Rekreasi Saat Libur Lebaran di Ekowisata Antasan Bromo, Banjarmasin
Di kawasan Ekowisata Jembatan Antasan Bromo, warga bisa menepikan keriuhan Kota Banjarmasin dan menikmati pemandangan sungai di waktu senja.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
Libur panjang di masa Lebaran tidak selalu dimanfaatkan warga dengan rekreasi ke pantai atau pusat keramaian kota. Sebagian warga justru memilih tempat rekreasi di pinggiran Kota Banjarmasin. Di kawasan Ekowisata Jembatan Antasan Bromo, warga bisa menepi dari keriuhan kota dan menikmati pemandangan sungai di waktu senja.
Iyan (52), warga Banjarmasin, tampak terengah-engah membuntuti putra bungsunya yang berusia 6 tahun saat mereka berkeliling di kawasan Ekowisata Jembatan Antasan Bromo di Kelurahan Mantuil, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (26/4/2023) sore.
Putranya berjalan cepat menaiki tangga setinggi lebih dari 10 meter untuk sampai ke atas jembatan gantung Antasan Bromo. Sampai di atas jembatan, putranya bergegas menyeberang lewat jembatan bertipe jembatan gantung suspensi itu menuju ke Pulau Bromo, sebuah delta di antara Sungai Martapura dan Sungai Barito.
Iyan harus ekstra menjaga putranya melewati jembatan gantung sepanjang 100 meter dan lebar 2,15 meter itu karena pengendara sepeda motor juga kerap melintas. Sampai di seberang Sungai Martapura, ia berhenti untuk menarik napas sambil menyedot air dari botol minuman. ”Memang harus lebih hati-hati kalau bawa anak ke sini,” ujarnya.
Sore itu, menurut Iyan, bukanlah pertama kali bagi mereka berekreasi ke Ekowisata Jembatan Antasan Bromo. ”Sudah beberapa kali ke sini. Ini kebetulan anak masih libur dan juga pas ada keluarga dari Palangkaraya (Kalimantan Tengah) main ke Banjarmasin dalam rangka Lebaran,” katanya.
Iyan mengatakan, sudah beberapa kali membawa kerabatnya yang tinggal di luar kota Banjarmasin jalan-jalan ke daerah Ekowisata Jembatan Antasan Bromo, yang berjarak sekitar 10 kilometer (km) dari pusat kota Banjarmasin.
”Kadang bosan juga jalan-jalan ke mal atau pusat keramaian kota. Di sini, suasananya lebih tenang dan nyaman buat santai sore hari. Kita bisa menikmati suasana perkampungan dan pemandangan sungai,” tuturnya.
Kawasan Ekowisata Jembatan Antasan Bromo di Kelurahan Mantuil memang telah menjadi salah satu magnet wisata di Banjarmasin. Kawasan ekowisata yang dibangun pada 2020 itu menarik banyak orang dari pusat kota untuk datang ke daerah pinggiran kota Banjarmasin, yang menyajikan keeksotisan jembatan gantung di atas Sungai Martapura.
Dalam buku Ensiklopedia Populer Pulau-Pulau Kecil Nusantara, Kalimantan Selatan ”Antara Laut Jawa dan Selat Makassar”, nama Bromo dalam bahasa Banjar bermakna sungai kecil. Sungai kecil itu mengalirkan berkah dan manfaat bagi kaum pendatang, yang menjadikan pulau tersebut sebagai tempat singgah.
Jembatan gantung Antasan Bromo didesain berbeda dari jembatan gantung pada umumnya. Akses ke bentang jembatan dibuat melingkar layaknya wahana roller coaster. Jembatan yang diresmikan pada 4 Januari 2021 itu merupakan akses warga menuju Pulau Bromo. Sejak ada jembatan itu, warga di Pulau Bromo tidak lagi menggunakan feri.
Dalam buku Ensiklopedia Populer Pulau-Pulau Kecil Nusantara, Kalimantan Selatan ”Antara Laut Jawa dan Selat Makassar”, nama Bromo dalam bahasa Banjar bermakna sungai kecil. Sungai kecil itu mengalirkan berkah dan manfaat bagi kaum pendatang, yang menjadikan pulau tersebut sebagai tempat singgah.
