Tanggul jebol menurunkan keandalan jaringan drainase di Surabaya, Jawa Timur, sehingga setelah diguyur hujan lebat, Jumat (28/4/2023), terjadi banjir yang sempat melumpuhkan sebagian kawasan Mayjen Sungkono.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebagian wilayah Surabaya, Jawa Timur, Jumat (28/4/2023), dilanda banjir. Penyebabnya adalah jebolnya tanggul air akibat hujan deras. Kondisi itu kembali mengindikasikan kerentanan kota menghadapi bencana.
Hujan mengguyur Surabaya selepas pukul 10.00 WIB hingga hampir dua jam. Dalam waktu yang relatif singkat itu, hujan yang turun deras memicu sejumlah tanggul saluran air jebol sehingga mengakibatkan banjir.
Banjir dengan tinggi lebih dari 50 sentimeter itu merendam ruas utama menuju kawasan Surabaya barat, yakni Jalan Mayjen Sungkono. Sebagian ruas prasarana yang terendam itu memang berada di area cekungan.
Banjir diperparah dengan jebolnya tanggul di sisi utara, yakni Kembang Kuning, sehingga air malah menumpuk di kawasan Mayjen Sungkono.
Ahmad Latif (33), warga Sidoarjo yang bekerja di kawasan Mayjen Sungkono, mengatakan, banjir menghambat mobilitas di area itu selama hampir dua jam.
Kendaraan yang terjebak saat banjir tinggi akhirnya mogok. Kendaraan yang parkir di pertokoan di sebagian ruas Mayjen Sungkono yang terendam juga terimbas karena kemasukan air.
”Saya baru bisa bergerak setelah menunggu hampir dua jam, banjir surut,” kata Latif.
Situasi ini pernah terjadi saat musim hujan pada akhir 2020. Namun, ketinggian banjir saat itu tidak sampai separah pada Jumat siang.
Lalu lintas sempat lumpuh karena Mayjen Sungkono tidak bisa dilewati. Untuk mencapai Surabaya barat, kendaraan harus memutar, misalnya lewat Banyu Urip atau Gunung Sari.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Surabaya Lilik Arijanto mengatakan, kawasan Mayjen Sungkono memiliki dua jaringan pembuangan air.
Jaringan mengarah ke selatan dan terhubung dengan rumah pompa Gunung Sari. Jaringan lainnya mengarah ke utara ke wilayah Banyu Urip.
”Dari laporan petugas, mesin pompa tidak ada yang rusak. Banjir karena tanggul jebol sehingga air mengalir semua ke Mayjen Sungkono,” kata Lilik.
Tanggul jebol ada di Dukuh Kupang di utara sehingga air mengalir ke selatan ke Mayjen Sungkono.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Surabaya Dedik Irianto menyatakan, pihaknya telah mengirimkan mobil pemadam untuk penyedotan air guna mengurangi ketinggian genangan. Cara ini cukup berhasil menurunkan ketinggian banjir, tetapi memakan waktu lama atau berjam-jam.
”Satgas dari dinas lainnya juga bekerja menangani tanggul jebol sehingga, selama penanganan, jalan dan kawasan belum bisa dilewati kendaraan,” kata Dedik. Banjir tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi mengakibatkan kelumpuhan sementara pergerakan masyarakat.
Banjir yang sempat melumpuhkan aktivitas sosial ekonomi masyarakat sebenarnya beberapa kali terjadi di Surabaya, terutama di musim hujan atau ketika diguyur hujan lebat.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengakui, jaringan drainase belum andal meski anggaran lebih dari Rp 1 triliun dialokasikan untuk rehabilitasi dan pembangunan sistem saluran air.
”Mungkin masih ada yang belum terhubung atau ada gangguan kerusakan sehingga banjir masih ada,” kata Eri.
Penanganan banjir menjadi salah satu perhatian kepemimpinan Eri yang menggantikan Tri Rismaharini. Di era Risma, penanganan banjir dengan penataan, rehabilitasi, dan pembangunan sistem drainase juga mendapat perhatian besar untuk mengurangi wilayah terdampak.
Eri melanjutkan, pembangunan sistem drainase yang terhubung dan andal sedang berlangsung di 55 lokasi. Namun, pembangunan belum menjamin Surabaya benar-benar tidak banjir.
Faktor lain yang bisa menurunkan keandalan sistem drainase ialah kerusakan berupa jebolnya tanggul atau tidak optimalnya fungsi mesin pompa saat hujan deras mengguyur.