Pengamatan Hilal di Dua Lokasi di Lampung Tertutup Awan
Pengamatan hilal 1 Ramadhan 1444 H di Lampung dilakukan di dua lokasi berbeda di Kabupaten Lampung Selatan. Hingga Kamis petang, hilal tidak terlihat langsung karena tertutup awan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Pengamatan hilal untuk menentukan awal Ramadhan di Lampung yang dilakukan di dua lokasi berbeda di Kabupaten Lampung Selatan tidak terlihat karena tertutup awan. Meski begitu, ketinggian hilal sudah memenuhi kriteria bulan baru karena sudah di atas 7 derajat. Masyarakat Lampung pun diharapkan menjalankan ibadah puasa dengan damai.
”Di Lampung diadakan di dua lokasi, yakni di Bukit Canti Kalianda, Lampung Selatan dan kampus Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan,” kata Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Lampung Puji Raharjo, Rabu (22/3/2023).
Secara nasional, ada 124 titik lokasi pengamatan hilal di Indonesia. Hasil pengamatan yang dilakukan secara tersebar dari Sabang sampai Merauke itu akan dibahas dalam sidang isbat oleh Kementerian Agama di Jakarta yang dihadiri berbagai organisasi masyarakat Islam dan sejumlah pakar astronomi.
Menurut perhitungan awal Ramadhan 1444 H, ketinggian dari Bukit Canti, Kalianda, sudah 8 derajat dari rata-rata ketinggian hilal awal 6,75-8,75. Berdasarkan aturan terbaru, tinggi minimal hilal 3 derajat dan titik elongasi 6,4 derajat, posisi hilal sudah memenuhi syarat.
Hingga Rabu petang, pengamatan hilal di dua lokasi di Lampung tertutup awan karena cuaca mendung. Meski begitu, Kementerian Agama di Jakarta telah menetapkan awal Ramadhan pada Kamis (23/3/2023).
Di Institut Teknologi Sumatera, pengamatan hilal dilakukan oleh Pusat Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL) Institut Teknologi Sumatera di Kompleks Stasiun Pengamat Bulan (OZT-ALTS) Taman Alat MKG ITERA. Pengamatan dilakukan oleh tim OAIL menggunakan Teleskop Robotik OZT ALTS, yaitu refraktor triplet apokromat dengan diameter 152 mm dengan panjang fokus 1.200 mm dan detektor kamera CCD monokrom berkecepatan tinggi dengan filter inframerah, dan kamera CMOS berwarna.
Kepala Pusat OAIL Moedji Raharto menuturkan, selain teleskop OZT, tim juga menggunakan empat teleskop portabel Barride Optics A-102 (diameter 102 mm, fokus 900 mm) untuk digunakan oleh peserta kegiatan selama proses pengamatan hilal. Pengamatan hilal dihadiri oleh berbagai kalangan, antara lain, perwakilan dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung, beberapa perwakilan dari organisasi masyarakat, serta mahasiswa ITERA.
Pengamatan hilal Ramadhan dilakukan dengan mengikuti penanggalan awal bulan Hijriah yang ditandai dengan terlihatnya (atau terhitung dapat terlihatnya) bulan sabit muda (hilal) pada saat matahari tenggelam pada tanggal 29 bulan Hijriah. Jika pada tanggal 29 tersebut tidak teramati hilal atau terhitung tidak mungkin teramati, maka tanggal pada bulan Hijriah akan digenapkan menjadi 30 hari.
Pada tahun ini, 29 Syakban 1444 H bertepatan pada tanggal 22 Maret 2023. Konjungsi toposentrik terjadi pada tanggal 22 Maret 2023 pada pukul 00.15 WIB. Pada saat matahari terbenam di ITERA pada pukul 18.10 WIB, bulan akan berada di atas horizon barat dengan umur bulan 17 jam 15 menit.
Dari perhitungan yang dilakukan oleh tim OAIL, ketinggian bulan pada saat matahari tenggelam sudah mencapai +07°:34':31" dan azimut bulan sebesar +273°:33':16", dengan beda azimut +03°:02':12" dari lokasi matahari terbenam, dengan elongasi sebesar +09°:13':36".