontohkan, tambak udang di sepanjang pantai mendatangkan pendapatan hingga ratusan juta rupiah setiap bulan.
Sejauh ini, menurut Emil, komitmen pemerintah pusat mendukung pengembangan kawasan ini sudah muncul lewat Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana dan Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan. Di sana tercatat 170 program senilai Rp 392 triliun. Sebanyak 89 proyek senilai Rp 157 triliun ada di Jabar selatan. Saat semua terwujud, ketimpangan antara selatan dan utara bisa diminimalkan.
Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jabar Lutfiandi mengatakan, kawasan selatan menjadi salah satu prioritas pembangunan. Potensi utamanya ada di aspek pariwisata, agrobisnis, dan maritim. Untuk mendukung itu, Lutfiandi mengatakan, Pemprov Jabar telah membangun sarana dan prasarana infrastruktur, seperti jalan hingga jaringan digital.
”Saat dikembangkan secara bersamaan, semua dilakukan untuk meningkatkan konektivitas dan integritas wilayah, baik akses di bidang pendidikan, fasilitas kesehatan, maupun ke lapangan kerja,” katanya.
Gita sepakat dengan potensi Jabar selatan, terutama pariwisata. Sensasi itu juga yang ia cari selain mengincar jersey polkadot, simbol nomor satu. Suasana gunung dan pantai dalam satu paket membuat dia rindu untuk datang kembali.
”Saya betul-betul antusias untuk ikut lagi tahun ini. Semoga, banyak pesepeda dalam dan luar sama-sama antusiasnya seperti saya,” katanya.
Rindu ajang bergengsi
Rindu Gita juga sejalan dengan keinginan mengembalikan event besar sepeda. Pernah menjadi daerah dengan banyak ajang ternama 10-20 tahun lalu, Jabar rindu panasnya kompetisi sepeda bergengsi.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Jabar Asep Sukmana mencontohkan, dulu Jabar memiliki ajang Tour de Jabar, Tour de Java, hingga Kejuaraan Nasional Tanjakan Tangkubanparahu. Dari sana, Yusuf Kibar, Enceng Durachman, hingga Tonton Suprapto muncul ke permukaan.
”Harapannya, Cycling de Jabar menjadi pintu untuk memunculkan bakat dan menjaga prestasi pesepeda Jabar menjadi jauh lebih baik,” katanya.
Akan tetapi, Asep menyebut semuanya tidak akan melupakan daya ”magis” event olahraga untuk mengungkit potensi daerah. Ia menjamin promosi bakal jauh lebih ramai dibandingkan dengan penyelenggaraan perdana. Bakal ada pentas seni hingga pameran produk khas selatan yang ditampilkan lebih banyak.
”Bila kesempatan sebelumnya dilibatkan 200-300 peserta fun bike. Nanti ditargetkan 1.000-2.000 orang mengiringi 160 pesepeda. Mereka akan memulainya dari Parigi hingga finis di Pangandaran sejauh 26 kilometer,” katanya.
Redaktur Pelaksana Harian Kompas Adi Prinantyo mengatakan, promosi pariwisata saat ini sangat bisa dikemas lewat ajang olahraga. Dengan begitu, pesertanya terbuka datang dari berbagai kalangan dan wilayah.
Selain itu, publikasi perlombaan yang berisi keindahan panorama hingga kenyamanan layanan wisatanya sangat potensial mengundang wisatawan. Dengan begitu, tema ”Nyambungkeun Sumanget” yang diusung dalam ajang kali ini patut terus didukung banyak pihak.
”Di selatan, Cycling de Jabar sangat potensial menjadi jembatan yang menyambungkan keindahan alam di selatan dan minat wisatawan,” katanya.
Melissa Permana, Ketua Women Cycling Community (WCC) Bandung, juga merasa selaras dengan tema itu. Tema itu, katanya, sudah lama ikut serta menjaga persaudaraannya dengan 200 anggota WCC Bandung lainnya.
”Saat bersepeda, kami terbiasa menyambungkan semangat untuk menghadirkan bagi sesama anggota atau orang di sekitarnya. Bila ada yang merasa terlalu lelah mengayuh sepeda, ada banyak semangat yang diberikan kepadanya untuk tidak menyerah,” katanya.
Kesamaan visi itu juga yang ingin dia dan delapan perempuan pesepeda lainnya tularkan saat memutuskan mendaftarkan diri menjadi salah satu peserta ajang Cycling de Jabar tahun ini. Dia yakin, kelak ada banyak hal baik yang bisa disumbangkan bagi Jabar selatan lewat kehadiran mereka di sana.
”Mungkin, kami bisa melakukan dari hal yang paling kecil, seperti mempromosikannya lewat media sosial kepada banyak kalangan. Sampai jumpa Jabar Selatan,” kata Melissa semringah.
Cycling de Jabar lebih dari ajang balap sepeda. Selain memuaskan dahaga atlet hingga pegiat sepeda, keberadaannya diharapkan ikut mendongkrak ekonomi kawasan dan nasib orang-orang yang berjuang hidup di sana.