Kejahatan Mengintai dari Kode QRIS di Sejumlah Masjid
Sedekah yang menjadi wadah masyarakat untuk beribadah dalam berbagi harta tidak luput dari sasaran kejahatan. Kali ini, penjahat menggunakan celah kelengahan publik dari teknologi digital, seperti penggunaan kode QRIS.
Penipuan dengan penggunaan kode Quick Response Code Indonesian Standard atau QRIS ramai diperbincangkan dalam sepekan terakhir. Ironisnya, praktik itu terjadi di sejumlah masjid di Jakarta. Bukan tidak mungkin, hal serupa sudah terjadi di daerah lain di Indonesia.
Kepolisian pun menangkap Mohammad Imam Mahlil Lubis (39) karena menukar kode QRIS di hampir 30 masjid di Jakarta sejak awal April 2023. QRIS ini merujuk pada kode yang dipindai untuk melakukan pembayaran digital, termasuk memberikan sumbangan.
Dari aksi ini, tersangka mendapatkan uang hingga Rp 13 juta. Dana umat yang seharusnya untuk kepentingan masyarakat ini salah sasaran menjadi kepentingan pribadi yang bukan haknya.
Keresahan ini tidak hanya dirasakan warga Jakarta saja, tetapi juga menyebar ke daerah lain, salah satunya di Bandung, Jawa Barat. Rahmat (30), salah satu jemaah di Masjid Raya Bandung, enggan menggunakan QRIS untuk bersedekah setelah mendengar berita itu.
“Saya tidak mau uang yang saya niatkan untuk bersedekah ternyata masuk ke rekening penipu. Jadi yang pasti-pasti saja, saya masukkan ke kencleng masjid,” ujarnya sambil memasukkan beberapa lembar uang ke kotak amal di Masjid Raya Bandung, Rabu (12/4/2023).
Baca juga : Viral, Pelaku Penukar QRIS Sumbangan Masjid Ditangkap
Padahal, adanya QRIS sebagai kotak amal digital ini bisa meringankan warga untuk bersedekah. Rahmat pun dulu pernah berinfak dengan QRIS saat tidak memiliki uang tunai. “Tapi melihat kejadian kemarin, saya akan berpikir ulang,” kata Rahmat.
Kekhawatiran tindak kejahatan di tempat ibadah ini direspons Gubernur Jabar, Ridwan Kamil dengan meminta masyarakat untuk waspada. Apalagi, penukaran kode QRIS ini merugikan warga yang ingin menyumbangkan uangnya.
Potensi kerugian akibat penipuan ini menjadi lebih besar di tengah bulan Ramadhan. Gubernur yang kerap dipanggil Emil ini menyebut, umat muslim di Jabar mencapai 47 juta jiwa dari sekitar 50 juta penduduk.
Dalam menghadapi bulan puasa, sebagian umat muslim beribadah dengan berbagai macam cara, termasuk membayar zakat, infak dan sedekah. Karena itu, Emil menginstruksikan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) untuk melakukan pengecekan kembali setiap kode QRIS yang dipergunakan untuk sumbangan.
“Seluruh DKM yang ada kotak amal digital diharapkan mengecek (kode QRIS) setiap hari dan keamanan ditingkatkan. Jangan sampai saat jemaah berniat menyumbang secara digital ke rekening masjid malah jatuhnya ke rekening penjahat,” ujar Emil.
Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Jabar Barnas Adjidin menyebut, pihaknya masih belum menerima laporan penipuan kode QRIS di lingkungan tempat ibadah di Jabar. Meski demikian, pihaknya tetap akan memberikan imbauan kepada tempat ibadah untuk meningkatkan pengawasan.
“Sampai saat ini masih belum ada laporan (penipuan). Namun kami telah menginstruksikan kepada DMI (Dewan Masjid Indonesia) untuk mengecek setiap masjid yang ada di daerah-daerah,” ujarnya saat ditemui, Senin (10/4/2023).
Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia Jabar Rafani Akhyar juga meminta masyarakat untuk waspada karena kejahatan itu tidak memandang lokasi. Dia juga mendorong pemerintah untuk mengantisipasi kejadian serupa tidak terulang kembali.
“Penipuan itu tidak memandang lokasinya di masjid atau di tempat lain. Di manapun kejahatan bisa terjadi. Organisasi masjid harus bergerak, karena kalau mau sedekah, biasanya warga tidak berpikir panjang,” ujarnya.
Baca juga : Wapres Amin Minta Adanya Kontrol dan Keamanan pada QRIS
Pengguna QRIS
Ancaman kejahatan ini mengintai di balik tingginya penggunaan QRIS di Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia, total pedagang atau merchant (penyedia) QRIS mencapai 24,9 juta dengan total pengguna QRIS mencapai 30,87 juta pada Februari 2023.
