Suami-istri Asal Lampung Korban Dukun Slamet Dimakamkan, Keluarga Minta Pelaku Dihukum Mati
Pasangan suami-istri, Irsad (44) dan Wahyu Tri Ningsih (41), korban pembunuhan Slamet Tohari (45), dukun pengganda uang, dimakamnya di kampung halamannya. Keluarga berharap pelaku dihukum mati.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
PESAWARAN, KOMPAS — Pasangan suami-istri, Irsad (44) dan Wahyu Tri Ningsih (41), korban pembunuhan yang dilakukan Slamet Tohari (45), dukun pengganda uang, dimakamkan di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Keluarga korban berharap polisi mengungkap kasus ini dengan tuntas.
Jenazah kedua korban dimakamkan di tempat pemakaman umum Desa Tanjung Rejo sekitar pukul 09.00. Pemakaman dihadiri kerabat, tetangga, serta aparat Polres Pesawaran dan Polres Gedong Tataan.
Sukiyadi (64), paman korban, menuturkan, jenazah tiba di rumah duka, Sabtu (8/4/2023) sekitar pukul 03.00. ”Keluarga sudah memeriksa kondisi jenazah dan barang-barang milik almarhum dan almarhumah,” kata Sukiyadi di rumah duka.
Menurut Sukiyadi, keluarga berharap polisi mengusut tuntas kasus pembunuhan ini. Selain menghukum Slamet Tohari, polisi juga harus menyelidiki pihak-pihak lain yang terlibat.
”Pelaku sangat biadab. Kami berharap pelaku dihukum seberat-beratnya. Kalau bisa, dihukum mati. Sebab, sudah banyak korban,” katanya.
Selain Irsad dan Wahyu Tri, ada satu pasangan suami-istri lain asal Lampung yang menjadi korban. Mereka adalah Suheri (53) dan Riani (51), warga Desa Kalirejo, Kecamatan Negeri Katon, Pesawaran.
Semua korban saling mengenal satu sama lain. Saat ini, keluarga korban Suheri-Riani masih di Banjarnegara untuk keperluan indentifikasi.
Sebelumnya, Polres Banjarnegara membongkar kasus penipuan berkedok penggandaan uang berujung pembunuhan. Pelakunya, Slamet Tohari, biasa dipanggil Mbah Slamet, warga Desa Balun, Kecamatan Wanayasa.
Kasus ini terungkap dari laporan hilangnya Paryanto (53), laki-laki asal Sukabumi, Jabar. Korban sempat mengirim pesan kepada anaknya tentang keberadaannya di rumah Slamet. Menindaklanjuti informasi itu, polisi menemukan jenazah korban, yang diracun Slamet lalu dikubur di kebun.
Dari sana, ditemukan pula 11 korban lainnya. Dari hasil penggalian di setiap liang di kebun singkong Slamet, ditemukan botol air mineral.
Sukiyadi menceritakan, keponakannya memang sering keluar kota. Sebelum hilang kontak pada September 2021, Irsad dan Wahyu pertama kali pergi ke Pulau Jawa pada April 2021.
Kepada keluarga, mereka pamit untuk mengajar pembuatan tapis selama tiga minggu. Pada Juni 2021, pasangan itu pergi lagi ke Pulau Jawa selama seminggu untuk kedua kali dengan alasan yang sama.
Selanjutnya, Irsad dan Wahyu kembali pamit ke Pulau Jawa pada 9 September 2021. Empat hari kemudian, keluarga kehilangan kontak keduanya.
Selama ini, ungkap Sukiyadi, Irsad-Wahyu memang terlilit utang dengan beberapa rentenir. Sebelum pandemi Covid-19, mereka diduga meminjam uang untuk mengembangkan usaha tapis.
Akan tetapi, usaha tapisnya sepi selama pandemi Covid-19. Akibatnya, pasangan itu kesulitan membayar utang. Sebelum ke Pulau Jawa, mereka juga sempat menggadaikan mobilnya untuk bayar utang.
Saat hilang kontak, keluarga menduga korban sengaja menghilang karena tidak ingin ditagih utang. Karena itulah, keluarga tidak curiga dengan kepergian Irsad-Wahyu.
Sementara itu, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Pesawaran Ajun Komisaris Supriyanto Husin mengatakan akan terus membantu Polres Banjarnegara untuk menyelidiki kasus ini. Pihaknya masih mencari keberadaan Kijo, warga Kabupaten Lampung Tengah, yang diduga menjadi penghubung antara keempat korban dan Slamet Tohari.
”Informasi dari keluarga korban ada indikasi seseorang yang membawa korban ke tempat kejadian. Kami masih mendalami informasi ini,” katanya.