Enam Pelayaran Ekstra bagi Peziarah Semana Santa Larantuka
Kebijakan pelayaran ekstra diambil demi membantu kelancaran perjalanan peziarah yang hendak mengikuti perayaan Semana Santa di Larantuka.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Pemerintah menambah enam pelayaran ekstra untuk rute Pelabuhan Bolok Kupang ke Pelabuhan Larantuka di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Kebijakan pelayaran ekstra itu diambil demi membantu kelancaran perjalanan peziarah yang hendak mengikuti perayaan Semana Santa di Larantuka.
Menurut pantauan Kompas di Pelabuhan Bolok, Kupang, Senin (3/4/2023) siang, sejumlah kapal disiapkan untuk mengangkut peziarah ke Larantuka. Banyak peziarah dari luar Kota Kupang sudah tiba di pelabuhan dan kini menunggu waktu keberangkatan kapal.
”Kami datang dari Atambua menggunakan mobil sewaan. Jumlah kami 15 orang, sebagian dari Atambua dan ada yang dari Dili (ibu kota negara Timor Leste). Kami satu keluarga. Selama ini kami merindukan ikut Semana Santa,” ucapnya.
Jarak dari Atambua ke Pelabuhan Bolok sejauh 288 kilometer dengan waktu tempuh 8 jam, sedangkan Dili ke Pelabuhan Bolok sejauh 420 kilometer dengan waktu tempuh 12 jam.
Menurut rencana, kapal akan diberangkatkan pada Selasa besok. Kapal yang digunakan untuk mengangkut peziarah terdiri dari feri milik PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan serta operator swasta. Waktu pelayaran dari Kupang ke Larantuka diperkirakan paling cepat 15 jam.
Kepala Dinas Perhubungan NTT Izyak Nuka mengatakan, sebanyak enam pelayaran ekstra telah disiapkan. Dari jumlah itu, dua di antaranya sudah diberangkatkan pada 30 Maret dan 2 April lalu. ”Hari Selasa besok (4 April) melalui Lewoleba (Kabupaten Lembata) kemudian hari Rabu (5 April) dan Kamis (6 April) itu langsung ke Larantuka,” tuturnya.
Menurut dia, kebijakan pelayaran ekstra itu untuk mendukung perjalanan peziarah. Hal itu sudah menjadi kebijakan rutin Pemprov NTT setiap tahun. Apalagi, tahun ini Semana Santa kembali digelar setelah ditiadakan selama tiga tahun akibat pandemi Covid-19. Peziarah diperkirakan membeludak.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejak 2020 hingga 2022, ritual keagamaan berbalut budaya lokal itu ditiadakan. Padahal, ritual peninggalan Portugis itu rutin digelar sejak abad ke-16. Sekitar tahun 1550, misionaris Katolik dari ordo Dominikan memulai karya penyebaran agama di daerah itu.
Mengutip dari buku berjudul Panduan Prosesi Jumat Agung Larantuka, dikatakan bahwa terhitung satu minggu sebelum Paskah atau Minggu Palem, para peziarah sudah berdatangan ke Larantuka. Mereka berasal dari kabupaten/kota di NTT, sejumlah daerah di Indonesia, bahkan juga dari luar negeri.
Mereka mulai mengikuti ritual keagamaan mulai Rabu Terewa atau Rabu Berkabung kemudian Kamis Putih dengan memilih beribadah di banyak gereja dan kapel Katolik di Larantuka. Puncaknya pada keesokan hari, Jumat Agung, saat mengenang penderitaan dan wafat Yesus Kristus demi menebus dosa seluruh umat manusia.
Ketika Jumat Agung, atau warga setempat menyebutnya Jumat Besar, pada pagi hari dilakukan upacara Jalan Salib. Selanjutnya, pada siang harinya dilakukan prosesi laut. Dalam prosesi itu, patung Bayi Yesus dibawa dari Pantai Kota menuju Pantai Uce tak jauh dari Istana Kerajaan Larantuka.
Patung yang disebut Tuan Meninu itu diletakkan di dalam perahu dayung, berjalan di depan, kemudian diarak ribuan perahu motor dan kapal. Prosesi laut itu melewati Selat Gonsalus yang berarus deras sepanjang waktu.
Pada Jumat malam, dilakukan prosesi dengan berjalan kaki mengelilingi pusat Kota Larantuka. Belasan ribu orang, baik tamu dari luar dan masyarakat Flores Timur, ikut dalam prosesi. Keheningan tercipta selama prosesi berlangsung. Yang terdengar hanya untaian doa dan suara ratapan di setiap titik perhentian (Kompas.id 31/3/2023).
Ketua Panitia Semana Santa Petrus Pedo Maran lewat sambungan telepon mengatakan, para peziarah sudah mulai tiba di Larantuka. Para tamu dari luar yang tidak mendapat penginapan diharapkan menghubungi panitia agar dibantu untuk diinapkan ke rumah penduduk.
”Kami berusaha memberi pelayanan yang terbaik bagi para tamu yang datang. Jika kesulitan, bisa datang ke pos bantuan di sekitar Katedral Larantuka. Kami dengan senang hati membantu,” katanya. Jumlah peziarah dari luar diperkirakan mencapai 6.000 orang.