Transplantasi Ginjal Pertama di Indonesia Bagian Timur Berlangsung di Manado
Operasi transplantasi ginjal pertama di RSUP Kandou Manado sukses dilaksanakan di bawah bimbingan RS Cipto Mangunkusumo. Layanan bisa diberikan secara mandiri setelah berhasil menjalankan lima operasi transplantasi.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Direktur Utama RSUP Kandou Manado dr Jimmy Panelewen (ketiga dari kiri) menggelar konferensi pers hibrida, Sabtu (18/3/2023), di Manado, Sulawesi Utara.
MANADO, KOMPAS — Operasi transplantasi ginjal pertama di Rumah Sakit Umum Pusat Prof dr RD Kandou Manado, Sulawesi Utara, sukses dilaksanakan pada Sabtu (18/3/2023) di bawah bimbingan tim RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Rumah sakit rujukan utama di Sulut itu dapat memberikan layanan kesehatan tersebut secara mandiri dalam waktu dekat.
Direktur Utama RSUP Kandou dr Jimmy Panelewen mengatakan, pasien penerima atau resipien ginjal adalah seorang perempuan berusia 22 tahun, sedangkan donornya adalah sang ibu yang berusia 59 tahun. Resipien menderita glomurelonefritis kronis, yaitu peradangan saringan glomeruli pada ginjal, yang kemungkinan diakibatkan virus.
Operasi berlangsung selama 4,5 jam sejak pukul 08.30 Wita dan dikerjakan oleh tujuh dokter dari beragam spesialisasi. Kondisi pasien pascatransplantasi pun baik. Setelah 30 menit, pasien mampu mengeluarkan urine sebanyak 600 mililiter (ml), kemudian 1.800 ml setelah 3 jam. Itu setara volume normal air seni orang dewasa dalam sehari.
Biaya untuk operasi ini ditanggung BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Menurut Jimmy, untuk pasien umum, biaya bisa mencapai Rp 450 juta.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
RSUP Kandou menjadi rumah sakit pertama di wilayah timur Indonesia yang berhasil melaksanakan transplantasi ginjal.
”Ini adalah operasi transplantasi ginjal perdana di Indonesia (bagian) timur. Sebenarnya sudah lama direncanakan sebelum pandemi. Setelah pandemi mereda, kita segera akselerasi karena layanan uro-nefro (ginjal) adalah prioritas Kementerian Kesehatan dalam layanan yang harus ditransformasi, seperti kanker, jantung, dan stroke,” tutur Jimmy.
Jimmy melanjutkan, layanan uro-nefro sangat mendesak di Sulut karena prevalensi kasus gagal ginjal yang tinggi. Data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan, 5 persen dari keseluruhan kasus gagal ginjal kronis nasional berasal dari Sulut.
Jika RSUP Kandou bisa melaksanakan transplantasi ginjal secara mandiri, warga Sulut diharapkan tidak perlu jauh-jauh ke Jakarta. Sebab, sekalipun biaya sudah ditanggung BPJS, keluarga yang menjaga pasien harus tetap mengeluarkan biaya tiket dan kehidupan sehari-hari.
”Belum lagi kalau daftar tunggu (operasi transplantasi) panjang. Itu bisa sangat merugikan pasien. Jadi, RS Kandou hadir untuk masyarakat Sulut, juga provinsi di sekitar Sulut. Warga di sana bisa memanfaatkan layanan ini,” katanya.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Anggota staf Departemen Medik Urologi RS Cipto Mangunkusumo, dr Nur Rasyid (kiri), dan Wakil Ketua Tim Transplantasi Ginjal RSCM dr Maruhum Bonar Hasiholan Marbun menghadiri konferensi pers di RSUP Kandou Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (18/3/2023).
Dalam operasi perdana yang dinilai monumental itu, tim dokter RSUP Kandou diawasi dokter-dokter dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) selaku rumah sakit pengampu layanan uro-nefro nasional.
