Sumba Timur Terus Berjuang Mengatasi Hama Belalang
Masyarakat juga diimbau untuk menanam tanaman yang tidak begitu disukai belalang. Salah satunya adalah sorgum yang kini tengah digalakkan Presiden Joko Widodo untuk dibudidayakan di NTT.
Oleh
HAMZIRWAN
·2 menit baca
WAINGAPU, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, menggerakkan seluruh warga untuk bergotong royong mengatasi serbuan belalang kembara yang semakin intens tiga tahun terakhir. Upaya memusnahkan tempat belalang kembara (Locusta migratoria) berkembang biak dilakukan dengan penangkapan manual oleh warga dan menyemprotkan pestisida di lahan-lahan yang luas.
Bupati Sumba Timur Khristofel Praing membuat gerakan memusnahkan belalang kembara serentak pada 6 Februari 2023. Hasilnya, masyarakat bersama aparat pemerintah berhasil menangkap 21 ton belalang dalam gerakan tersebut.
Kepala Dinas Pertanian Sumba Timur Nico Pandarangga di Waingapu, Rabu (12/4/2023), mengatakan, semua pihak bergerak bersama mengatasi hama belalang kembara. Hama belalang kembara sudah menyerang Pulau Sumba sejak 1973-1975 dan muncul kembali tahun 1999-2002. Sejak tahun 2016, hama tersebut terus menyerang lahan pertanian.
Menjelang musim hujan akhir 2022 terjadi ledakan populasi belalang kembara sehingga hama tersebut menyebar hingga seluruh Sumba Timur. Sejak Januari 2023, hama tersebut menyerang 3.337 hektar lahan pertanian yang terdiri dari jagung (2.804,76 hektar), padi (524,24 hektar), dan kacang tanah (8 hektar).
Pemkab Sumba Timur sudah melarang warga membakar padang rumput yang menjadi tempat belalang kembara makan dan memburu burung-burung endemik, predator belalang. Selama ini, warga membakar hamparan padang rumput agar tumbuh pucuk hijauan pakan untuk ternak yang digembalakan di sana.
Tahun ini saya tidak menanam karena khawatir belalang. Nanti kita tanam, belalang yang panen. (Katrina Umbu Ndhili)
Masyarakat juga diimbau untuk menanam tanaman yang tidak begitu disukai belalang. Salah satunya adalah menanam sorgum yang kini memang tengah digalakkan Presiden Joko Widodo untuk dibudidayakan di NTT.
Tidak bertani
Warga RT 003 RW 001 Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, Sumba Timur, Katrina Umbu Ndhili (52), mengaku kewalahan bertani karena serangan hama belalang selama tiga tahun terakhir. Dia biasa menanam kacang tanah dan jagung.
”Tahun ini saya tidak menanam karena khawatir belalang. Nanti kita tanam, belalang yang panen,” ujarnya.
Kondisi serupa juga dialami Dodi Lulu (52), petani di Kelurahan Watukamba, Kecamatan Pandawai, Sumba Timur. Paling berat bagi petani adalah hama belalang, yang dalam semalam bisa melahap habis tanaman seluas puluhan hektar.
”Selama ini kami hanya membakar untuk asap dan memukul-mukul semak mengusir belalang. Kadang kami semprot juga,” ujar Dodi, yang sekarang mulai bertani sorgum dengan pendampingan dari Multiagro (Mtani).