Diduga Terjangkit ASF, Sampel dari Peternakan Babi di Batam Diperiksa Petugas
Sampel darah dan spesimen organ babi dari peternakan di Batam dikirim ke Bukittinggi untuk diteliti. Otoritas Singapura juga akan turun ke lokasi tersebut untuk memastikan dugaan merebaknya virus demam babi Afrika.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Petugas Balai Veteriner Bukittinggi, Sumatera Barat, mengambil sampel darah dan spesimen organ babi di peternakan Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau. Sebelumnya, Badan Pengawas Makanan Singapura menemukan ternak yang dikirim dari Pulau Bulan terjangkit virus demam babi Afrika.
Kepala Balai Veteriner Bukittinggi Gigih Tri Pambudi, Rabu (26/4/2023), mengatakan, petugas yang membawa sampel darah dan spesimen organ babi dari peternakan di Pulau Bulan tengah dalam perjalanan ke Bukittinggi. Hasil uji laboratorium dapat diketahui satu hari setelah sampel tiba di Bukittinggi.
”Sebenarnya pengecekan sampel dilakukan rutin, empat kali dalam satu tahun. Setiap tahun petugas Balai Veteriner Bukittinggi juga dua kali turun ke Pulau Bulan,” kata Gigih saat dihubungi dari Batam.
Sebelumnya, Badan Pengawas Makanan Singapura (Singapore Food Agency/SFA) menyatakan, babi hidup yang dikirim dari Pulau Bulan pada 19 April 2023 terjangkit virus demam babi Afrika (African swine fever/ASF). Ini temuan pertama babi yang diimpor Singapura terjangkit ASF.
Peternakan babi di Pulau Bulan merupakan yang terbesar di Indonesia dengan populasi ternak lebih dari 230.000 ekor. Setiap hari, rata-rata 1.000 babi siap potong diekspor ke Singapura. Data Badan Karantina Pertanian menunjukkan, sepanjang 2018, peternakan itu mengekspor 271.000 babi yang bernilai sekitar Rp 1,1 triliun.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kesehatan Hewan Kepri Rika Azmi, ekspor babi dari Pulau Bulan ke Singapura telah dihentikan untuk sementara waktu. Ekspor terakhir dilakukan pada 19 April.
Secara terpisah, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang Aris Hadiyono menambahkan, petugas dari SFA rencananya juga akan turun ke Pulau Bulan untuk mengambil sampel. Mereka didampingi dua petugas dari Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang.
”Mereka (Singapura) juga ingin mengetahui kepastian mengenai dugaan ternak di Pulau Bulan terjangkit ASF, karena ini menyangkut kepentingan dua negara,” ujar Aris.
Lewat pernyataan pers, SFA menyatakan, peternakan di Pulau Bulan menyuplai 15 persen kebutuhan daging babi untuk konsumsi warga di Singapura. Penghentian impor daging babi dari Pulau Bulan bakal menyebabkan disrupsi suplai pangan di negara dengan 5,45 juta penduduk itu.