Merajut Persaudaraan dari Kampung Kerukunan Malagusa
Masyarakat di Kelurahan Malagusa, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, percaya kerukunan antarumat beragama harus dijaga. Untuk itu, mereka aktif membuat kegiatan yang melibatkan warga dari berbagai agama.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·4 menit baca
Dalam Tuhan kita bersaudara, sekarang dan selamanya. Sahurrr... sahurr..."
Lagu yang dinyanyikan dalam pawai obor Paskah, Minggu (9/4/2023) dini hari, bersatu dengan panggilan sahur untuk umat Muslim. Kegiatan ini diikuti ratusan warga yang tinggal di Kelurahan Malagusa, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, dikenal sebagai Kampung Kerukunan.
Tepat pukul 02.30 WIT, sekitar 300 warga berkumpul di dua lokasi tempat ibadah, yakni, Pura Jagat Sari dan Vihara Buddha Sasana. Mereka bersia melaksanakan pawai obor.
Pawai obor merupakan tradisi umat Kristiani untuk menyambut Paskah di tanah Papua. Setiap warga memegang obor dan berjalan kaki mengelilingi wilayah di sekitar kompleks pemukiman.
Uniknya pawai obor di Kampung Kerukunan tidak hanya dilaksanakan untuk menyambut Paskah. Kegiatan di kampung dengan jumlah penduduk mencapai 400 keluarga ini juga dimaksudkan untuk membangunkan umat Muslim agar tak lupa sahur.
Tak hanya umat Nasrani yang mengikuti pawai obor, warga yang beragama Islam, Hindu dan Buddha juga ikut serta. Raut wajah mereka terlihat antusias. Setiap orang menggenggam obor yang menyinari gelapnya malam.
Tepat pukul 03.00 WIT, ratusan warga yang berkumpul di dua lokasi itu mulai berjalan kaki mengitari Kampung Kerukunan. Mereka berjalan sambil menyanykan lagu berjudul Dalam Tuhan Kita Bersaudara. Perjalanan sejauh 1 km itu berakhir di gapura yang menjadi pintu masuk ke Kampung Kerukunan. Setelah 30 menit berlalu, kegiatan ini diakhiri dengan doa bersama.
Marthen Duwith (56), seorang warga yang mengikuti pawai obor Paskah, sangat antusias dan bangga mengikuti kegiatan ini. "Saya berharap kolaborasi kegiatan Paskah dan menjelang Lebaran tidak hanya terlaksana di Kampung Kerukunan. Daerah lainnya di Papua maupun provinsi lainnya bisa melaksanakan kegiatan yang sama, " harap pria asal Kabupaten Maybrat ini.
Kerja bakti
Pada sore harinya, sekitar pukul 17.30 WIT, warga kembali berkumpul di Mushola Al Abrar untuk bekerja bakti. Secara gotong royong, mereka membersihkan rumput dan sampah di sekitar mushola.
Kerja bakti ini dilakukan agar umat Islam bisa menjalankan ibadah sholat dengan nyaman. Kegiatan yang diikuti warga lintas iman ini diakhiri dengan doa dan berbuka puasa bersama di halaman mushola.
"Kegiatan bakti hingga berbuka bersama sudah menjadi rutinitas di Kampung Kerukunan. Hal ini karena persaudaraan antar warga yang sangat erat," tutur Sekretaris Kampung Kerukunan Petrus Sugiyono.
Pelaksanaan kegiatan keagamaan di Kampung Kerukunan seperti pawai obor Paskah dan buka puasa bersama menggunakan biaya yang dikumpulkan secara swadaya. Mereka secara sukarela menyumbang sejumlah uang demi menjalin silaturahmi antarwarga.
Sebelum kegiatan keagamaan berlangsung, biasanya warga menggelar rapat di Vihara Buddha Sasana dan rumah Ketua Kampung Kerukunan Ashar.
Kompas sempat mengikuti kegiatan rapat di rumah Ashar pada empat hari menjelang pawai obor Paskah. Rapat digelar pukul 21.00 WIT, atau setelah pelaksanaan shalat tarawih.
Dalam rapat yang terlaksana selama satu jam di ruang gazebo, warga menyampaikan berbagai usulannya. Rapat ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh warga dari salah satu perwakilan agama.
Rapat itu dihadiri perwakilan warga dari lima agama di Kampung Kerukunan untuk menyampaikan gagasannya. "Kami ingin terlibat dalam setiap kegiatan untuk memperingati hari keagamaan dengan rasa solidaritas yang tinggi, " tutur Pande Pusdana, perwakilan warga dari agama Hindu.
Ketua Kampung Kerukunan, Ashar mengungkapkan, wacana hadirnya Kampung Kerukunan di Kelurahan Malagusa sejak tahun 2012. Hal ini dilatarbelakangi adanya rumah ibadah bagi umat Kristen, Islam, Hindu dan Buddha di Kampung Kerukunan.
Diketahui warga yang bermukim di Kampung Kerukunan sudah ada sejak tahun 1982. Warga datang dari beragam agama, suku, dan ras. Warga dengan beragam latar belakang ini tinggal di wilayah yang terdiri dari dua RW dan empat RT.
Sikap toleransi dan rasa persaudaraan antarwarga di Kampung Kerukunan mendapatkan apresiasi dari pemerintah pusat. Kementerian Agama menetapkan Kelurahan Malagusa sebagai Desa Sadar Kerukunan pada 5 September 2020.
"Toleransi di Kampung Kerukunan terjalin secara natural. Hal inilah terlihat ketika seluruh warga saling mengunjungi rumah warga yang sedang merayakan hari besar keagamaan tanpa memandang perbedaan agama, " ungkap Ashar.
Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Kabupaten Sorong, Supriyanto menyatakan Kampung Kerukunan di Malagusa merupakan Desa Sadar Kerukunan pertama di tanah Papua. Sebab, wilayah tersebut memenuhi persyaratan adanya tempat ibadah untuk umat agama Kristen, Hindu, Buddha dan Islam.
Ia menilai keterlibatan umat muslim dalam pawai obor Paskah hingga berbuka puasa bersama dengan umat agama lain sangat diapresiasi. Hal ini menunjukkan islam yang rahmatan lil alamin yakni mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam.
"Kami berharap kisah inspiratif dari Kampung Kerukunan Malagusa dapat direplikasi seluruh wilayah di tanah Papua. Kemenag Kabupaten Sorong sendiri akan menyosialisasikan Kampung Kerukunan ke wilayah sekitarnya, " ucap Supriyanto.