Jumlah Kecelakaan Mudik di Jatim Sejauh Ini Menjadi yang Tertinggi
Jumlah dan fatalitas kecelakaan selama masa Lebaran di Jawa Timur tetap tinggi sehingga menuntut kesadaran semua pihak untuk mitigasi. Kecelakaan berdampak luas terhadap kelangsungan hidup yang ditinggalkan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Jumlah dan fatalitas kecelakaan di Jawa Timur selama masa angkutan Lebaran 2023 sejauh ini yang tertinggi. Pengguna jalan diminta tetap waspada.
Berdasarkan data Korps Lalu Lintas Polri, periode 17-23 April 2023 terjadi 1.457 kecelakaan dengan 189 kematian. Kasus terbanyak ada di Jatim 488 kejadian dan 25 kematian.
Selanjutnya ada Jawa Tengah dengan 320 kecelakaan dan 22 kematian. Sementara di Jawa Barat, tercatat 99 kecelakaan dengan 33 kematian.
Angka itu selaras dengan daerah asal pelaku perjalanan. Berdasarkan survei Kementerian Perhubungan, Jatim menjadi daerah terbanyak dengan 21,2 juta jiwa, Jateng (15,1 juta jiwa), Jabodetabek (18,3 juta jiwa), dan Jabar (14,9 juta jiwa).
Sementara daerah tujuan perjalanan tertinggi juga kurang lebih serupa. Sebanyak 32,7 juta jiwa menuju Jateng, Jatim (24,6 juta jiwa), dan Jabar (20,7 juta jiwa).
Jika merujuk data Polda Jatim 17-24 April, jumlah kasus dan kematian bahkan lebih besar. Tercatat 626 kecelakaan dengan 30 kematian. Jumlah kasus meningkat 10,5 persen dibandingkan dengan jangka waktu serupa tahun lalu, 560 kecelakaan dengan 42 kematian.
Tahun lalu, selama masa Lebaran, terjadi 835 kecelakaan dengan 57 kematian. ”Kami akan berusaha keras menekan kecelakaan,” kata Direktur Lalu Lintas Polda Jatim Komisaris Besar Muhammad Taslim Chairuddin di sela pemantauan arus balik, Kamis (27/4/2023).
Taslim melanjutkan, operasi yang melibatkan 19.200 petugas gabungan Polri, TNI, dan aparatur sipil negara itu tetap efektif untuk menekan kecelakaan. Delapan hari sebelum operasi dimulai, di Jatim terjadi 751 kecelakaan. Operasi dapat menekan sampai 17 persen.
Secara terpisah, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa kembali meminta warga berhati-hati di jalan. ”Keselamatan bukan sekadar tanggung jawab petugas, butuh dukungan kepatuhan masyarakat,” ujarnya.
Apalagi, kecelakaan di jalan berdampak panjang, bukan sekadar terhadap korban, melainkan juga keluarga besarnya. Kecelakaan sepeda motor di Tuban, misalnya, dialami satu keluarga. Ibu dan dua anaknya selamat, tapi ayahnya tewas.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan, kecelakaan bukan sekadar statistik atau angka-angka.
”Bagaimana masa depan istri dan anak-anak yang ditinggal tulang punggung keluarga karena tewas akibat kecelakaan?” ujarnya.
Selain itu, korban yang terluka berpotensi mengalami penurunan daya atau kemampuan fisik yang dapat membatasi perkembangan hidup. Lebaran merupakan momen berkumpul bersama, merayakan kemenangan kehidupan bukan kematian.