Lebaran di Banjarmasin tidak hanya dirayakan warga dengan bersilaturahmi ke rumah kerabat dan sahabat, tetapi juga dengan berziarah ke makam raja-raja Banjar.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
Lebaran di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tidak hanya dirayakan warga dengan bersilaturahmi ke rumah kerabat dan sahabat, tetapi juga dengan berziarah ke makam raja-raja Banjar. Tradisi ziarah itu dilakukan untuk menghormati para raja, sekaligus membawa beragam niat agar kehidupan selalu penuh berkah.
H Ahmadi (53), warga Banjarmasin, memasuki Kompleks Makam Sultan Suriansyah di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalsel, Selasa (25/4/2023). Ia berjalan menuju ke makam raja pertama Kerajaan Banjar itu bersama istri, anak-anak, dan cucunya.
Mereka mengambil buku Yasin dan tahlil di rak dekat makam Sultan Suriansyah, lalu duduk menghadap makam sambil melantunkan doa. Setelah itu, mereka duduk melingkar bersama tetua penjaga makam untuk berdoa bersama.
Selesai berdoa, tetua penjaga makam melakukan ritual adat tepung tawar untuk Ahmadi dan keluarganya. Tetua penjaga makam menepuk kepala, pundak kanan dan kiri, serta telapak tangan kanan dan kiri mereka semua. Setelah itu, mereka dipersilakan minum air dari sumur keramat di kompleks makam.
”Ini pertama kalinya bagi kami sekeluarga berziarah ke makam Sultan Suriansyah. Kebetulan, kami mendapat hidayah untuk datang ke makam sultan karena memang ada hajat khusus,” kata Ahmadi sebelum meninggalkan kompleks makam.
Selama ini, menurut Ahmadi, keluarganya memang punya tradisi ziarah ke makam para ulama besar Banjar saat Lebaran. Hampir setiap Lebaran, mereka berziarah ke makam Datu Kalampayan atau Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dan makam Guru Sekumpul atau Muhammad Zaini Abdul Ghani di Kabupaten Banjar, Kalsel.
Akan tetapi, pada Lebaran tahun ini, mereka tidak hanya berziarah ke makam para ulama besar Banjar, tetapi juga berziarah ke makam raja Banjar. Sultan Suriansyah adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Banjar yang memeluk Islam. Ia memerintah sebagai raja dari 1526 sampai 1550 dan menggencarkan penyebaran Islam di Tanah Banjar.
”Bagi kami, ziarah ke makam ulama dan raja saat Lebaran sudah jadi semacam kewajiban. Niatnya supaya selalu sehat badan, panjang umur, murah rezeki, dan penuh berkah,” ujar Ahmadi.
Firdaus (60), warga Kabupaten Banjar, juga punya tradisi ziarah ke makam para ulama dan raja Banjar saat Lebaran. ”Ini kedua kalinya saya dan istri berziarah ke makam Sultan Suriansyah. Tidak ada niat khusus, cuma ingin ziarah saja di masa Lebaran,” katanya.
Bagi Firdaus, ziarah ke makam para ulama dan raja tidak harus dilakukan saat ada niat atau hajat. Ziarah bisa dilakukan kapan saja di saat ada waktu dan kesempatan. ”Ziarah itu juga penting sebagai bentuk penghormatan kita kepada para raja dan ulama-ulama besar terdahulu,” ujarnya.
Di Kompleks Makam Sultan Suriansyah terdapat 15 makam. Empat makam terlihat menonjol karena berukuran besar dan ditutupi kain kuning. Di sebelah kiri masuk pendopo terdapat makam Sultan Suriansyah berdampingan dengan makam Ratu Sultan Suriansyah atau Ratu Intan Sari, yang merupakan ibu kandung Sultan Suriansyah.
Di sebelah kanan masuk pendopo terdapat makam Sultan Rahmatullah, yang merupakan anak Sultan Suriansyah, dan raja kedua Kerajaan Banjar. Makam Sultan Rahmatullah berdampingan dengan makam Sultan Hidayatullah, yang merupakan cucu Sultan Suriansyah, sekaligus raja ketiga Kerajaan Banjar.
