Warga Pontianak Hanya Bisa Saksikan Gerhana Matahari Sebagian
Gerhana matahari total kembali bisa disaksikan di Indonesia, Kamis (20/4/2023). Untuk di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, hanya terlihat gerhana matahari sebagian.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·2 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Setelah tujuh tahun, gerhana matahari total kembali bisa disaksikan di Indonesia, Kamis (20/4/2023). Di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, warga hanya bisa melihat gerhana matahari sebagian.
Gerhana matahari total kali ini hanya bisa disaksikan di timur Indonesia. Sisanya, seluruh wilayah Indonesia, kecuali ujung barat Sumatera, menyaksikan gerhana matahari sebagian.
Gerhana matahari total (GMT) itu bagian dari gerhana matahari hibrida (GMH). Hal itu adalah tipe gerhana matahari gabungan dari GMT dan gerhana matahari cincin (GMC) dengan satu tempat hanya bisa menyaksikan satu jenis gerhana.
Di Kalbar, pengamatan gerhana matahari sebagian dilakukan di Badan Riset dan Inovasi Nasional Kawasan Pontianak.
Pelaksana Fungsi Layanan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Pontianak, Angga Yolanda Putra, menuturkan, pihaknya menyiapkan teleskop mulai pukul 09.00.
”Mulai kontak masuk gerhana pukul 09.49. Namun, kendala kondisi mendung sehingga gerhana baru terlihat pukul 10.03,” ujarnya.
Puncak gerhana matahari sebagian di Pontianak terjadi pukul 11.03. Fenomena itu berlangsung sekitar 1 menit.
Sejumlah mahasiswa ikut serta meneliti fenomena itu. Darmiati (20), mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak, menuturkan, pemantauan itu memberikan wasasan baru.
”Kami memiliki pengalaman langsung melihat gerhana dengan peralatan yang tersedia. Bagi calon guru, pengalaman langsung ini penting untuk bekal berkarya nanti,” ujar Darmiati.
Arifin (21), mahasiswa FKIP Untan, menuturkan, bisa merasakan langsung proses pengamatan gerhana matahari sebagian. Arifin bisa memahami fenomena itu lebih dari sekadar teori.
Sejumlah warga juga antusias. Rini (27), warga Pontianak, penasaran ingin menyaksikan gerhana matahari. “Kalaupun tidak terbuka untuk umum, saya izin sebentar untuk menyaksikan fenomena alam yang langka,” ujar Rini yang datang ke lokasi pengamatan bersama keponakannya.