Lebih dari 19.000 petugas gabungan Polri, TNI, dan pemerintah di Jawa Timur dikerahkan untuk kelancaran arus mudik dan balik, distribusi barang dan jasa, serta antisipasi kecelakaan melalui Operasi Ketupat Semeru 2023.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Jawa Timur mengerahkan 19.000 petugas gabungan untuk pengamanan arus mudik dan balik Lebaran 2023. Pengamanan untuk kelancaran mobilitas 21,2 juta jiwa warga, penyaluran barang dan jasa, dan menekan pelanggaran lalu lintas apalagi kecelakaan berserta dampak fatalnya.
Demikian diutarakan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Toni Hermanto seusai apel pasukan Operasi Ketupat Semeru di Lapangan Komando Daerah Militer V/Brawijaya, Senin (17/4/2023). Lebih dari 19.150 anggota Polri, TNI, dan pemerintah dari tingkat provinsi sampai kabupaten/kota siap diterjunkan untuk pengamanan arus mudik dan balik.
Toni mengatakan, telah didirikan 216 pos pengamanan, 44 pos pelayanan, dan 16 pos terpadu untuk membantu petugas gabungan dalam penanganan mobilitas warga di hari raya. Mereka menaruh atensi besar pada keamanan dan kelancaran mobilitas masyarakat di 5 bandar udara, 6 pelabuhan, 75 terminal, dan 87 stasiun termasuk 507 lokasi wisata dan 718 pusat belanja se-Jatim.
”Kami berupaya agar masyarakat dapat bepergian selama hari raya dengan selamat, aman, dan nyaman,” kata Toni. Operasi juga bertujuan menekan potensi kecelakaan. Menurut data Direktorat Lalu Lintas Polda Jatim, selama Lebaran 2021 tercatat 503 kasus kecelakaan. Angka meningkat setahun kemudian menjadi 835 kasus. Peningkatan jumlah kasus kecelakaan itu berhubungan dengan lonjakan warga yang bermobilitas untuk Lebaran, terutama pengguna sepeda motor. Kendaraan roda dua itu minim jaminan keselamatan bagi pengendaranya.
Panglima Kodam V/Brawijaya Mayor Jenderal Farid Makruf menyatakan, personel Brawijaya telah ditugaskan dan harus siap mendukung pengamanan Lebaran. Lebih dari 3.000 bintara pembina desa (babinsa) diinstruksikan mengawasi dan memastikan keamanan dan ketertiban masyarakat di desa-desa tujuan pemudik.
”Saya akan selalu berada di lokasi untuk membantu para prajurit dan petugas gabungan untuk menekan risiko kemacetan dan mencegah kecelakaan,” kata Farid, putra kelahiran Bangkalan, Pulau Madura.
Menurut Farid, mobilitas masyarakat Jatim tidak sebatas dalam masa puncak, yakni H-7 sampai H+7 Lebaran. Pergerakan itu masih akan terjadi sampai sebulan sejak hari raya mengikuti tradisi syawalan berupa halalbihalal.
Sementara itu, data dari PT Jasa Marga (Persero) memperlihatkan, dua hari terakhir tercatat lebih dari 39.000 mobil dan bus melalui Gerbang Tol Warugunung meninggalkan Surabaya menuju Jatim bagian barat daya, Jateng, dan Jogja lewat Tol Trans-Jawa. Selain itu, lebih dari 53.000 kendaraan melintasi Gerbang Tol Kejapanan Utara menuju Jatim bagian selatan dan timur.
Saya akan selalu berada di lokasi untuk membantu para prajurit dan petugas gabungan untuk menekan risiko kemacetan dan mencegah kecelakaan.
Direktur Lalu Lintas Polda Jatim Komisaris Besar Taslim Chairuddin mengatakan, arus mudik juga kian terasa melalui jaringan jalan raya bukan tol. Petugas gabungan telah disiagakan di sejumlah lokasi rawan macet dan kecelakaan.
Misalnya di pertigaan Mengkreng atau menuju Kediri dan kawasan Saradan di Madiun. Selain itu, penyeberangan ke Madura melaui Situbondo dan penyeberangan dari dan ke Bali melalui Ketapang, Banyuwangi.
”Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hati selama beperjalanan agar mudik dan balik dengan selamat dan aman,” kata Taslim.
Masyarakat diminta mematuhi aturan lalu lintas, sabar, dan tidak memaksakan diri selama perjalanan. Jika pengemudi letih dan mengantuk, harus segera berhenti untuk istirahat, tetapi di tempat yang aman dan telah tersedia.
Kehati-hatian harus lebih diperhatikan oleh pengguna sepeda motor agar terhindar dari potensi kecelakaan. Misalnya, menghindari perjalanan pada malam hari dan saat cuaca hujan, mematuhi rambu lalu lintas, dan mengemudi dengan benar alias jangan ugal-ugalan.