Berburu Menu Buka Puasa di Pasa Pabukoan Kota Padang
Pasa pabukoan di Ruang Terbuka Hijau Imam Bonjol, Padang, menjadi alternatif warga berburu menu berbuka puasa sembari ngabuburit. Pabukoan menggeliatkan usaha kecil dan mengangkat kembali jajanan tradisional.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
Elfi (53) tampak semringah meninggalkan lapak-lapak pedagang. Tangannya menjinjing kantong plastik putih. Isi kantong itu berbagai makanan tradisional, antara lain putu mayang dan perkedel jagung. Di tempat terpisah, suaminya sedang membeli gulai kambing.
”Saya mencari pabukoan (menu berbuka) di sini. Tadi beli putu mayang, makanan khas, jarang berjumpa kalau di luar bulan Ramadhan,” kata Elfi seusai berbelanja di pasa pabukoan di pelataran parkir Ruang Terbuka Hijau (RTH) Imam Bonjol, Padang, Jumat (24/3/2023) sore.
Pasa pabukoan yang digelar sepanjang Ramadhan ini memang menjadi alternatif bagi warga berburu menu berbuka puasa sembari ngabuburit. Para pedagang mulai berjualan dari tengah hari hingga selepas Maghrib. Jumat sore, ada ratusan warga yang datang berbelanja silih berganti.
Sedikitnya ada 35 pedagang yang berjualan di tempat yang disediakan Dinas Perdagangan Kota Padang itu. Menu yang mereka jual beragam, mulai dari penganan tradisional, minuman, hingga makanan berat.
Penganan yang dijual antara lain onde-onde, perkedel jagung, serabi, putu mayang, kolak, lopis, lapek bugih, sala lauak, lemang tapai, mi kuning goreng, dan beragam gorengan. Kemudian, minuman seperti es rumput laut, es cendol, es timun, dan es nata de coco.
Selain itu, ada pula beragam lauk atau sayur makanan berat yang menggugah selera, seperti gulai kambing, beragam lauk masakan padang, beragam lauk masakan kapau, anyang, gado-gado, dan sayur pical.
”Di pasa pabukoan, banyak menu tersedia. Belanja di sini juga lebih efisien, bisa beli sedikit-sedikit. Sambil jalan-jalan sore juga,” ujar Elfi, warga Kelurahan Pampangan Nan XX, yang berbelanja bersama suaminya.
Iza (40), warga lainnya, juga berbelanja menu berbuka puasa di pasa pabukoan. Perempuan yang biasanya berjualan kopi kecil-kecilan di Pelabuhan Teluk Bayur ini datang berbelanja bersama putrinya.
”Biasanya tiap tahun saya berbelanja di sini. Menu yang dijual relatif lengkap, bisa ganti-ganti selera. Hari ini saya beli ayam goreng, gulai telur, perkedel, dan serabi,” katanya.
Selain menyediakan banyak pilihan dan penganan tradisional yang mulai sukar ditemukan, makanan yang dijual di pasa pabukoan itu relatif aman. Jumat sore, petugas Balai Besar POM Padang mengecek dan mengawasi keamanan dan kebersihan produk yang dijual.
”Kami lihat tadi lumayan bersih. Kami juga lakukan uji lab, hasilnya sejauh ini belum ada temuan. Kesadaran masyarakat dari tahun ke tahun semakin bagus,” kata Abdul Rahim, Kepala Balai Besar POM Padang.
Rezeki Ramadhan
Bagi pedagang di pasa pabukoan di RTH Imam Bonjol Padang, puasa Ramadhan justru menjadi momen menangguk rezeki. Zulherman (67), pedagang lemang tapai, misalnya, dagangannya dua hari awal Ramadhan laris manis dibandingkan dengan hari-hari biasa berdagang di Pasar Raya Padang.
Kesadaran masyarakat dari tahun ke tahun semakin bagus.
Pada Jumat, Zulherman bersama istrinya membawa 25 tabung lemang yang dijual Rp 50.000-Rp 60.000 per batang. Sekitar pukul 17.00, lemangnya cuma tersisa dua tabung. Para pembeli terus berdatangan ke lapaknya.
”Sehari bisa dapat omzet Rp 500.000. Tapi, ya, cuma sebulan. Namanya rezeki Ramadhan,” katanya.
Hal senada diungkapkan Resti (17), pedagang serabi dan putu mayang. Selama dua hari berjualan, dagangan yang dibuat neneknya itu selalu habis. Serabi dan putu mayang ia jual Rp 2.500 per buah.
”Stok pertama sudah habis. Putu mayang ini tadi ditambah lagi,” kata siswa SMA ini, Jumat sore. Resti berjualan bersama adik neneknya hanya saat Ramadhan.
Selain serabi, kata Resti, putu mayang juga sangat dicari pembeli. Sebab, putu mayang hanya dijual selama Ramadhan. Di hari biasa, neneknya hanya membuat jika ada pesanan.
”Alhamdulillah jual-beli ramai di pasa pabukoan. Dagangan cepat habis,” ujarnya.
Pabukoan telah menggeliatkan usaha kecil sekaligus mengangkat kembali makanan tradisional.