Rezeki Datang Lagi Saat Semarak Lebaran di Jalur Nagreg Hadir Kembali
Kemacetan dan kepadatan kendaraan di jalur Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kembali memberi berkah bagi orang di sekitarnya. Uang untuk makan hingga membeli baju baru menjadi berkah saat Lebaran.
Kepadatan ruas Jalur Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menyambut mudik Lebaran 2023 menjadi ladang rezeki bagi para pedagang asongan. Mereka memeriahkan keriuhan kendaraan, terutama saat arus mudik memasuki puncaknya.
Ribuan kendaraan yang melalui jalan turunan di Nagreg, Kamis (20/4/2023) sore, itu berjalan pelan. Kecepatannya masih bisa disusul langkah kaki banyak manusia di sana.
Sepasang kaki di antaranya milik Samsul (30), pedagang kopi kemasan asal Kadungora, Garut. Dia berjalan tergopoh-gopoh menyusul satu kendaraan yang hendak membeli dagangannya.
Dengan cekatan, dia menyeduh satu kopi kemasan sambil setengah berlari. Pembelinya, Haryanto (38), pemudik asal Cianjur, Jawa Barat, sabar menunggu kopi yang diracik Samsul dengan hati-hati.
Sore itu Samsul mengatakan sangat membutuhkan kopi. Pria yang bekerja sebagai sopir ini tampak gelisah. Barisan kendaraan yang mengular di hadapannya membuat Haryanto pasrah. Dia yakin tidak akan sampai ke kampung halamannya, Banjarsari, Kabupaten Ciamis, tepat waktu.
”Tadi berangkat dari Cianjur sekitar jam 14.00, di perjalanan lumayan lancar. Sekarang baru kena macet sejak dari turunan Nagreg,” ujarnya yang terjebak di kepadatan lalu lintas lebih kurang 30 menit.
Baca juga: H-2 Lebaran, Kepadatan Kendaraan di Jalur Nagreg Mulai Melandai
Haryanto tidak yakin jalan di depan akan semakin lancar. Mudik hampir setiap tahun, dia kerap terdampak macet di sejumlah titik di jalur selatan ini. ”Nanti selain Nagreg, ada Limbangan, Malangbong, tanjakan Gentong, setelah itu biasanya lancar,” ujarnya.
Jarak yang masih ditempuh lebih dari 100 kilometer. Sementara kecepatan kendaraan tidak lebih 10 kilometer per jam. Untuk mengurangi kegelisahan, Haryanto membeli kopi kemasan. Dia menyeruputnya di tengah bulan puasa. ”Terpaksa batal puasa, namanya juga perjalanan. Lumayan kopinya biar enggak pusing-pusing amat,” ujarnya tertawa.
Bagi Haryanto dan para pemudik yang terjebak kemacetan, para pedagang asongan yang mondar-mandir di tengah kemacetan cukup membantu. Sebagian besar berjualan makanan dan minuman, seperti yang dilakukan Samsul dalam tiga hari terakhir.
Saya biasanya bekerja sebagai pekerja kabel telepon. Tapi, kalau lagi musim mudik, saya jualan kopi. Biasanya ke Nagreg atau Limbangan, pilih mana yang macet.
Samsul bersyukur mudik tahun ini lebih meriah dibandingkan tahun sebelumnya. Di musim mudik kali ini, dia menjual lebih dari 30 cangkir kopi dalam sehari. Bahkan, penjualannya tembus 50 cangkir saat Rabu (19/4), yang diprediksi sebagai puncak arus mudik di jalur itu.
”Saya biasanya bekerja sebagai pekerja kabel telepon. Tapi, kalau lagi musim mudik, saya jualan kopi. Biasanya ke Nagreg atau Limbangan, pilih mana yang macet,” ujarnya.
Menurut Samsul, keriuhan mudik di tahun kali ini mulai mirip dengan kondisi di Jalur Nagreg sebelum pandemi Covid-19. Berjualan di jalur ini hampir 20 tahun, dia menyadari pandemi menghambat rezekinya.
Pada Lebaran tahun 2020, jalur itu tidak bergairah. Warga dilarang mudik. Ada virus mematikan rawan menulari siapa saja. Akibatnya, Samsul dan para pedagang asongan lainnya pun sulit berjualan di tengah pandemi. ”Dulu sebelum pandemi, sehari saya bisa jual lebih dari 50 cangkir dalam sehari. Waktu pandemi, paling-paling terjual 20 cangkir per hari,” ujarnya.
Pandemi Covid-19
Bahaya pandemi Covid-19 begitu terasa di Indonesia. Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, setidaknya jumlah warga yang terpapar Covid-19 hingga Sabtu (22/4/2023) mencapai 6,76 juta jiwa dalam tiga tahun terakhir. Dari jumlah tersebut, 161.176 jiwa di antaranya meninggal.
Gelombang pandemi Covid-19 juga mengalami pasang surut. Namun, dalam musim mudik dan hari-hari besar keagamaan, tren lonjakan kasus kerap terjadi. Karena itu, pemerintah getol mengimbau masyarakat agar menahan diri berhari raya di kampung halaman.
