Buka Puasa Terakhir di Surakarta, Ganjar Tak Sengaja Bertemu Relawan Jokowi
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melaksanakan buka puasa terakhir sebelum merayakan Idul Fitri 1444 H di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (21/4/2023) petang. Ia tak sengaja bertemu sukarelawan Jokowi.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melaksanakan buka puasa terakhir sebelum merayakan Idul Fitri 1444 H di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (21/4/2023) petang. Secara tak sengaja, ia bertemu dengan salah seorang sukarelawan Presiden Joko Widodo, Ulin Yusron. Pertemuan itu terjadi setelah Ganjar ditetapkan sebagai bakal calon presiden dari PDI-P.
Ganjar memilih restoran Adem Ayem untuk menjadi lokasi buka puasa terakhirnya dalam masa Ramadhan kali ini.
Ia buka puasa bersama dengan keluarganya, yakni Siti Atiqoh (istri) dan Muhammad Zinedine Alam Ganjar (anak).
”Ini buka terakhir. Jadi sama anak dan istri. Anakku karo bojoku endi mau? (anakku dan istriku mana tadi?) Ayo, ayo,” kata Ganjar, sambil menggandeng putranya yang tengah mengenakan kruk, seusai berbuka puasa.
Nama Ganjar memang sedang menjadi sorotan publik. Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menunjuk pria berambut putih itu menjadi bakal calon presiden dalam pergelaran Pemilu 2024.
Untuk itu, tak mengherankan jika Ganjar diserbu warga yang kebetulan sedang sama-sama makan di restoran. Senyum dilemparkan kepada setiap orang yang dijumpainya. Tak terkecuali ketika berhadapan dengan sesosok pria gondrong berkacamata
Itu modalitas untuk melanjutkan kepemimpinan Jokowi. Salah satunya adalah kesetaraan. Beliau (Jokowi) setara dengan masyarakat.
Sosok tersebut ialah Ulin Yusron, sukarelawan Presiden Joko Widodo sewaktu Pemilu 2014 dan 2019. Ulin dikenal pula sebagai seorang pegiat media sosial.
Ulin mengaku, pertemuannya dengan Ganjar tidak pernah direncanakan sebelumnya. Itu terjadi secara tidak sengaja.
Menjajal
Kebetulan saja, ia sedang berkunjung bersama keluarganya ke Kota Surakarta. Dalam kunjungan itu, ia berencana menjajal restoran Adem Ayem yang baru saja dibuka di lokasi anyar.
”Ini enggak sengaja. Kebetulan sedang ajak makan keluarga. Karena, ini, kan restoran baru. Jadi kami ingin coba. Pas mau ke sini, memang ketemu rombongan bapak (Presiden) dan Mas Ganjar dari bandara. Eh, ketika sampai sini malah bertemu rombongan keluarganya Mas Ganjar. Sepertinya mestakung (semesta mendukung),” kata Ulin, dilanjutkan tawanya.
Ulin dan Ganjar berjabat tangan ketika berjumpa. Keduanya juga bercakap-cakap singkat. Ulin tak memungkiri apabila terdapat pembahasan soal ditunjuknya Ganjar menjadi bakal calon presiden oleh partainya.
”Pokoknya kami ikut mendorong Mas Ganjar sebagai capres PDI-P. Mungkin akan banyak partai lain yang terlibat. Kami akan solid bergerak untuk memenangkan Mas Ganjar. Lainnya, ngobrol ringan-ringan saja,” ujar Ulin.
Ulin merasa dirinya dan kelompok sukarelawan lainnya hanya bagian kecil dari proses politik pemilihan presiden. Pihak-pihak yang akan mengambil porsi besar adalah kelompok partai politik.
Untuk itu, ia cenderung menunggu pergerakan dari para partai politik membentuk koalisi sebelum kontestasi dimulai nanti.
”Kami menunggu proses koalisinya akan seperti apa untuk mengumpulkan dukungan dari para pemegang tiket (pencalonan). Kami harapkan koalisi besar itu bisa bergabung di rombongan Mas Ganjar. Penentuan cawapres yang juga kami tunggu-tunggu semoga juga sesuai dengan harapan publik,” kata Ulin.
Lebih lanjut, Ulin menginginkan agar segala pencapaian yang dihasilkan selama kepimpinan Jokowi tetap diteruskan.
Menurut dia, Ganjar adalah sosok yang mampu melakukannya. Ia memandang Ganjar sebagai penerus yang tepat dari perjuangan Jokowi selama ini.
Ditilik dari karakternya, ungkap Ulin, Ganjar juga dikenal mau mendengarkan masukan publik walaupun itu tidak mengenakkan untuknya. Kemudian, meski menjabat kepala daerah, Ganjar tak sulit pula untuk diakses.
Kemampuan Ganjar dalam mengelola aspirasi masyarakat turut dipandang sebagai nilai tambah baginya. Ganjar juga dianggap cukup andal untuk menuntaskan berbagai permasalahan di tengah masyarakat selama menjabat kepala daerah.
”Itu modalitas untuk melanjutkan kepemimpinan Jokowi. Salah satunya adalah kesetaraan. Beliau (Jokowi) setara dengan masyarakat. Bisa terjun ke masyarakat. Harapannya, (Ganjar) bisa melanjutkan tradisi blusukan yang selama ini sudah dilakukan,” kata Ulin.