Kembali Layani Umrah, Bandara Kertajati Disiapkan Jadi ”Hub” Penerbangan Internasional
Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka kembali melayani penerbangan umrah. Selain umrah, pemerintah juga menyiapkan bandara itu sebagai ”hub” atau penghubung penerbangan internasional.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka kembali melayani penerbangan untuk jemaah umrah. Selain melayani umrah, pemerintah juga menyiapkan bandara itu sebagai hub atau penghubung penerbangan internasional, termasuk melayani penerbangan haji.
Penerbangan umrah dari Bandara Kertajati menuju Madinah, Arab Saudi, berangkat pada Sabtu (15/4/2023) pukul 13.05 menggunakan maskapai Lion Air. Pesawat JT 068 itu mengangkut sekitar 200 jemaah yang berasal dari Medan (Sumatera Utara), Jakarta, Sukabumi (Jabar), dan beberapa daerah di Jawa Tengah.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melepas keberangkatan jemaah umrah itu. Turut hadir Direktur Utama Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro dan Dirut PT Bandara Internasional Jabar Muhamad Singgih.
Daniel mengatakan, Lion Air sudah tiga kali melayani penerbangan umrah di Kertajati sejak tahun 2018. Kali ini, pesawat yang membawa jemaah akan singgah di India untuk mengisi bahan bakar, lalu melanjutkan penerbangan ke Madinah. ”Ini membutuhkan waktu 11 jam. Tapi, ini masih kondisi aman,” katanya.
Daniel menambahkan, dengan armada hingga 300 pesawat, Lion Air siap mengakomodasi calon jemaah umrah dari Bandara Kertajati. Dalam waktu dekat, maskapai itu juga akan melayani penerbangan dengan rute Kertajati-Malaysia. Penerbangan itu menurut rencana akan dilakukan rutin meski waktunya belum ditentukan.
Budi Karya Sumadi mengatakan, pemerintah mendorong Bandara Kertajati menjadi hub atau penghubung penerbangan internasional, termasuk untuk umrah dan haji. ”Kalau jumlah penumpang banyak, akan digunakan pesawat wide body (ukuran besar) yang bisa direct (langsung) ke Jeddah,” ujarnya.
Budi juga mengaku telah berkoordinasi dengan Muhadjir Effendy agar penerbangan umrah, yang sebelumnya banyak dilakukan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, bisa dipindahkan ke Kertajati. ”Para pengelola travel umrah diwajibkan memeriahkan Bandara Kertajati,” katanya.
Namun, Budi menyebut, penerbangan umrah di Bandara Kertajati itu menyasar warga di Jabar bagian timur, seperti Cirebon, Indramayu, dan Majalengka; serta Jawa Tengah bagian barat, yang lokasinya lebih dekat dengan Kertajati. Dengan begitu, warga bisa menghemat ongkos transportasi dan waktu.
Selain itu, Budi telah meminta PT Angkasa Pura II untuk mengembangkan Bandara Kertajati sebagai hub penerbangan ke India. Saat ini, posisi hub ke India dipegang Bandara Internasional Kualanamu di Medan.
Jika Bandara Kertajati bisa menjadi hub, turis dari India bisa langsung datang ke Jabar. Begitu pun warga Jabar yang ingin ke India. ”Kertajati sudah diputuskan sebagai bandara internasional. Artinya, ke mana pun bisa, termasuk dari Korea, China, dan Jepang yang punya industri di sini,” tuturnya.
Apalagi, jarak Bandara Kertajati kurang dari 100 kilometer dari Pelabuhan Patimban, Subang, Jabar, sehingga cocok untuk pengiriman kargo dari luar negeri. Selain untuk penumpang dan kargo, bandara itu juga ditargetkan bisa menjadi tempat perbaikan pesawat.
Rencana pengoperasian Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau Cisumdawu pada tahun ini juga bakal mendukung layanan Bandara Kertajati. Dengan Tol Cisumdawu, pengendara dari Bandung bisa ke Kertajati hanya dalam waktu satu jam, lebih cepat dari sebelumnya yang butuh waktu tiga jam.
Pemerintah mendorong Bandara Kertajati menjadi hub atau penghubung penerbangan internasional, termasuk untuk umrah dan haji.
Muhadjir Effendy menambahkan, Bandara Kertajati tahun ini juga akan melayani penerbangan haji. ”Ada 20 kloter haji yang akan terbang dari Kertajati. Sudah ada Asrama Haji. Nanti, (Kertajati) akan mengurangi kepadatan bandara lainnya, termasuk Bandara Soekarno-Hatta,” ujarnya.
Sementara itu, Susi (38), salah satu anggota jemaah umrah, mengatakan, baru pertama kali berkunjung ke Bandara Kertajati. Namun, warga Banda Aceh ini merasa perjalanannya lebih jauh karena harus terbang dari Medan ke Jakarta, lalu ke Bandara Kertajati. ”Padahal, bisa terbang langsung dari Medan ke Madinah,” katanya.