Dari jumlah tersebut, BI menyebut volume transaksi mencapai 121,8 juta dengan nominal hingga Rp 12,28 triliun. Potensi besar ini diharapkan bisa diiringi dengan kewaspadaan setiap transaksi sehingga dana yang disalurkan tepat sasaran.
“BI mengharapkan PJP (Penyedia Jasa Pembayaran) melakukan mitigasi risiko terhadap penipuan. Pedagang juga memastikan keamanan QRIS yang ditampilkan,” papar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.
Mitigasi ini, ujar Erwin, dilakukan dengan memastikan QRIS yang ditampilkan tidak dapat diganti atau dimodifikasi oleh pihak yang tidak berwenang. Masyarakat juga diminta untuk memastikan informasi di dalam aplikasi pada saat memindai QRIS untuk memastikan dana yang masuk tepat sasaran.
“Pastikan nama pedagang atau merchant yang tercantum di dalam aplikasi sesuai dengan tujuan. Masyarakat nuga diminta tidak melakukan transaksi saat menemukan kejanggalan, seperti informasi yang tidak sesuai dengan profil pedagang,” ujarnya.
Salah satu upaya untuk mengantisipasi penipuan QRIS ini dengan mengganti kode sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh DKM Masjid Raya Bandung. Menurut Kepala Bidang Imarah Masjid Raya Bandung Rif'at Aby Syahid, penggantian QRIS ini dilakukan setelah instruksi dari Gubernur Jabar demi keamanan beribadah.
“Di Masjid Raya ada lebih dari 20 kode QRIS untuk sumbangan. Itu termasuk yang ditempelkan di dinding sampai di kotak amal. Meskipun dirasakan tidak ada QRIS yang bodong, kami memutuskan untuk mengganti semuanya,” paparnya.
Rif’at pun meminta masyarakat untuk waspada di tengah kemudahan dalam berbuat baik. Apalagi, teknologi yang ditawarkan masih memiliki celah untuk tindak kejahatan seperti penipuan QRIS yang terjadi akhir-akhir ini.
“Sekarang orang-orang mudah bertransaksi dengan kode QRIS, namun kami berencana akan diganti secara berkala untuk mengantisipasi orang-orang berbuat jahat.
Lihat juga : Tren Penggunaan QRIS Terus Meningkat
Waspada
Selain mengganti kode QRIS, Rif’at menyatakan, pihaknya juga memaksimalkan penggunaan kamera pengawas. Setidaknya terdapat 40 kamera yang ditempatkan di setiap sudut untuk mengawasi aktivitas para jemaah yang hendak beribadah atau berkegiatan di masjid.
“Banyak orang berkumpul sehingga ada berbagai macam kegiatan di sini, ada yang baik, ada juga yang tidak. Dengan kamera pengawas, kami bisa meminimalisir berbagai kejahatan di sekitar sini,” ujarnya.
Beragam aksi kejahatan yang terjadi di Masjid Raya Bandung ini terekam dalam ingatan Deden Iskandar (73), salah satu Imam Masjid Raya Bandung. Beraktivitas di Masjid Alun-alun sejak tahun 1974, dia melihat kelakuan masyarakat yang beraneka ragam.
“Mulai dari maling sampai tawuran pernah dilaporkan kepada kami. Di saat teknologi berkembang, dan kejahatan juga beraneka ragam. Meskipun penipuan QRS ini belum kami temukan, tetap semua harus waspada,” ujarnya.
Aksi kejahatan di bulan puasa ini tidak hanya menyasar di ranah digital ataupun tempat ibadah. Potensi kejahatan juga meningkat menjelang hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri dan lainnya.
Menurut Kriminolog dari Universitas Islam Bandung (Unisba) Profesor Nandang Sambas, tren kejahatan meningkat menjelang hari besar. Para penjahat pun menggunakan alasan ekonomi dalam melakukan tindak kejahatannya.
Nandang pun meminta masyarakat untuk tetap waspada, terutama menjelang hari raya. Pencurian hingga penipuan semakin marak terjadi karena ada kesempatan.
“Seluruh pihak, mulai dari kepolisian hingga masyarakat diharapkan meningkatkan kewaspadaan menjelang hari raya keagamaan. Kejahatan juga dapat terjadi karena kesempatan, seperti kelengahan warga hingga celah keamanan,” ujarnya.
Penipuan dengan menggunakan kode QRIS ini menunjukkan kejahatan semakin berkembang seiring kemajuan teknologi. Bahkan, tempat ibadah juga tidak luput dari sasaran kejahatan. Kewaspadaan tetap ditingkatkan di manapun berada, bahkan saat memindai kode QRIS sedekah di masjid.
Baca juga : Jumlah Pengguna QRIS di NTT Naik 816 Persen