Pulau Bromo memiliki luas lebih kurang 99 hektar. Masyarakat setempat membangun rumah di bantaran sungai dengan menancapkan tiang-tiang kayu ke dasar sungai sebagai penyokong rumah. Ada empat kampung di Pulau Bromo, yaitu Tanjung Pandan, Tanjung Baru, Teluk Perenjean, dan Ujung Benteng.
Dewi (28), warga Banjarmasin, menuturkan, daerah Ekowisata Jembatan Antasan Bromo seperti bukan berada di Kota Banjarmasin. ”Kita tahu Banjarmasin itu ramai, padat, dan macet. Kalau di sini, rasanya seperti bukan di kota karena sepi dan cukup jauh dari pusat kota,” katanya.
Namun, menurut dia, suasana di daerah Ekowisata Jembatan Antasan Bromo yang kontras dengan keriuhan kota itu justru menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi, pengunjung tidak perlu membayar retribusi masuk tempat rekreasi. ”Cocoklah buat tempat rekreasi di sore hari sambil menikmati sunset (matahari terbenam),” ujarnya.
Sembari menikmati pemandangan matahari terbenam, pengunjung juga bisa menyaksikan keceriaan anak-anak setempat bermain bola di bawah jembatan gantung. Sekelompok anak membagi diri menjadi dua tim. Mereka saling berhadapan dan berebut mencetak gol ke gawang, yang disusun dari beberapa sandal. Semua anak itu bermain bola dengan asyik meskipun tidak menggunakan alas kaki.
Banyak dikunjungi
Menurut Iyah (45), warga setempat yang berjualan minuman, pembangunan jembatan gantung Antasan Bromo tidak hanya memudahkan akses warga dari dan menuju Pulau Bromo, tetapi juga menghidupkan daerah di pinggiran Kota Banjarmasin itu. Daerah pinggiran yang dulunya jarang dikunjungi orang kini banyak dikunjungi orang dari daerah-daerah.
”Yang datang ke sini tidak hanya orang Banjarmasin, tetapi banyak juga orang luar kota dan orang luar Kalimantan Selatan. Ada dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan dari mana-mana,” tuturnya.
Menurut Iyah, hampir setiap hari ada orang yang berkunjung ke kawasan Ekowisata Jembatan Antasan Bromo. Mereka datang dengan menggunakan sepeda motor ataupun mobil. Sebagian lagi menggunakan bus Transbanjarmasin, layanan angkutan umum gratis dari Pemerintah Kota Banjarmasin.
”Kebanyakan pengunjung datang sore hari. Kalau pagi sampai siang, biasanya hampir tidak ada pengunjung karena cuaca di sini memang panas,” katanya.
Di masa libur Lebaran, lanjut Iyah, pengunjung kawasan Ekowisata Jembatan Antasan Bromo terlihat lebih banyak dari biasanya. Jumlah pengunjung pada hari-hari biasa bahkan hampir menyamai jumlah pengunjung saat akhir pekan. ”Sepertinya banyak orang luar kota juga,” ucapnya.
Junaidi (30), juru parkir di kawasan Ekowisata Jembatan Antasan Bromo, membenarkan adanya peningkatan kunjungan selama masa libur Lebaran. Pengunjung mulai ramai sejak H+1 Lebaran, Minggu (23/4/2023).
”Dalam sehari, sepeda motor pengunjung yang parkir bisa lebih dari 100 buah. Untuk mobil, ada puluhan buah yang keluar masuk sini,” katanya.
Menurut Junaidi, pengunjung kawasan Ekowisata Jembatan Antasan Bromo tidak dipungut retribusi masuk. Bagi yang membawa kendaraan pribadi, cukup membayar ongkos parkir Rp 2.000 untuk sepeda motor dan minimal Rp 3.000 untuk mobil. ”Orang yang pakai mobil biasanya memberi lebih dari Rp 3.000,” ujarnya.
Ia pun berpendapat, sebagian pengunjung sepertinya tidak keberatan memberi lebih untuk ongkos parkir karena tidak ada retribusi masuk kawasan ekowisata. Bagi yang jenuh dengan keriuhan kota, tidak ada salahnya menepikan diri sejenak dengan menikmati Ekowisata Jembatan Antasan Bromo.