Imbauan ini berdampak pada arus mudik yang berkurang drastis. Berdasarkan catatan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), dalam periode mudik tahun 2020, arus kendaraan keluar Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) melalui jalan tol hanya 552.759 unit. Jumlah ini turun 66 persen dibandingkan tahun 2019.
Periode mudik tahun 2021 juga tidak jauh berbeda. Masyarakat masih dipaksa tidak ke mana-mana karena Covid-19 semakin ganas berkeliaran. Akan tetapi, keinginan untuk mudik ternyata lebih tinggi. Dari 6-17 Mei 2021, tercatat 2,6 juta kendaraan keluar Jakarta melalui jalan tol yang ada.
Dampaknya, lonjakan kasus Covid-19 menjadi semakin tidak terkendali. Apalagi, saat itu masyarakat menghadapi varian Delta yang disebut mampu menyebar lebih cepat dengan daya rusak tinggi. Tingginya kasus berdampak pada rumah sakit kesulitan menangani pasien karena daya tampung terbatas.
Penangkal Covid-19 pun disiapkan untuk menghadapi gempuran pandemi. Perusahaan farmasi di berbagai belahan dunia menciptakan vaksin lalu disebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. untuk menciptakan kekebalan kelompok dalam menahan laju sebaran Covid-19.
Mudik meningkat
Kelonggaran dalam pembatasan mobilitas setelah vaksinasi membuat jumlah pemudik melonjak dalam periode pada tahun 2022. Berdasarkan catatan Kemenhub, jumlah pemudik pada tahun itu mencapai 85 juta orang. Saat itu, kendaraan yang meninggalkan Jabodetabek melalui tol mencapai 2,1 juta unit dalam kurun 22 April-3 Mei 2022.
Pada tahun 2023, pemerintah mengklaim pemudik bakal meningkat. Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam beberapa kesempatan menyatakan, jumlah pemudik tahun ini meningkat lebih dari 40 persen dibandingkan tahun sebelumnya atau sekitar 120 juta jiwa. Dari jumlah ini, 20 juta pemudik di antaranya akan melintasi Jabar.
”Kerja tim gabungan tahun ini lebih berat, jumlah pemudik dan kendaraannya naik berkali lipat,” ujar gubernur yang kerap dipanggil Emil ini.
Jumlah pemudik yang tinggi ini bisa dilihat dari kendaraan yang keluar dari berbagai ruas tol di Jabar. PT Jasa Marga mencatat, kendaraan yang keluar Jabodetabek dalam H-7 hingga H-1 (15-21/4/2023) mencapai 1,3 juta unit. Jumlah ini meningkat 3 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Rezeki berlipat
Kenaikan jumlah pemudik dan mobilisasi masyarakat selama Ramadhan berpotensi pada kenaikan transaksi di masyarakat. Bank Indonesia (BI) pun menyiapkan uang tunai Rp 18,3 triliun di Jabar. Nilai ini lebih tinggi daripada tahun 2022 sebesar Rp 16,6 triliun.
Kepala Perwakilan BI Jabar Erwin Gunawan Hutapea berharap masyarakat berbelanja produk dalam negeri, terutama usaha mikro kecil dan menengah. Dia juga meminta warga menukar uang di tempat-tempat resmi dan layanan terpadu karena dijamin jumlah dan keasliannya.
”Saya mengajak warga Jabar berbelanja dengan bijak sesuai kebutuhan dan mengalokasikan dana yang tepat. Masyarakat juga diharapkan mau berbelanja produk-produk UMKM,” katanya.
Belanja dari para pemudik ini memberi angin segar kepada para pedagang asongan yang setia di tengah kemacetan. Salah satunya Zainal Arifin (43), warga Limbangan, Garut, yang menjadi pedagang asongan di Jalur Nagreg.
Semenjak pemudik mulai memadati Jalur Nagreg di pekan akhir Ramadhan, Zainal berjualan dari pagi hingga malam. Dalam sehari, dia mengantongi untung lebih dari Rp 100.000.
”Dari H-7 sudah mulai mondar-mandir di sini. Naik bus, jualan, lalu turun lagi di Limbangan. Lalu saya jalan ke arah Nagreg. Begitu terus, sampai capek,” ujarnya tertawa.
Meski lelah mondar-mandir, dia berhasil menjual puluhan bungkus makanan ringan, mulai dari potongan buah, kacang-kacangan, hingga tahu sumedang. Keuntungan yang dia dapatkan bisa membeli baju lebaran untuk satu cucunya yang masih berumur balita.
”Alhamdulillah tahun ini bisa beli baju lebaran untuk cucu. Kemarin waktu pandemi saya berlebaran apa adanya. Waktu itu, dapat uang Rp 25.000 dalam sehari saja sudah bagus,” ujarnya.
Keramaian arus mudik tahun ini pun memberikan rezeki yang berlipat bagi Zainal dan para pedagang asongan lainnya di Nagreg. Dengan pandemi yang mulai reda, mereka berharap dapat berlebaran dan menyambut hari-hari setelahnya dengan lebih baik lagi.
Baca juga: Arus Mudik di Jalur Nagreg, Jawa Barat, H-3 Lebaran Mulai Meningkat