Menurut anggota staf Departemen Medik Urologi RSCM, dr Nur Rasyid, dokter-dokter dari RSUP Kandou telah mempersiapkan operasi ini dengan belajar di fasilitas RSCM.
Proses studi pengampuan itu mencakup seluruh aspek, dari persiapan resipien dan donor, administrasi, hingga latihan transplantasi pada manekin dan menggunakan ginjal babi. ”Di situ, dokter dari RSUP Kandou latihan menyambung pembuluh darah. Kami menggunakan ginjal babi karena bentuknya mirip dengan ginjal manusia,” kata Nur.
Aspek lain yang dikembangkan dalam pelatihan tersebut adalah kerja sama tim lintas spesialisasi, dari urologi, penyakit dalam, radiologi, bedah, dan anestesi. Perawat pun harus dibangun keahliannya agar dapat memastikan kesehatan pasien sejak sebelum hingga setelah transplantasi.
RS Kandou hadir untuk masyarakat Sulut, juga provinsi di sekitar Sulut. Warga di sana bisa memanfaatkan layanan ini.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Spanduk imbauan untuk mengenakan masker dipasang di gedung Instalasi Pusat Kardiovaskular dan Otak Rumah Sakit Umum Pusat Prof dr RD Kandou, Manado, Selasa (8/9/2020).
Setelah berhasil melaksanakan transplantasi ginjal hingga lima kali, baru RSUP Kandou nantinya bisa memberikan layanan ini secara mandiri tanpa pengawasan RSCM. RSUP Kandou akan menjadi RS pengampu paripurna karena bisa memberikan layanan perawatan terhadap sembilan penyakit prioritas yang ditetapkan Kemenkes.
Untuk itu, RSUP Kandou telah menyiapkan dua pasang resipien-donor untuk dioperasi dalam waktu dekat. Sudah ada tim transplantasi untuk mempersiapkan calon pasien.
Wakil Ketua Tim Transplantasi Ginjal RSCM dr Maruhum Bonar Hasiholan Marbun mengatakan, operasi transplantasi ginjal bisa sangat melelahkan untuk tim dokter. Mereka harus siap kapan saja untuk memantau keadaan pasien pascatransplantasi. Konsumsi obat pun bisa berlangsung sampai 1 tahun.
Namun, sejauh ini, data keberhasilan transplantasi di Indonesia cukup baik. ”Tidak beda jauh dengan, misalnya, Singapura. Setahun pascatransplantasi, fungsi ginjal pasien di sana mencapai 99 persen, sedangkan di Indonesia 92 persen. Setelah 10 tahun, di Indonesia 87 persen, di luar negeri 90 persen,” katanya.
RIZA FATHONI
Petugas medis membawa pasien yang akan dilayani di Departemen Radiologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Senin (24/2/2020).
Kendati begitu, waktu tunggu untuk pasien bisa cukup lama, paling cepat 3-6 bulan. ”Tergantung rumah sakitnya juga. Kalau di RSCM, pasiennya sudah sangat banyak. Di RSUP Kandou, kebetulan sudah bisa pakai BPJS sehingga kemungkinan akan banyak pasien,” kata Bonar.
Direktur Pelayanan Medik Keperawatan dan Penunjang Rumah Sakit Pusat Nasional RSCM Sumariyono menyambut baik keberhasilan operasi transplantasi perdana di Manado. Ia menyatakan pihaknya berkomitmen untuk membantu RSUP Kandou menjadi RS pengampu paripurna.
Pelaksana Tugas Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Sunarto mengatakan, penetapan rumah sakit pengampu nasional adalah bagian dari visi transformasi layanan kesehatan. Rumah sakit vertikal yang berada langsung di bawah kementerian, seperti RSUP Kandou, diharapkan bisa memberi layanan terbaik.
”RS pengampu harus bisa memberikan pelayanan yang selevel dengan negara tetangga. Di samping itu, juga harus mampu memberikan pengetahuan untuk rumah sakit di sekitarnya, sekaligus menjadi tempat penelitian untuk meningkatkan mutu layanan,” tuturnya.