Sebanyak 3.600 warga diberangkatkan dalam program mudik gratis Pemerintah Provinsi Jawa Timur dari Surabaya, Rabu (19/4/2023). Mereka berangkat dengan 160 bus untuk tujuan 17 kabupaten/kota.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 3.600 orang diberangkatkan dalam program mudik gratis yang diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan Jawa Timur, di Surabaya, Rabu (19/4/2023). Mudik gratis bertujuan membantu warga yang ingin merayakan Lebaran 2023 di kampung halaman. Selain itu, menjamin keselamatan warga yang beperjalanan untuk mudik dan balik dengan angkutan umum.
Para pemudik diberangkatkan dari depan kantor Dishub Jatim di jalur paralel atau frontage Jalan Ahmad Yani. Mereka berangkat dengan 160 bus untuk tujuan 17 kabupaten/kota misalnya Ponorogo, Banyuwangi, dan Sumenep. Dishub Jatim mengelola keberangkatan 90 bus, sedangkan 70 bus lainnya oleh swasta.
Supriyono, peserta mudik gratis, mengatakan, program itu selalu ditunggu oleh warga Jatim terutama yang merantau ke wilayah Surabaya Raya (Surabaya-Sidoarjo-Gresik). ”Terutama bagi kami yang kelas pekerja dengan penghasilan pas-pasan,” katanya.
Supriyono adalah buruh pabrik di Sidoarjo dan indekos di kabupaten di sisi selatan Surabaya tersebut. Program mudik gratis membantunya setidaknya meringankan ongkos bepergian ke kampung halaman di Trenggalek. Mudik menjadi ”ritual wajib” bagi keluarga Supriyono untuk merayakan Lebaran sekaligus memperteguh kohesi sosial dan silaturahmi dengan keluarga, terutama bakti bagi orangtua.
”Ketika masa pandemi Covid-19, tidak ada program mudik gratis tetapi saya tetap mudik dengan angkutan yang ada,” kata Supriyono. Pandemi menyerang sejak Maret 2020 sehingga program mudik gratis kurun 2020-2021 ditiadakan sebagai konsekuensi penanganan wabah tersebut di Jatim.
Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan larangan mudik untuk percepatan penanganan pandemi. Namun, bagi Supriyono, mudik tetap dijalankan ketika itu dengan mempertimbangkan protokol kesehatan, yakni memeriksakan diri terlebih dahulu sebelum bepergian dan terpaksa memakai kendaraan pribadi (sepeda motor).
Di sela pemberangkatan warga mudik gratis, Kepala Dishub Jatim Nyono mengatakan, program itu bertujuan membantu warga yang ingin merayakan Lebaran di kampung halaman. Cakupan program memang belum massal atau masih jauh dibandingkan dengan prediksi pergerakan warga Jatim dalam arus mudik dan balik yang mencapai 21,2 juta jiwa.
Dalam perspektif transportasi, yang selalu diutamakan ialah keselamatan, keamanan, dan kenyamanan. (Nyono)
Namun, dalam mudik gratis ada semangat untuk mendorong masyarakat lebih mengutamakan penggunaan angkutan umum dalam bermobilitas, termasuk bepergian dalam rangka merayakan hari raya. Aparatur pemerintah selalu mengecek dan mengawasi operasional angkutan umum untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan kenyamanan masyarakat.
”Dalam perspektif transportasi, yang selalu diutamakan ialah safety (keselamatan), security (keamanan), dan services (kenyamanan),” ujar Nyono.
Potensi kenaikan kasus kecelakaan di masa angkutan Lebaran 2023 patut diwaspadai. Salah satu faktor pemicunya ialah penggunaan sepeda motor. Dari 21,2 juta jiwa warga yang mudik dan balik, lebih kurang 5,8 juta jiwa atau 27,2 persen akan mengandalkan sepeda motor. Pemudik dengan kendaraan roda dua ini menjadi yang terbanyak di antara pengguna moda lainnya.
Di urutan kedua terbanyak ialah pemudik dengan mobil pribadi sebanyak 5,5 juta atau 26 persen. Setelah itu ada kereta (3,3 juta) dan bus (2,9 juta) serta pengguna mobil sewa, biro perjalanan, pesawat, kapal, dan taksi.
Pemprov Jatim juga menyediakan pengangkutan sepeda motor bagi pemudik dengan kapasitas 400 unit. Pengangkutan kendaraan roda dua itu telah diberangkatkan dari Dishub Jatim pada Selasa (18/4/2023) dengan tujuan Madiun, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Jember, dan Banyuwangi. Warganya diberangkatkan sehari kemudian sehingga di kampung halaman dapat tiba bersamaan dengan sepeda motor.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setidjowarno mengatakan, program mudik gratis baik untuk warga karena memakai angkutan umum sehingga dapat menjamin keselamatan, keamanan, dan kenyamanan.
”Yang kurang dari program mudik gratis itu ialah pengangkutan sepeda motor. Ini memperlihatkan kelemahan negara menyediakan angkutan umum secara merata termasuk di desa-desa tujuan pemudik,” kata Djoko.
Sepeda motor bukan kendaraan yang menjamin keselamatan pengguna dan penumpang. Sepeda motor minim perlindungan, kecuali helm dan busana, yang digunakan penggunanya. Seseorang bisa celaka bahkan tewas akibat kecelakaan saat bersepeda motor misalnya akibat terjatuh karena kondisi jalan, menghindari atau bermanuver, atau bertabrakan dengan kendaraan lain.
Djoko mencemaskan, risiko kecelakaan akan meningkat termasuk ke desa-desa pemudik karena ada penambahan jumlah dan aktivitas dengan sepeda motor. Perlu dipertimbangkan agar masyarakat yang mudik tidak memakai kendaraan pribadi, terutama sepeda motor, yang amat berisiko terhadap keselamatan jiwa.