Idul Fitri di Pontianak Khidmat dan Penuh Persaudaraan
Shalat Idul Fitri di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, berjalan khidmat, Sabtu (22/4/2023). Perayaan hari kemenangan itu juga sarat pesan persaudaraan dengan kehadiran tokoh lintas agama dalam acara ”open house”.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Shalat Idul Fitri di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, berjalan khidmat, Sabtu (22/4/2023). Perayaan hari kemenangan itu juga sarat pesan persaudaraan dengan kehadiran tokoh lintas agama saat open house di Pendopo Gubernur.
Meskipun Kota Pontianak pada Sabtu pagi diguyur hujan, hal itu tidak menghalangi antusiasme jemaah untuk menjalankan shalat Idul Fitri. Shalat Idul Fitri selain dilaksanakan di dalam masjid juga disediakan di halaman masjid. Namun, karena hujan, shalat sepenuhnya dilaksanakan di dalam masjid.
Salah satu lokasi shalat Idul Fitri dilaksanakan di Masjid Raya Mujahidin Pontianak.
Sejak pagi, jemaah sudah berdatangan ke Masjid Raya Mujahidin. Di tengah guyuran hujan mereka datang bersama sanak keluarga menggunakan payung. Shalat berlangsung khidmat. Selepasnya, warga pun bermaaf-maafan.
”Jangan bosan jadi orang baik karena kebaikan itu mengabadikan,” demikian salah satu kutipan khotbah khatib shalat Idul Fitri di Masjid Raya Mujahidin, Pontianak, Didik M Nur Haris.
Ia juga menegaskan, manfaat kebaikan itu seperti pohon yang rindang penuh keteduhan. Akarnya dalam menghujam yang menyimpan mata air kehidupan, memberi buah-buah yang nikmat sepanjang waktu bagi kehidupan. Tanamkanlah kebaikan sekecil apa pun karena kita tidak akan pernah tahu kebaikan apa yang akan mengantarkan kita ke surga.
Shalat Idul Fitri di Masjid Raya Mujahidin juga dihadiri Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji. Sutarmidji, seusai mengikuti shalat, mengucapkan selamat Idul Fitri kepada masyarakat Kalbar. Dalam kesempatan itu, ia mengingatkan masyarakat jangan sampai perbedaan pilihan di tahun politik menjadi penghambat untuk maju.
”Jadikan perbedaan-perbedaan sebagai jalan untuk berkolaborasi demi kebaikan Kalbar ke depan, siapa pun pemimpinnya. Jaga iklim kondusivitas di Kalbar yang selama ini sudah terjalin,” ujar Sutarmidji.
Seusai mengikuti shalat Idul Fitri di Masjid Raya Mujahidin, Gubernur Kalbar menggelar open house di Pendopo Gubernur. Terkait open house, Sutarmidji, menuturkan, dalam momen tersebut ia bersilaturahmi dengan masyarakat. Open house dilaksanakan pada Sabtu dan Minggu (23/4).
Jangan bosan jadi orang baik karena kebaikan itu mengabadikan.
Dalam kesempatan itu, hadir tokoh lintas agama dan etnis yang menghidupkan suasana persaudaraan. Salah satu yang hadir dalam open house adalah Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus Pr bersama para pastor dan suster (biarawan Katolik).
Mgr Agustinus Agus dalam kesempatan itu mengucapkan selamat Idul Fitri bagi seluruh umat Muslim. Kunjungan itu merupakan wujud kunjungan kepada saudara. ”Ketika saudara bergembira, kita hadir. Ketika saudara kita susah, kita hadir. Ini bentuk solidaritas sebagai anak bangsa,” ujar Mgr Agustinus Agus.
Pantauan Kompas secara umum sehabis shalat Idul Fitri, masyarakat lebih banyak menikmati hari Idul Fitri bersama keluarga di rumah. Pusat perbelanjaan pada Sabtu pagi tutup dan baru buka pada siang hari. Jalan-jalan relatif sepi pada Sabtu pagi.
Menjelang siang, mobilitas warga perlahan mulai terlihat. Ada yang mulai mengisi libuaran dengan berkunjung ke pusat perbelanjaan. Ada pula dari mereka yang pergi ke luar kota menuju rumah sanak keluarga di kabupaten/kota lain.
Kegembiraan Idul Fitri juga dirayakan warga dengan makan bersama seusai shalat di salah satu wilayah Kabupaten Kubu Raya, kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Pontianak.
Lukman Hakim (41), warga Kalimas Hulu, Desa Pal Sembilan, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, menuturkan, seusai shalat Idul Fitri, warga makan bersama.
”Setiap warga membawa hidangan dari rumah masing-masing beserta lauk-pauk dibawa ke masjid. Seusai shalat, warga bersalam-salaman, membaca doa, kemudian makan bersama di teras masjid. Itu ungkapan kebersamaan dan rasa syukur yang sudah menjadi budaya turun-temurun di daerah kami,” tutur Lukman.
Seusai acara di masjid, warga kembali ke rumah. Selanjutnya, warga berkunjung ke rumah sanak keluarga dan tetangga. ”Ada yang berkunjung ke rumah induk. Rumah induk itu maksudnya jika masih memiliki nenek atau kakek, di situlah rumah induk,” ucapnya.