Sebagian Penyintas Gempa Cianjur Shalat Idul Fitri di Tenda Darurat
Sebagian warga Cianjur di Cugenang masih melaksanakan shalat Idul Fitri di tenda darurat. Meski demikian, ibadah tetap berjalan khusyuk dan kondusif, bahkan animo jemaah dinilai lebih besar dibandingkan sebelumnya.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
CIANJUR, KOMPAS — Lima bulan pascagempa bumi Cianjur, sebagian warga merayakan Lebaran di tenda-tenda pengungsian, termasuk saat menjalankan shalat Idul Fitri. Kondisi tersebut tidak mengurangi antusiasme warga untuk tetap beribadah sekaligus bersilaturahmi.
Satu per satu warga RT 002 RW 007 Kedung Girang, Sukamanah, Cugenang, Kabupaten Cianjur, memenuhi masjid untuk menjalankan shalat Idul Fitri pada Sabtu (22/4/2023). Anak-anak hingga orang tua dan warga lansia membawa peralatan shalat masing-masing, sebagian bahkan telah mengenakan sarung bagi laki-laki dan mukena untuk perempuan.
Lebaran kali ini tampak berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Mereka, khususnya jemaah perempuan, harus berbesar hati untuk beribadah di tenda darurat. Jemaah laki-laki dapat shalat di masjid yang telah direnovasi walau belum sempurna.
Sebelum shalat dimulai, Hasanudin (42) yang bertugas sebagai imam memberi khotbah yang diamini jemaah. Walau dalam kondisi seadanya, ia menyebut bahwa tidak ada tata cara ibadah yang berbeda.
”Ini yang berbeda cuma tempat saja. Biasa diadakan di masjid dalam keadaan tenang, sukacita, sekarang dilaksanakan dalam keadaan darurat di masjid darurat meski masih ada rasa waswas juga,” kata Hasanudin.
Kekhawatiran itu tidak lepas dari beberapa gempa kecil yang terkadang masih dirasakan meski tak bersifat merusak. Trauma masih ada sehingga Hasanudin berupaya memberi ketenangan kepada jemaahnya.
Menurut Hasanudin, meski beribadah di masjid darurat, antusiasme warga tak berubah, bahkan lebih besar. Momen ini tak mengurangi semangat mereka untuk menjalankan shalat bersama sekaligus bersilaturahmi.
Hal senada diutarakan salah satu jamaah, Olis (41). Ia mengatakan, masjid darurat ini sebenarnya belum memadai karena tak dapat menampung seluruh warga setempat yang beragama Islam.
”Biasanya lebih itu, mah,karena enggak kebagian (tempat). Jadi, banyak yang enggak shalat juga,” ujar Olis.
Ia menambahkan, perasaan cemas masih membayang hingga kini. Ingatan peristiwa gempa yang terjadi pada November 2022 masih melekat dalam benaknya.
Masjid darurat bagi jemaah putri berdiri di atas lahan milik warga, Hendar (53). Ia meminjamkannya secara cuma-cuma sebab tanah tersebut memang tak digunakannya saat ini.
Dulunya, berdiri garasi mobil di atas tanah itu yang turut hancur karena pergerakan tanah. Selain itu, masjid darurat juga kerap digunakan untuk kegiatan peribadahan, antara lain shalat Jumat dan shalat harian.
”(Hal ini) jadi sarana untuk ibadah saya dan sekeluarga,” kata Hendar.
Setidaknya masih ada dua wilayah di Desa Sukamanah, Cugenang, Kabupaten Cianjur, yang mengadakan shalat Idul Fitri di tenda darurat ataupun lapangan terbuka. Meski demikian, seluruh ibadah warga tetap berjalan kondusif.
”Pantauan saya, ada di Kedung Girang dan Warung Seuseupan (lokasi ibadah sementara). Sementara yang lain sudah di masjid meski kondisi masjid (masih) proses renovasi,” ujar Kepala Desa Sukamanah Indra Surya Pradana.
Sekarang sudah bisa senyum, sudah bisa beli material (rumah tahan gempa) setelah Lebaran nanti.
Tahun ini, sebagian masyarakat masih beribadah di tenda. Namun, kesedihan itu sedikit terobati lantaran sejumlah warga telah menerima dana bantuan dari pemerintah.
”Sekarang sudah bisa senyum, sudah bisa beli material (rumah tahan gempa) setelah Lebaran nanti,” kata Indra.