Mereka yang Menunda Pulang demi Pemudik
Mereka menunda mudik, meninggalkan keluarga, dan bertugas di jalan tol agar lalu lintas pemudik tidak kacau.
Gelombang pemudik di setiap momentum Lebaran menyebabkan kepadatan arus lalu lintas di jalan tol. Hal ini menyebabkan konsekuensi bagi mereka yang bertugas. Mereka menunda mudik, meninggalkan keluarga, dan bertugas di jalan tol agar warga bisa mudik bertemu keluarga.
Menunda mudik selama puluhan tahun telah dilakukan oleh Ahmad Zamzuri. Sejak bekerja 30-an tahun lalu, Manager Transaksi 3 Area Jakarta-Cikampek PT Jasamarga Tollroad Operator ini tidak pernah merasakan mudik saat Lebaran. Pulang kampung bisa ia lakukan setelah arus balik berakhir.
”Saya pulang kampung di luar momen Lebaran. Jadi sudah jadi kebiasaan karena sudah puluhan tahun tidak mudik saat Lebaran. Senang bisa melayani masyarakat yang ingin mudik walaupun kami tidak mudik. Kami memudikkan ratusan ribu orang,” kata pria asal Dharmasraya, Sumatera Barat, itu, Jumat (21/4/2023).
Saat memasuki arus mudik, kata Ahmad, seluruh petugas harus siaga 24 jam. Ia hampir tidak memiliki waktu untuk istirahat dalam satu hari. Jika pulang, ia hanya sempat untuk ganti baju saja kemudian harus segera kembali ke posko pantau di Km 70 Gerbang Tol Cikampek Utama.
Di momentum Lebaran kali ini ia bertugas mengakomodasi berbagai stakeholder seperti mengoordinasikan personel di gerbang tol, rekayasa pengoperasian gerbang tol, rekayasa lalu lintas, dan berkoordinasi dengan kepolisian resor setempat.
Ahmad mengatakan, perasaan letih dan capek harus dibuang jauh. Untungnya masih ada rekan-rekan kerja yang saling mendukung dan menyemangati satu sama lain.
Baca juga: Membayar Lelah demi Pulang ke Rumah
Sementara itu, di ruangan berukuran 1 meter x 2,5 meter, Risno Simorangkir (29) tak henti mengawasi dan melayani setiap pengguna tol yang melintas. Saat orang lain dapat berkumpul dengan orangtua dan sanak saudara di kampung, ia malah berjibaku di Gerbang Tol Cikampek Utama, Karawang, Jawa Barat.
Setiap Lebaran, Risno dan sebagian besar pegawai di PT Jasa Marga (Persero) Tbk tak bisa menikmati kemenangan di hari yang fitri. Ini adalah risiko, pengorbanan, sekaligus pengabdian, juga tanggung jawab dari pekerjaan yang memberikan layanan kepada masyarakat.
”Duka bekerja sebagai petugas di gerbang tol itu kami gak bisa mudik. Setelah orang-orang mudik, baru kami yang mudik. Sedih, tapi demi tugas kami tetap semangat. Masih ada lagi nanti di arus balik yang dihadapi. Tapi saya senang lihatnya jadi seperti mudik juga dan menikmati macet,” ujar laki-laki asal Tarutung, Sumatera Utara, itu.
Pada puncak arus mudik ia hampir kerja seharian. Bahkan, ia harus turun ke jalan untuk mengatur lalu lintas di gerbang tol agar tidak terjadi penumpukan kendaraan. Petugas datang dengan membawa mobile reader atau alat transaksi seperti mesin electronic data capture (EDC) untuk menghampiri setiap kendaraan yang sedang mengantre agar tidak menyebabkan antrean panjang dan mempercepat transaksi. Selain itu, agar kendaraan yang menuju pintu tol tidak menumpuk di satu sisi.
Meski letih, ada hal yang tidak pernah ia dapatkan di hari biasa, yaitu ucapan semangat yang terus dilontarkan oleh para pemudik. Dalam satu hari, sekitar 50 orang menyemangati dirinya selama puncak arus mudik.