Hampir semua peziarah berdoa di depan makam Sultan Suriansyah dan makam Ratu Sultan Suriansyah, kemudian berdoa di depan makam Sultan Rahmatullah dan Sultan Hidayatullah. Setelah berdoa di depan makam, sebagian peziarah mengikuti ritual tepung tawar ataupun minum air sumur keramat dan membasuh muka dengan air sumur tersebut.
”Sumur di kompleks makam ini merupkan peninggalan Sultan Suriansyah, yang dulu digunakan beliau untuk berwudu. Usia sumur di sini sudah lebih dari 500 tahun,” kata H Midiansyah (60), pengawas dan juru kunci makam Sultan Suriansyah.
Belajar sejarah
Bagi Risky (25) dan Fahmi (28), warga Marabahan, Kabupaten Barito Kuala, berziarah ke makam Sultan Suriansyah menjadi kesempatan untuk belajar sejarah Kerajaan Banjar dan penyebaran Islam di Tanah Banjar. Di Kuin Utara, tidak hanya terdapat Kompleks Makam Sultan Suriansyah, tetapi juga terdapat Masjid Bersejarah Sultan Suriansyah. Jarak di antara keduanya sekitar 400 meter.
”Kalau saya, tidak ada niat khusus dalam ziarah kali ini. Saya datang karena ingin melihat langsung peninggalan sejarah. Selama ini, saya cuma tahu sejarah Banjar dari buku sejarah ataupun cerita orang tua,” ujar Risky.
Fahmi juga menyampaikan, tidak ada niat khusus dalam ziarah ke makam Sultan Suriansyah. ”Ini untuk ketiga kalinya saya datang ke sini. Meskipun tidak ada hajat khusus, tetap berharap yang terbaik. Semoga ke depan bisa lebih sukses dan berkah,” tuturnya.
Di Kompleks Makam Sultan Suriansyah juga terdapat sebuah museum kecil. Di museum tersebut, pengunjung bisa melihat gambar wajah Sultan Suriansyah dan beberapa barang peninggalan Kerajaan Banjar.
Aya (63), juru parkir di Kompleks Makam Sultan Suriansyah, mengatakan, banyak orang datang berziarah ke makam sultan sejak hari kedua Lebaran. Sebagian datang dalam rombongan besar dengan menggunakan bus ataupun kelotok (kapal bermotor).
”Peziarah terus berdatangan dari pagi sampai malam. Mereka datang dari daerah-daerah di Kalimantan Selatan. Sebagian datang dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, bahkan dari luar Kalimantan,” tuturnya.
Peziarah yang datang ke makam Sultan Suriansyah cukup membayar Rp 5.000 untuk ongkos parkir mobil dan Rp 2.000 untuk ongkos parkir sepeda motor. Untuk masuk ke lokasi makam para raja Banjar, peziarah cukup membayar sumbangan sukarela dan memasukkannya ke kotak sumbangan yang disediakan. ”Tidak ada patokan harga untuk masuk ke tempat ziarah. Sukarela saja,” ujar Aya.
Menurut Midiansyah, Kompleks Makam Sultan Suriansyah menjadi salah satu destinasi wisata religi di Banjarmasin dan dibuka dari pagi sampai malam. Pengunjung bisa datang kapan saja. ”Kalau di masa Lebaran, pengunjung memang lebih banyak dari hari-hari biasa. Dalam sehari, bisa lebih dari 1.000 pengunjung yang datang,” katanya.
Irhamna (34), sopir angkutan umum minibus jurusan Pelaihari-Banjarmasin, turut merasakan berkah kunjungan ke makam Sultan Suriansyah saat Lebaran. ”Hampir setiap Lebaran, mobil saya selalu dicarter untuk mengantar rombongan dari Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut) ke sini,” katanya.
Fahriah (50), penjual kembang di Kompleks Makam Sultan Suriansyah, juga meraup penghasilan lebih dari penjualan kembang. ”Kalau banyak yang datang berziarah, paling tidak bisa dapat Rp 300.000 dalam sehari,” ujarnya.
Midiansyah tak menampik bahwa orang berziarah ke makam Sultan Suriansyah dengan beragam niat dan berharap berkah. Di saat yang sama, sebagian orang langsung merasakan berkah Lebaran dari peningkatan kunjungan ke makam para raja Banjar.