Unhas Kembangkan Jagung Jago, Bisa Ditanam di Dataran Tinggi
Pengembangan varietas baru jagung hibrida yang dilakukan peneliti Universitas Hasanuddin diharapkan menjadi solusi ketersediaan benih jagung untuk petani. Varietas unggul ini adaptif pada ketinggian dan penyakit.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS – Peneliti pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, mengembangkan varietas jagung hibrida. Varietas baru yang diberi nama Jagung Jago ini tak hanya menghasilkan tongkol yang lebih besar dan padat, tapi bisa ditanam hingga ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Saat ini peneliti tinggal menunggu surat keputusan Menteri Pertanian untuk melepas varietas ini untuk umum.
Pemulia tanaman ini, Prof (R) Muhammad Azrai, mengatakan, penelitian terkait varietas ini dilakukan sejak lima tahun terakhir. Selama itu pula berbagai pengembangan terus dilakukan hingga diperoleh varietas saat ini yang sudah diuji coba di beberapa lokasi. Uji plot di antaranya telah dilakukan di Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Sumatera Utara.
”Sejauh ini kami coba tanam di ketinggian 400-700 mdpl (meter di atas permukaan laut). Hasilnya cukup adaptif di elevasi tinggi dibandingkan varietas sejenis. Hasilnya juga lumayan lebih tinggi dibandingkan varietas yang saat ini banyak ditanam oleh petani jagung di Indonesia,” kata Azrai.
Pada Minggu (19/3/2023), panen dilakukan di lahan uji plot di Klaten, Jawa Tengah. Hasil panen varietas Jagung Jago ini menghasilkan jagung pipilan dengan kadar air 15 persen hingga 13,5 ton per hektar.
Saat panen, dilakukan pengukuran dengan pembanding varietas jagung yang selama ini banyak ditanam di Indonesia. Jenis jagung yang jadi pembanding itu hasilnya rata-rata 8-9 ton per hektar. Mitra usaha dalam pengembangan riset ini adalah CV Trubus Gumelar.
”Penelitian ini sudah tuntas dan lengkap. Kami juga sudah mengurus pendaftaran untuk varietas ini. Saat ini, kami tinggal menunggu SK Menteri Pertanian untuk melepas bibit jagung ini secara bebas di pasaran. Sejauh ini, semua syarat telah terpenuhi,” tutur Azrai.
Dia mengatakan, sebelum resmi diluncurkan dan didaftarkan, varietas ini telah melalui serangkaian percobaan adaptabilitas varietasnya paling tidak di delapan daerah dengan karakteristik lingkungan yang berbeda-beda. Percobaan juga dilakukan pada tiga elevasi lingkungan, yakni dataran rendah, menengah, dan tinggi.
”Selain itu, dalam masa percobaan juga dilakukan pengujian daya tahan terhadap berbagai macam penyakit, kandungan proksimat, dan potensi produksi benih komersialnya. Hal ini untuk melihat bagaimana keunggulan suatu varietas jika benihnya telah digunakan oleh petani,” tambah Azrai.
Pada panen dan penanaman di Klaten, Minggu, Rektor Unhas Jamaluddin Jompa ikut serta. Dia berharap peluncuran varietas unggul jagung ini nantinya bisa memenuhi kebutuhan benih jagung di Indonesia dalam waktu dekat, bahkan ekspor.
”Salah satu kelebihan calon varietas baru jagung hibrida Unhas, selain tongkolnya lebih padat berisi, juga memiliki keunggulan mampu berproduksi sangat tinggi pada dataran menengah dan tinggi, di mana varietas jagung di elevasi tersebut masih sangat terbatas jumlahnya. Dengan demikian, masalah kelangkaan varietas untuk petani jagung di daerah ketinggian dapat diatasi dengan hadirnya varietas ini,” tuturnya.
Dekan Fakultas Pertanian Unhas Prof Salengke mengatakan, proyek percobaan ini juga akan terus dikembangkan untuk nantinya dijadikan sebagai fondasi penelitian dari Fakultas Pertanian. ”Bukan hanya benih jagung yang akan dikembangkan, tetapi juga padi, sorgum, dan lainnya. Yang paling penting, Fakultas Pertanian Unhas telah dan akan terus berkontribusi dalam program ketahanan pangan di Indonesia,” ucapnya.