Setelah Kumpul Lebaran, Terbitlah Wisata Alam
Setelah dua hari kumpul keluarga di rumah, sebagian masyarakat mulai mencari aktivitas di luar ruang. Wisata alam pun menjadi pilihan untuk berlibur sekaligus mempererat silaturahmi keluarga.
Setelah dua hari kumpul keluarga dan menyantap makanan serba santan, masyarakat mulai beraktivitas di luar rumah. Mereka memanfaatkan masa libur pada hari ketiga Idul Fitri 1444 Hijriah untuk menikmati wisata alam. Kegiatan ini, selain menyegarkan pikiran, membuat dekat dengan suasana hijau, sekaligus bisa merekatkan silaturahmi bersama keluarga.
Pada Senin (24/4/2023), sejumlah tempat wisata alam di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah diserbu masyarakat. Kerumunan pengunjung terlihat, misalnya, di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan. Di kawasan itu, warga bersantai di atas tikar yang digelar di ruang terbuka hijau. Masyarakat juga berkerumun melihat kehidupan hewan.
Kepadatan juga terlihat di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. Tercatat ada 40.000 kendaraan masuk kawasan itu sehingga kemacetan tak terhindarkan. Masyarakat juga menikmati libur dengan mengunjungi wisata alam di kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sementara di Magelang, Jawa Tengah, masyarakat berlibur di Candi Borobudur.
Daerah Sentul menjadi alternatif liburan karena jaraknya hanya 1,5 jam dari Jakarta. Selain itu, perjalanan menuju Sentul tidak semacet menuju Puncak. Hal ini membuat Sentul menjadi tempat wisata alam andalan warga.
Pada Senin pagi, antrean mobil berpelat B terlihat ramai dari jalur keluar Sentul Selatan di Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi). Di wilayah ini, sejumlah wisatawan membuka jendela mobil untuk menikmati udara sejuk perbukitan. Semilir angin meredakan teriknya matahari.
Dari dalam mobil, wisatawan mengeluarkan gawai mereka. Keindahan panorama membuat warga tertarik memotret pemandangan hijau dari mobil.
Setelah melewati Jalan Tol Jagorawi, wisatawan menuju sejumlah tempat rekreasi. Tujuan wisata misalnya di Bukit Batu Kemun yang berada persis di pinggir jalan Taman Wisata Gunung Pancar. Tempat yang dikelola oleh warga lokal ini menyediakan sejumlah kegiatan luar ruang yang menarik, seperti kolam renang, motor ATV, tempat makan, area piknik, dan area berkemah.
Supriadi (55), warga Bintara, Bekasi, bersama istri dan keempat anaknya berwisata di Bukit Batu Kemun. Tempat ini dipilih sebagai lokasi bersantai pada sisa libur Lebaran.
Kemarin, Supriadi dan istri selonjoran di atas tikar yang dibawa dari rumahnya. Sementara itu, anak-anaknya asik berenang tak jauh dari mereka.
”Awalnya mau ke Gunung Mas, Puncak, karena macet banget jadi ke Sentul saja. Di sini mau cari udara segar dan nikmati suasana berbeda karena setiap hari yang dihadapi macet, bising, dan polusi,” kata pria yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Kota Bekasi itu.
Supriadi dan keluarganya berangkat dari rumah pukul 08.00 WIB. Setiap libur Lebaran, Supriadi selalu memilih Bogor sebagai tempat berlibur. Tempat wisata yang ada di Jakarta dinilai terlalu biasa dan tidak menghadirkan suasana baru.
”Refreshing, nikmati udara segar, suasana alam asri ya di Bogor,” kata Supriadi sembari asyik membuka kulit kuaci dengan mulutnya.
Pengelola Bukit Batu Kemun, Abdullah (24), merasa senang karena di musim Lebaran 2023 ini, tempatnya lebih ramai daripada tahun-tahun sebelumnya. Hal itu karena tidak ada lagi pembatasan kegiatan masyarakat karena Pandemi Covid-19 telah mereda.
”Kemarin-kemarin sepi, tahun baru juga sepi, sekarang Lebaran mulai ramai. Alhamdulillah sekarang naik 30 persen, tetapi kebanyakan wisata harian. Untuk yang berkemah jarang banget,” kata Abdullah.
Meski ramai, dia tak mau ”aji mumpung”. Abdullah tetap mematok tarif normal. Wisatawan cukup membayar tiket Rp 15.000 (anak-anak) dan Rp 30.000 (dewasa) untuk berenang. Setelah berenang, mereka bisa menikmati cemilan dan mi instan di warung tak jauh dari kolam renang.
Kalau tak mau basah-basahan, warga juga dapat mencoba mengendarai motor ATV seharga Rp 60.000 untuk satu putaran. Jika berminat, wisatawan juga bisa bermalam di kemah. Tarifnya Rp 70.000 per orang dan harga sewa tenda Rp 250.000. Tenda itu dapat diisi delapan orang.
