Penerbangan perintis, pelayaran perintis, jalanan mulus, pasar, puskesmas rawat inap, dan berbagai infrastruktur menjadi bukti keseriusan pemerintah pusat membangun dari pinggiran. Wajah Kisar pun kian berseri.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
Pilot Gilbert Malvin dan co-pilot Hendry perlahan menurunkan ketinggian jelajah pesawat lalu membelokkan moncongnya menuju Pulau Kisar di Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, pada Kamis (20/4/2023) pagi. Mereka akan mendarat di Bandar Udara John Becker yang berdiri di pinggiran pulau seluas 81,8 kilometer persegi itu.
Pesawat mungil milik maskapai penerbangan swasta itu mengangkut 10 penumpang dari Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, dengan waktu tempuh 1 jam dan 50 menit. Setelah menurunkan penumpang, pesawat kembali ke Kupang membawa penumpang dengan jumlah maksimal, seperti saat kedatangan. Dalam sepekan, Kisar-Kupang dilayani satu kali penerbangan perintis.
Berselang 30 menit kemudian, datang satu lagi pesawat maskapai swasta ke Kisar. Kali ini rutenya dari Ambon, ibu kota Provinsi Maluku, kemudian Moa, ibu kota Kabupaten Maluku Barat Daya. Frekuensi penerbangan pada rute ini lebih banyak, yakni dua kali dalam seminggu dengan kursi selalu penuh. Ukuran pesawat hampir sama dengan pesawat rute Kupang-Kisar.
”Bagi yang hendak terbang dengan pesawat dari Kisar dianjurkan membeli tiket paling lambat dua pekan sebelum jadwal keberangkatan,” ujar Lana, petugas di Bandara John Becker.
Penerbangan dari dan menuju Kisar merupakan penerbangan perintis yang disubsidi Kementerian Perhubungan. Aktivitas di bandara itu menandakan wajah Kisar, pulau yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste itu, kini mulai berubah. Akses transportasi udara terus bertambah. Penerbangan ini melengkapi akses pelayaran kapal-kapal perintis yang semakin banyak menyinggahi pulau karang itu, paling lama sekali dalam dua hari.
Selain transportasi, infrastruktur juga terus digenjot. Keluar dari bandara langsung disambut jalanan mulus sejauh lebih kurang 10 kilometer ke Wonreli, pusat Kecamatan Kisar Selatan. Jalanan lebar. Tak hanya itu, di lorong-lorong perkampungan Wonreli dan beberapa desa juga membentang jalanan mulus. Kendaraan pribadi, ojek, kendaraan milik pedagang, dan ambulans lalu lalang.
Di pusat Wonreli berjejer fasilitas umum yang representatif. Sekolah, puskesmas rawat inap, pasar rakyat, toko bahan pokok, toko bangunan, toko pakaian, penginapan, penampungan ikan, dua bank, empat unit mesin ATM, apotek, kantor polisi, markas TNI, masjid, gereja Protestan, dan gereja Katolik. Hampir lengkap.
Untuk pulau yang jumlah penduduk hanya lebih kurang 15.000 jiwa itu, fasilitas yang tersedia dianggap cukup memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Barangkali yang masih menjadi pekerjaan rumah sejauh ini adalah jaringan telekomunikasi, baik untuk telepon maupun internet. Banyak tamu ”menderita” dengan buruknya sinyal di sana.
Pulau transit
Bermodalkan berbagai fasilitas publik yang ada, Kisar menjadi pulau transit di Kabupaten Maluku Barat Daya. Peran ini mengalahkan Moa, ibu kota kabupaten, yang terkesan kota mati. Padahal Moa yang berada di sebelah timur Kisar lebih berpeluang besar untuk maju. Pusat pemerintahan ada di sana.
