Pada angkutan arus mudik Lebaran tahun ini, pemudik dibayangi dengan potensi cuaca ekstrem dampak dari masa transisi musim di beberapa daerah di Sumsel. Sejumlah langkah antisipasi terus disiapkan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Pada musim mudik Lebaran tahun ini, pemudik dibayangi potensi cuaca ekstrem dampak transisi musim di beberapa daerah di Sumsel. Sejumlah langkah antisipasi terus dilakukan untuk meminimalkan risiko bencana saat arus mudik ataupun arus balik berlangsung.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Sultan Mahmud Badaruddin II, Desindra Deddy Kurniawan, Jumat (14/4/2023), di Palembang, menjelaskan, pada April ini, Sumsel masih berada di masa transisi (pancaroba) dari musim hujan ke musim kemarau. ”Alhasil, potensi cuaca ekstrem sangatlah mungkin terjadi,” ungkapnya.
Biasanya cuaca ekstrem ditandai dengan panas yang begitu menyengat di pagi menjelang siang, tetapi pada sore menjelang malam terjadi hujan berintensitas tinggi dengan durasi yang cukup singkat. ”Situasi tersebut biasanya juga diiringi dengan angin kencang,” ujarnya.
Alhasil, beberapa risiko bencana bisa saja terjadi. Untuk di angkutan udara, hujan yang lebat disertai angin yang kencang akan membuat proses pendaratan cukup sulit. ”Cuaca ekstrem juga berpotensi membuat jarak pandang terbatas,” ujarnya.
Sementara untuk angkutan laut atau sungai, Desindra berharap agar pengelola angkutan mempersiapkan kemungkinan gelombang tinggi akibat angin kencang. Situasi itu sangat riskan pada angkutan penyeberangan seperti dari Pelabuhan Tanjung Api-api, Sumatera Selatan, menuju ke Pelabuhan Muntok, Kepulauan Bangka Belitung. Jika angin kencang melanda, ketinggian gelombang di kawasan itu bisa mencapai 2 meter.
Adapun angkutan darat, ujar Desindra, risiko bencana longsor dan banjir juga patut diwaspadai. ”Risiko longsor sangat mungkin terjadi di kawasan dataran tinggi, sementara untuk bencana banjir riskan terjadi di daerah dataran rendah,” ujarnya.
Kelapa Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sumatera Selatan Budiamin menuturkan, pihaknya sudah memetakan titik rawan banjir dan longsor di lintas timur dan lintas tengah sumatera serta jalur penghubung. Terdata ada sepuluh kawasan rawan banjir di Sumsel. Titik itu berada di jalan nasional dalam Kota Palembang, ruas Palembang-Betung, Betung-Sekayu (jalan lintas timur) dan simpang Sugiwaras-Kota Baturaja (jalan lintas tengah Sumatera).
Selain itu, ungkap Budiamin, ada 37 titik rawan longsor di Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim, Lahat, dan Kota Pagar Alam. Karena itu, pada saat arus mudik sangat diperlukan sejumlah langkah antisipasi.
Budiamin menyebut, pihaknya sudah menyiapkan 134 alat berat yang disebar di 20 lokasi untuk mengantisipasi risiko tanah longsor dan banjir yang bisa menghambat lalu lintas pada masa arus mudik.
”Alat berat itu kami tempatkan di lokasi rawan agar ketika masalah terjadi bisa segera tertanggulangi. Kami menargetkan, jeda waktu antara laporan diterima dan alat berat datang ke titik bencana sekitar dua jam,” ujarnya.
Kepala Kepolisian Daerah Sumsel Inspektur Jenderal Albertus Rachmad Wibowo menyebut, secara keseluruhan, lokasi rawan longsor dan banjir cukup banyak di Sumsel. Agar bencana tersebut tidak menghambat lalu lintas, dibutuhkan sinergi antarinstansi. ”Setiap instansi tentu memiliki peran dan fungsi tersendiri. Lakukan itu secara terkoordinasi agar proses evakuasi bisa terlaksana dengan cepat,” ujarnya.
Jajaran polres dan polsek juga dituntut kreatif dalam menanggulangi risiko bencana saat angkutan mudik berlangsung. ”Karena yang kita lakukan saat ini adalah langkah mitigasi,” ujar Rachmad.