”Tadi lupa bawa baju ganti, jadinya coba main ATV sajalah, yang penting anak cucu senang. Kami yang dewasa nonton saja yang penting kumpul keluarga. Udah bosen kumpul rumah saja tiga hari ini.” ucap Nuryati, nenek berusia 62 tahun yang datang bersama anak-anak, menantu, dan empat cucunya dari Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Sekitar 100 meter dari Bukit Batu Kemun, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan ke Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut membuat suhu di kawasan yang dikelola Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat ini tak kalah sejuk seperti di Puncak, Bogor.
Sebelum masuk ke kawasan Taman Wisata Gunung Pancar, setiap pengunjung akan dikenai tiket Rp 25.000 untuk mobil dan Rp 25.000 per orang. Di kawasan yang buka sejak pukul 07.00 sampai 16.00 ini, pengunjung dapat piknik di bawah rindangnya pohon pinus. Ada pula pohon rasamala, beringin, dan puspa yang membuatnya semakin asri.
Selain piknik sambil menyantap bekal dari rumah di atas tikar, wisatawan juga bisa menikmati alam dengan berbaring di hammock yang tergantung di antara pepohonan. Warga juga bisa bermain paint ball untuk menambah kekompakan keluarga.
Anggota staf BKSDA Gunung Pancar, Putra Irawan, mengatakan, sejak Sabtu lalu ada peningkatan kunjungan wisatawan. ”Hari ini lebih ramai dari hari kemarin. Ini saja sudah 300-an pengunjung yang masuk. Kebanyakan memang yang datang main ke area piknik jarang sekali menginap di kemah. Kemah itu biasanya pada momen libur sekolah pada Juni-Juli,” katanya.
Untuk melayani lonjakan pengunjung, BKSDA Jawa Barat menambah empat petugas sehingga total terdapat enam petugas untuk melayani wisatawan selama periode libur Lebaran. Selain itu ada pula warga lokal yang turut membantu melayani pengunjung.
Setelah puas wisata alam di Sentul, pengunjung kembali ke rumah masing-masing. Mereka melewati Tol Jagorawi. Kepadatan lalu lintas pun kembali terjadi di jalan menuju pintu Tol Sentul Selatan.
Desantina (48), warga Solo, Jawa Tengah, juga memanfaatkan masa liburan Lebaran untuk kumpul dengan keluarga besar Sugiharto dan berjalan-jalan. Selama masa libur Lebaran, Desantina dan keluarga mengunjungi banyak destinasi.
Pada Minggu (23/4/2023), keluarga ini santap siang di restoran Nalendro di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Setelah itu, mereka bermain biliar, dan berjalan-jalan menikmati pemandangan kolam ikan besar serta area kaktus yang ditawarkan restoran sebagai destinasi kunjungan
Restoran tersebut menjadi satu-satunya destinasi kunjungan mereka hari itu. ”Setelah ini kami akan kembali pulang ke Solo dan besok pagi (Senin, 24/4/2024), kami akan melanjutkan perjalanan dengan menengok keluarga serta berwisata di Ngawi,” ujarnya.
Jumlah anggota keluarga yang diajak berlibur bersama mencapai sekitar 25 orang. Sebagian besar di antaranya tinggal di Solo, tetapi sebagian lainnya ada pula yang berasal dari Jakarta. Tidak hanya Lebaran, kegiatan berlibur bersama ini juga menjadi rutinitas yang sering dilakukan di masa liburan akhir tahun.
Kebiasaan ini menjadi hal yang menyenangkan bagi mereka. ”Rasanya seru, berlibur ramai-ramai,” ujarnya.
Berlibur bersama keluarga punya banyak manfaat. Liburan bisa membuat ikatan keluarga semakin erat. Setiap anggota keluarga juga semakin memahami keinginan dan toleransi akan kebutuhan keluarga.
Hal ini dialami, misalnya, oleh Halim (55), wisatawan Candi Borobudur asal Medan. Ia mengatakan, saat sudah berkunjung hingga ke pelataran candi, ia dan keluarga baru mengetahui bahwa untuk naik ke bangunan candi harus membeli tiket khusus. Tiket hanya bisa didapatkan di loket pintu utama. Karena ada keluarga yang ingin naik ke bangunan candi, maka Halim mengalah. ”Saya turun kembali dan mengantre tiket di loket,” ujarnya.
Jarak antara pelataran dan loket tiket mencapai sekitar 500 meter. Untuk mendapatkan tiket, dia pun harus sabar menunggu karena penjualan tiket untuk naik ke bangunan candi hanya dibuka pada jam-jam tertentu. Panjang antrean juga melatih kesabaran.
Liburan keluarga memang penuh suka duka. Namun, tetap menjadi pengalaman berharga. (EGI/Z02/Z05)