Kisar menjadi titik penghubung. Pelabuhan Kisar rutin disinggahi kapal tol laut sejak tahun 2016. Tol laut merupakan program prioritas nasional yang diinisiasi Presiden Joko Widodo sejak memimpin Indonesia tahun 2014 hingga saat ini. Program tersebut berupa pemberian subsidi angkutan barang ke wilayah Indonesia bagian timur.
Tujuan program tersebut untuk menekan disparitas harga barang yang diangkut kapal tol laut antara lain barang kebutuhan pokok dan barang penting seperti bahan bangunan. ”Di Kisar, harga semen per sak ukuran 40 kilogram tidak lebih dari Rp 70.000. Harga paling murah di kabupaten ini,” kata Hengky (43), warga.
Oleh karena itu, warga pulau tetangga datang membeli barang di Kisar membuat perekonomian di Wonreli terus tumbuh. Pulau tetangga dimaksud seperti Letti, Moa, Romang, dan Wetar. Mereka menumpang kapal perintis atau menggunakan perahu motor.
Warga Pulau Kisar yang juga anggota DPRD Provinsi Maluku, Anos Yeremias, yang ditemui di Kisar, mengatakan, pembangunan di Kisar sebagian besar ditopang oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Bukti yang paling nyata adalah penerbangan perintis dan pelayaran perintis.
Selain itu, pembangunan sejumlah ruas jalan serta fasilitas umum, seperti pasar, bandara, dan pelabuhan. Infrastruktur semacam itu menggairahkan ekonomi di sana dari sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Gencarnya pembangunan ini mulai terasa di era pemerintah Presiden Joko Widodo.
”Presiden Joko Widodo membuktikan salah satu poin dari janjinya, yakni membangun dari pinggiran. Masyarakat di perbatasan sangat merasakan hal itu. Jika dibandingkan dengan era sebelumnya, sangat jauh berbeda,” ujar Anos yang merupakan kader Partai Golkar itu.
Pos lintas batas
Bupati Maluku Barat Daya Benyamin T Noach berharap agar pemerintah pusat semakin menggairahkan perekonomian di pulau terluar itu dengan cara membangun pos lintas batas negara dengan negara tetangga Timor Leste. Banyak peluang ekonomi yang didapat jika ruang itu dibuka.
Pasalnya, menurut Benyamin, pos lintas batas antara NTT dengan Timor Leste sudah terbukti menghidupkan ekonomi di perbatasan. ”Pemerintah pusat sudah bangun pos darat di NTT, makanya kami berharap ada pos laut di Maluku Barat Daya. Kami sudah sampaikan ini ke pemerintah pusat,” ujarnya.
Jika pos lintas batas berdiri, perdagangan di antara kedua negara akan meningkat. Warga dari Kisar dan sekitarnya dapat menjual ternak ataupun ikan ke Timor Leste. Selama ini, peternak di perbatasan kesulitan memasarkan kambing mereka. Sebelum Timor Timur resmi menjadi negara Timor Leste, warga Kisar menjual ternak ke sana.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per akhir 2022, Maluku Barat Daya merupakan lumbung ternak di Provinsi Maluku. Populasi kerbau 11.360 ekor dari 16.276 ekor se-Maluku. Populasi kambing 45.207 ekor dari 104.765 ekor se-Maluku. Adapun populasi domba 11.321 ekor, dan tak ada dari kabupaten/kota yang lain.
Masih mengutip data yang sama, volume perikanan tangkap Maluku Barat Daya sebesar 187.757 ton dari 542.443 ton untuk keseluruhan Provinsi Maluku. Sementara perikanan budidaya, kontribusi daerah itu 34.155 ton dari 303.681 ton. Maluku Barat Daya merupakan satu dari 11 kabupaten/kota di Maluku.
Semangat membangun dari pinggiran secara perlahan telah mengubah wajar Kisar sebagai etalase beranda negeri. Kini, masih banyak potensi ekonomi menanti dioptimalkan agar wajah Kisar pun semakin berseri.