”Ucapan semangat banyak banget, kadang para pemudik juga nanya sudah siaga sejak pukul berapa, dan ucapan jaga kesehatan. Baru kali ini orang nanya begitu ke saya. Sebelumnya tidak pernah sama sekali,” kata Risno dengan antusias.
Posko pengambil keputusan
Selain pentingnya peran petugas Jasa Marga dalam mendukung kelancaran arus mudik dan arus balik Lebaran, posko pantau PT Jasa Marga juga tak kalah penting. Posko Pantau Km 70 dekat Gerbang Tol Cikampek Utama menjadi posko utama atau pengambil keputusan para petinggi PT Jasa Marga serta pemerintah terkait arus mudik dan arus balik Lebaran.
Sejak H-7 Lebaran, bangunan tiga lantai tersebut mulai ramai didatangi awak media dan para petinggi pemerintah dalam pengambilan keputusan arus mudik dan arus balik Lebaran. Di antaranya seperti Kepala Kepolisian Negara RI, Menteri Perhubungan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Badan Pengatur Jalan Tol, dan kepolisian daerah.
Corporate Communication and Community Development Group Head PT Jasa Marga (Persero) Tbk Lisye Octaviana menuturkan, Posko Pantau di Km 70 Jalan Tol Jakarta-Cikampek ditetapkan menjadi titik utama posko. Hal ini karena Km 70 menjadi titik krusial dan indikator untuk melihat kendaraan keluar Jakarta menuju Trans-Jawa arah timur.
”Posko Cikampek menjadi titik utama pos karena kunjungan tamu VIP bisa langsung melihat titik utama kepadatan kendaraan. Sejumlah 50 persen kendaraan menuju Trans-Jawa dan Bandung distribusinya di sini (Gerbang Tol Cikampek Utama),” ujar Lisye. Adapun posko pantau selain di Gerbang Tol Cikampek ialah Gerbang Tol Jatiasih (Bekasi), Gerbang Tol Kalikangkung (Jawa Tengah), dan Gerbang Tol Warugunung (Jawa Timur).
Di Posko Pantau Gerbang Tol Cikampek Utama, sejumlah petugas Jasa Marga sibuk dengan tugas masing-masing. Ada yang membuat laporan, menyiapkan rilis pers untuk media, koordinasi dengan petugas lain melalui Zoom, ataupun memantau kamera pemantau (CCTV) di setiap titik area kepadatan kendaraan yang dikendalikan oleh petugas sentra komunikasi di Pos Pantau Jatiasih.
Saat ini, Jasa Marga memiliki sistem aplikasi traffic counting berbasis radar yang digunakan pihak internal, yakni Jasa Marga Integrated Digital Map. Aplikasi tersebut dapat melihat kondisi riil lapangan, jumlah kendaraan lalu lintas yang lewat, kepadatan kendaraan, hingga situasi lapangan di jalan tol.
”Lalu lintas per jam dapat dilihat oleh teknologi tersebut dan disesuaikan dengan teori yang kami punya, yang akhirnya muncul prediksi lalu lintas ataupun kendaraan. Sistem ini juga yang digunakan untuk koordinasi bersama pemerintah terkait,” ujar Lisye yang sejak 18 April 2023 sudah berkantor di Posko Pantau Gerbang Tol Cikampek Utama.
Anggota Komisi VI DPR, Andre Rosiade, mengatakan, antisipasi yang dilakukan oleh Jasa Marga sudah berjalan dengan baik. ”Perlu kami apresiasi kesiapan Jasa Marga, seluruh jajarannya menginap 14 hari di lapangan tanpa pulang ke rumah. Libur Lebaran yang harusnya berkumpul dengan keluarga, karyawan Jasa Marga menunjukkan etos kerja, dedikasi, dan militansi dalam bekerja,” kata Andre, saat meninjau posko utama tersebut, Rabu (19/4/2023).
Semua perasaan letih dan capek harus dibuang jauh. Rasa sadar bahwa pekerjaan melayani pengguna jalan itu tak kenal waktu menjadi semangat terbesar mereka menemani pemudik di tol.