Hujan Deras, Kakak Beradik di Kediri Hanyut, Satu Tewas
Tim gabungan masih mencari anak yang dilaporkan hanyut di Kediri. Dari dua korban, satu telah ditemukan tewas. Mereka hanyut setelah turun dari sepeda motor bapaknya yang mogok saat melintasi genangan air.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Tim Badan SAR Nasional bersama elemen terkait, Minggu (26/3/2023), masih melakukan pencarian terhadap dua anak yang dilaporkan hanyut di Kota Kediri, Jawa Timur. Hingga sekitar pukul 11.00, baru satu korban yang ditemukan dalam kondisi meninggal.
Korban merupakan kakak beradik M Alfian Sausa E (10) dan M Rohman E (4 bulan). Adapun yang sudah ditemukan adalah jenazah Rohman. Korban ditemukan sekitar pukul 08.30 di saluran irigasi menuju persawahan. Sementara keberadaan sang kakak masih belum diketahui.
Keduanya terseret arus selokan yang bermuara di anak sungai di Kota Kediri, Sabtu malam lalu. Hujan deras yang turun sejak sore berbuntut pada terjadinya genangan cukup tinggi di sejumlah ruas jalan di Kota Kediri. Korban terpeleset ke selokan dan terbawa arus setelah turun dari sepeda motor bapaknya yang mogok saat melintasi genangan air.
Komandan Tim Operasional Kediri dari Basarnas Pos SAR Trenggalek Eko Aprianto, mengatakan, ada tiga regu yang diterjunkan untuk melakukan penyisiran dengan jumlah masing-masing 10 personel dari Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota dan Kabupaten Kediri, Palang Merah Indonesia, dan beberapa sukarelawan.
Penyisiran dilakukan baik melalui alur sungai, darat, maupun di titik-titik tertentu yang dicurigai terdapat keberadaan korban. ”Korban pertama ditemukan di dekat RSUD Gambiran di aliran yang menuju ke perkebunan tebu, 1-3 kilometer dari lokasi mereka hanyut,” ucapnya saat dihubungi dari Malang.
Disinggung soal kendala pencarian, Eko menjelaskan ada beberapa titik sungai yang kondisinya cukup dalam. Selain itu, keberadaan rumpun bambu yang cukup masif juga menyulitkan upaya pencarian. Debit air telah surut, tetapi arusnya masih cukup kencang.
Peristiwa ini berawal saat korban bersama kedua orangtuanya, Hendri Supriyono (46) dan Sulastri (42), tengah melintas di Jalan Kapten Tendean. Saat itu, sepeda motor yang mereka kendarai mogok akibat melintasi genangan.
Setelah berhasil diperbaiki, mereka kembali melanjutkan perjalanan pulang ke rumah di Desa Sumberagung, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Namun, saat berada di dekat Jembatan Kaliombo, kendaraan mereka kembali mogok sehingga mengharuskan mereka turun.
Posisi ibu dan anak terlalu ke tepi sehingga mereka terpeleset ke selokan yang airnya tengah meluap.
Sang suami menuntun sepeda motor. Sementara istrinya berjalan di belakang. Naas, posisi ibu dan anak terlalu ke tepi sehingga mereka terpeleset ke selokan yang airnya tengah meluap. Sulastri berhasil ditolong warga dan dilarikan ke rumah sakit, sedangkan kedua anaknya terbawa arus.
Terkait hujan cukup deras yang terjadi dalam beberapa hari terakhir di sebagian wilayah Jawa Timur, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa saat ini mulai memasuki masa pancaroba. Warga diimbau tetap waspada menghadapi pergantian musim dari musim hujan ke kemarau.
Tanggul jebol dan longsor
Seperti diketahui, meski skala kerusakan dan dampaknya tidak terlalu besar, bencana alam masih mengancam di beberapa wilayah di sisi selatan. Banjir menggenangi puluhan rumah di Desa Bakalan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri, akibat tanggul penahan sungai setempat jebol, Kamis (23/3/2023).
Masih pada hari yang sama, hujan deras yang mengguyur Desa Karangrejo, Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek, mengakibatkan tebing longsor dan menimpa rumah salah seorang warga. Peristiwa serupa menimpa beberapa rumah di Desa/Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung. Di Kota Malang, banjir menggenangi beberapa wilayah akibat hujan deras, Jumat lalu.
Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Malang Ahmad Luthfi mengatakan, mendung tebal disertai hujan deras, angin, dan petir berpotensi terjadi selama pancaroba. ”Kalau dilihat dari petir (di Malang) sepertinya sudah pancaroba. Hanya saja, kalau dari sisi harian, kelihatannya ada sesuatu mengapa hujannya menjadi deras,” ucapnya.
Menurut Luthfi, di sisi selatan Indonesia, khususnya di selatan Jawa, ada pola siklonik yang membuat curah hujan kali ini lebih tinggi dibandingkan pada pertengahan Maret. Untuk wilayah Malang, kemarau diperkirakan berlangsung mulai pertengahan April hingga awal Mei.