Banjir Bandang Melanda Sumbawa, Belasan Rumah Hanyut
Belasan rumah hanyut akibat banjir bandang di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Banjir bandang melanda Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Selasa (4/4/2023). Tidak ada korban jiwa, tetapi bencana alam yang dipicu oleh hujan deras dan kondisi lahan yang gundul itu mengakibatkan belasan rumah hanyut dan puluhan hektar sawah siap panen rusak.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sumbawa Muhammad Nurhidayat, Rabu (5/4/2023), mengatakan, 208 keluarga atau 829 jiwa terdampak banjir. Mereka tersebar di 13 desa di lima kecamatan di Sumbawa.
Dari hasil kaji cepat, Desa Lito di Kecamatan Moyo Hulu menjadi wilayah terdampak terparah. Di sana ada 770 warga terdampak yang tersebar di tiga dusun.
Di Desa Lito, banjir mengakibatkan lima rumah hanyut dan 50 hektar areal persawahan terendam. Jembatan penghubung antara Desa Lito dan Desa Lantung juga jebol hingga memutus akses.
Desa lainnya yang terdampak adalah Brang Rea. Di desa tersebut, tiga rumah yang ditinggali 11 keluarga hanyut.
Selain itu, masih ada delapan rumah yang kondisinya separuh amblas di terjang banjir bandang. Di Brang Rea, satu pabrik penggilingan juga hanyut terbawa banjir bandang.
Banjir juga mengakibatkan dua rumah hanyut di Desa Sebasang. Selain itu, satu truk dan satu minibus di Desa Sebasang rusak. Sejumlah ruas jalan di desa tersebut juga rusak akibat terkikis arus banjir.
Nurhidayat menambahkan, di Desa Rate, banjir merusak 27 hektar sawah siap panen. Di samping itu, banjir merendam permukiman hingga ketinggian 1,5 meter. Beberapa titik tebing juga longsor.
Hingga kini, penanganan pascabencana masih terus berlangsung. Banjir sudah berangsur surut tetapi masih ada genangan di sejumlah titik. Tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, SAR, dan lainnya telah terjun untuk membantu warga membersihkan material lumpur di rumah.
Nurhidayat mengatakan, berdasarkan laporan kaji cepat sementara, banjir bandang yang terjadi pada Selasa sore itu dipicu beberapa faktor.
Selain tingginya intensitas curah hujan di wilayah Sumbawa dan sekitarnya, peristiwa banjir bandang juga diduga disebabkan lahan tandus akibat penebangan liar. Kondisi itu mengurangi cakupan dan intensitas penyerapan air tanah.
Di samping itu, infrastruktur pengaman tebing dan tanggul di wilayah daerah aliran sungai (DAS) juga tidak dapat maksimal menahan adanya peningkatan debit air dan ditambah dengan parahnya sedimentasi sungai.
Pascabencana, masyarakat tetap dihimbau waspada. Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari mengatakan, wilayah Kabupaten Sumbawa dan sekitarnya masih berpotensi turun hujan. Intensitasnya ringan hingga sedang dan terjadi hingga Kamis (6/4/2023).
”Menyikapi hal itu, masyarakat diimbau agar tetap waspada dengan potensi bencana susulan yang dapat dipicu faktor cuaca, seperti angin kencang, banjir bandang, tanah longsor, dan banjir,” kata Abdul Muhari.
Menurut dia, apabila terjadi hujan lebat dalam durasi lebih dari satu jam, masyarakat diminta mengungsi. Mereka yang tinggal di lereng sungai dan di bawah tebing agar mengungsi secara mandiri ke lokasi yang lebih aman sampai dua hingga tiga jam setelah hujan reda.