Berdemokrasi Memilih Kepala Dusun
Warga Kwang Jukut di Lombok Tengah, NTB, sudah hampir setahun tidak memiliki pemimpin. Oleh karena itu, mereka menggelar pencoblosan secara langsung dan terbuka untuk memilih kepala dusun.
Warga Kwang Jukut Tengah, Pringgarata, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, mencoblos lebih dulu. Bukan untuk memilih presiden, melainkan kepala dusun. Lewat pemilihan yang terbuka, mereka belajar berdemokrasi.
Waktu menunjukkan pukul 07.00 Wita saat Jalaludin dan tim berada di Madrasah Ibtida’iyah Nahdlatul Wathan Kuang Jukut, Sabtu (18/3/2023). Mereka sibuk mempersiapkan acara pagi itu.
Baca juga: Kawal Pemilu Bersama Strategi Pemilu 2024
Mereka mengeluarkan beberapa meja dan bangku dari ruang kelas. Lalu mengatur posisinya di lorong kelas. Ada meja dan bangku untuk panitia pemungutan suara, saksi, serta warga yang akan memilih. Ada juga satu meja untuk kotak suara di dekat pintu kelas.
Di dinding dekat pintu kelas, di pasang foto berwarna calon kepala dusun atau kadus, lengkap dengan nama dan nomor urut masing-masing. Saat memilih, warga tinggal mencoblos salah satu gambar calon dengan paku beralas bantal kecil yang disediakan di bilik suara.
Sesuai undangan, pemilihan seharusnya dimulai pukul 08.00. Namun, sekitar pukul 07.30, satu rombongan keluarga datang dengan mobil. Mereka meminta untuk mencoblos lebih awal karena harus ke Kota Mataram, ibu Kota Nusa Tenggara Barat, untuk acara wisuda.
Jalaludin tidak masalah dengan itu. Apalagi semua kelengkapan pemilihan telah siap, termasuk saksi-saksi dari calon telah hadir. Jalaludin dan tim langsung mempersilakan warga yang datang lebih dulu itu untuk memilih.
Baca juga: Pembahasan RUU Pemilu Jangan Lupakan Tujuan Pemilu
Setelah menyerahkan undangan dan menunggu sebentar, Jalaludin langsung memanggil nama mereka. Anggotanya kemudian menyerahkan kartu suara yang telah distempel.
Warga itu kemudian menuju ruang kelas tempat bilik suara berada. Bilik suara itu sederhana, yakni dari kardus kulkas. Meski demikian, kardus itu cukup untuk melindungi warga saat mencoblos sehingga pilihannya tetap rahasia.
Setelah memilih, warga itu kemudian keluar dan memasukkan kertas suara yang telah dicoblos ke kotak suara. Sama seperti bilik, kotak suara yang dipakai juga dari kardus kulkas. Sebelum meninggalkan tempat pemungutan suara, mereka mencelupkan jari di kotak tinta stempel sebagai tanda telah memilih.
Memasuki pukul 08.00, madrasah tersebut semakin ramai. Warga lain mulai berdatangan, baik perempuan maupun laki-laki. Mereka datang sendiri dengan berjalan kaki dari rumah atau dengan kendaraan. Anak-anak yang penasaran juga datang untuk melihat keramaian.
Baca juga: Bukan Republik Pemilu
Warga yang datang ada yang memang khusus untuk memilih karena tidak ada agenda lain. Namun, ada juga yang hendak menuju tempat aktivitas pagi itu, misalnya akan ke kebun atau ke sawah, sehingga beberapa orang terlihat datang sambil mengenakan caping di kepala.
Bahkan, beberapa warga lainnya sengaja pulang dari luar kota demi bisa ikut memilih, misalnya dari Mataram hingga Lombok Timur. ”Saya baru sampai semalam. Dapat info dari bapak kalau ada undangan untuk memilih kadus. Jadi langsung pulang biar ikut memilih karena ini untuk kepentingan dusun juga,” kata Hukmi Firdaus (34), yang pulang dari Anjani, Lombok Timur.
Jalannya pemilihan langsung kadus hingga Sabtu siang terlihat semarak. Antusias warga dengan total 340 pemilih juga tinggi.
Meski punya pilihan sendiri, tidak ada jarak antarwarga. Begitu juga dengan tiga calon yang dipilih. Mereka berkumpul dan mengobrol satu sama lain. Sesekali berkelakar dan tertawa bersama di sela menyeruput kopi yang dihidangkan ibu-ibu.
Kepuasaan
Dusun Kwang Jukut Tengah merupakan salah satu dusun di Desa Pringgarata, Lombok Tengah, sekitar 18 kilometer timur Kota Mataram. Selama hampir setahun, tidak ada pemimpin dusun ini setelah kadus terakhir mengundurkan diri.
Baca juga: Bukan Republik Pemilu
Kepala Desa Pringgarata Lalu Sinar Jaya yang memantau jalannya pemilihan mengatakan, sebenarnya tidak ada aturan tentang pemilihan langsung kadus. ”Namun, kami ingin mengakomodasi keinginan warga di sini untuk menyelenggarakan pemilihan seperti ini,” kata Sinar.
Selain memberikan rasa puas pada masyarakat, cara ini juga melatih masyarakat untuk berdemokrasi. Apalagi, dalam waktu dekat akan ada pesta demokrasi yang lebih besar, yakni Pemilu 2024.
”Dengan pemilihan seperti ini, masyarakat bisa puas. Calonnya menang mereka puas, kalah juga puas. Karena sama-sama telah berpartisipasi,” kata Sinar.
Baca juga: Mengamankan Pemilu 2024
Sinar menambahkan, dengan adanya pemilihan langsung terbuka, maka akan bisa menghindari gesekan-gesekan di kemudian hari, terutama di antara pendukung setiap calon di dusun tersebut.
Setelah calon terpilih, ada proses di desa. Nantinya akan ada panitia seleksi atau pansel yang akan melakukan tes wawancara, tulis, dan tes lain. Hasilnya kemudian diserahkan ke kepala desa untuk mengeluarkan surat keputusan.
“Tetapi tetap, calon yang terpilih atau menang di pemilihan akan maju memimpin dusun ini,” kata Sinar.
Kekosongan pemimpin di dusun tersebut selama hampir setahun cukup berdampak. Oleh karena itu, kata Sinar, sempat ada pelaksana tugas dari desa secara terbatas.
”Kita pelayan masyarakat. Jadi, saya berharap, kadus baru harus belajar juga dari teman-teman kadus yang senior,” kata Sinar.
Inaq Loter (60), salah satu warga, mengaku senang bisa datang memilih kadus secara langsung. Ia berharap, kadus yang terpilih bisa bertanggung jawab dan mengemban amanah.
”Semoga dusun jadi semakin aman. Kepentingan kami sebagai warga juga diperjuangkan,” kata Inaq Loter.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa, kadus atau kepala kewilayahan bertugas membantu kepala desa dalam pelaksanaan tugas di wilayahnya. Kadus berfungsi membina ketenteraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat, mobilitas kependudukan, dan penataan dan pengelolaan wilayah.
Kadus juga berfungsi mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya, serta membina masyarakat dalam meningkatkan kemampuan dan kesadaran menjaga lingkungannya. Kadus diharapkan memberdayakan masyarakat dalam menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Kampung Kwang Jukut Tengah di Lombok memperlihatkan pemilihan secara langsung menjadi cara terbaik untuk menentukan pemimpin. Tidak ada yang ditutup-tutupi, terbuka, dan semua berpartisipasi.