Lebaran menjadi saat paling tepat untuk bertemu. Meski mudik juga sangat identik dengan segala keruwetan, mereka tetap melakoninya.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·4 menit baca
Jutaan orang menanggung lelah tak terkira saat mudik hingga balik di masa Lebaran. Mereka meluangkan tenaga, sumber daya, untuk pulang ke kampung halaman, dan bertemu keluarga. Sebuah perjalanan bertabur lelah yang terbayar demi pertemuan yang dinanti.
Duduk di lantai 2 area mal Dermaga Eksekutif Pelabuhan Merak, Siti Masitoh (52) dan keluarganya tengah menikmati makan siang yang dibawa dari kampung halamannya, Selasa (25/4/2023) siang. Mereka tiba di pelabuhan yang terletak di Cilegon, Jawa Barat, ini beberapa saat lalu.
Sebelumnya, sejak pukul 09.00, mereka melakukan perjalanan arus balik menuju Pulau Jawa menggunakan bus. Perjalanan itu dilanjutkan menumpangi kapal feri KMP Wira Kencana menyeberangi Selat Sunda.
Pukul 14.00, kapal yang mereka tumpangi baru bersandar di dermaga satu Pelabuhan Merak. Sembari duduk bersandar di dinding, sesekali kakinya diluruskan. Ia tampak kelelahan sehabis lima jam di perjalanan hingga sampai di Pelabuhan Merak. Sementara itu, masih ada empat jam perjalanan untuk mereka sampai ke tempat tinggal.
”Kami kehabisan tiket KA lokal untuk keberangkatan pukul 14.40 dari Stasiun Cilegon menuju Stasiun Rangkasbitung. Baru dapat tiket untuk keberangkatan pukul 17.00 sore,” kata Masitoh.
Warga Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat, bersama anak dan cucunya mudik ke kampung halaman orangtua di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Keterbatasan biaya membuat Masitoh dan keluarga mudik menggunakan kereta lokal menuju Pelabuhan Merak dan dilanjutkan menumpangi kapal feri untuk menyeberang ke kampung halamannya tersebut
”Ongkos perjalanan yang saya telah keluarkan kurang lebih Rp 500.000 untuk enam orang. Jadi untuk pulang pergi sekitar Rp 1 juta,” cerita Masitoh.
Kondisi yang melelahkan selama perjalanan balik ini tak jauh berbeda ketika Masitoh melakukan perjalanan mudik Lebaran 2023. Dia bercerita pada Jumat (21/4/2023) pagi, mereka berangkat ke Pelabuhan Merak, Banten, yang ditempuh sekitar 3 jam menggunakan bus jurusan Bogor-Merak. Masitoh lalu naik ke atas KMP Nusa Jaya menuju pelabuhan Bakauheni, Lampung.
”Selama dalam penyeberangan, cucu saya sering menangis. Saya harus menggendongnya lalu berkeliling area kapal agar ia berhenti menangis,” ucap Masitoh.
Sesampainya di Pelabuhan Bakauheni, Masitoh dan keluarganya masih harus naik bus selama tiga jam menuju Kabupaten Pesawaran. Begitu sampai tempat asal ibunya, Masitoh lega. ”Senang sekali bisa bertemu ibu, saudara, sepupu, hingga tetangga dan kerabat,” katanya yang menghabiskan waktu empat hari Lebaran di rumah ibunya di Lampung.
Meski menanggung lelah tak terkira, bagi Masitoh, penting untuk silaturahmi dengan keluarga yang tinggal jauh dari mereka. Ia juga tidak lupa belanja makanan khas daerah setempat untuk oleh-oleh seperti kerupuk kemplang. ”Selain silaturahmi sama keluarga besar, biasanya pergi ke tempat wisata atau berburu makanan oleh-oleh,” ujarnya.
Sukacita saat bertemu dengan keluarga besar juga membuat Sulkhani (33) bersama istri dan ketiga anaknya menanggung lelah saat mudik menuju Bandar Lampung. Selama perjalanan arus mudik dan balik, warga asal Kalideres, Jakarta Barat, memilih menggunakan angkutan umum. Hal ini ditempuh untuk mengurangi rasa capek selama perjalanan mudik dan balik Lebaran 2023.
”Sebelumnya, saya mudik selalu membawa mobil pribadi. Itu butuh waktu 12 jam selama perjalanan mudik Lebaran. Tetapi tahun ini, mudik lebih nyaman dan lancar. Total perjalanan hanya 10 jam,” kata Sulkhani.
Sulkhani mengaku, selama perjalanan panjang mudik ataupun balik jelas membuat lelah, termasuk ketiga anaknya. Terlebih lagi, anak terakhirnya baru berusia empat tahun. Dia dan istrinya dalam mempersiapkan bekal selama mudik dan balik memang cukup matang. Karena menggunakan angkutan umum, dia memperhitungkan makanan dan camilan cukup selama perjalanan.
”Banyak banget. Segala macam makanan ada. Lalu, ada juga berbagai obat-obatan kami siapkan seperti parasetamol atau obat batuk,” ucapnya.
Masitoh dan Sulkhani, segelintir dari ratusan ribu pemudik asal Pulau Jawa yang menyeberang ke Sumatera melalui Pelabuhan Merak-Bakauheni. PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry selama periode arus mudik (12-22/4/2023) mencatat, total mobilitas pemudik dari Jawa ke Sumatera sebanyak 920.054 orang atau naik 3 persen dibandingkan realisasi periode sama tahun lalu sebanyak 894.063 orang. Adapun total kendaraan yang telah menyeberang tercatat 213.737 unit atau naik 2 persen dibandingkan realisasi periode sama tahun lalu sebanyak 209.460 unit.
Sementara itu, selama arus balik gelombang pertama, yakni Senin-Selasa (24-25/4/2023) sampai pukul 08.00, tercatat total mobilitas arus balik pemudik dari Sumatera ke Jawa baru 136.163 penumpang. Angka ini hanya sekitar 15 persen dari total keseluruhan penumpang arus mudik Lebaran 2023.
Puncak arus balik Lebaran diprediksi akan terjadi kembali pada Minggu (30/4/2023) dan Senin (1/5/2023). Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, dalam keterangan pers, saat mengunjungi Pelabuhan Bakauheni dan Pelabuhan Panjang di Provinsi Lampung, mengimbau pemudik tidak terburu-buru kembali ke Pulau Jawa apabila tidak ada keperluan yang mendesak.
”Pada arus balik bagi pemudik dari Sumatera yang kembali ke Jawa agar tidak terpusat pada hari dan jam tertentu dalam melakukan perjalanan,” katanya, Selasa (25/4/2023).
Baik Masitoh maupun Sulkhani mengutarakan selalu menunggu momen mudik Lebaran di tahun berikutnya. Mereka berpendapat mudik sebagai cara mempererat hubungan persaudaraan serta ajang meminta maaf kepada orang lebih tua.
”Capeknya kebayar pas lagi kumpul-kumpul Lebaran sama keluarga,” kata Sulkhani.