AS Dukung Indonesia Kembangkan Energi Nuklir Bersih
Pemerintah AS mendukung pengembangan energi bersih nuklir di Indonesia dengan memberi hibah senilai 1 juta dollar AS untuk penyiapan kapasitas Indonesia dalam penggunaan reaktor modular kecil.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Amerika Serikat dan Indonesia mengumumkan kemitraan strategis berupa bantuan bagi Indonesia untuk pengembangan energi bersih nuklir di Indonesia. Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y Kim (kedua, kiri) dalam jumpa pers bersama Wakil Asisten Utama Menteri Luar Negeri AS Ann K Ganzer (kedua, kanan) di Nusa Dua, Badung, Sabtu (18/3/2023).
BADUNG, KOMPAS — Badan Perdagangan dan Pembangunan Amerika Serikat memberikan hibah pendanaan atau grant senilai 1 juta dollar AS untuk membangun dan menyiapkan kapasitas Indonesia dalam pengembangan program energi bersih nuklir di Indonesia. Pendanaan hibah dari AS itu sebagai bentuk dukungan AS kepada Indonesia dalam penggunaan teknologi reaktor modular nuklir skala kecil atau small modular reactor/SMR.
Hal itu disampaikan Wakil Asisten Utama Menteri Luar Negeri AS Ann K Ganzer dalam konferensi persnya bersama Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Yong Kim di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (18/3/2023). Adapun penandatanganan dokumen kerja sama dan hibah afiliasi pengembangan program energi bersih dengan penggunaan teknologi SMR dilangsungkan di Nusa Dua, Sabtu, serangkaian forum kerangka bisnis Kamar Dagang dan Industri Indo-Pasifik.
Ganzer mengatakan, AS melalui Badan Perdagangan dan Pembangunan Amerika Serikat (United State Trade and Development Agency/USTDA) meneken kemitraan strategis dengan Indonesia dalam pengembangan energi bersih nuklir untuk menjamin ketersediaan energi di Indonesia dan juga dukungan terhadap upaya Indonesia mencapai target emisi nol bersih (nett zero emissions) atau netralitas karbon pada 2060.
Ganzer menyatakan pendanaan hibah senilai 1 juta dollar AS itu berasal dari program infrastruktur dasar untuk penggunaan teknologi SM yang bertanggung jawab (Foundational Infrastructure for Responsible use of Small Modular Reactor Technology/FIRST).
Amerika Serikat dan Indonesia mengumumkan kemitraan strategis berupa bantuan bagi Indonesia untuk pengembangan energi bersih nuklir di Indonesia. Perihal itu disampaikan Wakil Asisten Utama Menteri Luar Negeri AS Ann K Ganzer (kanan) dalam jumpa persnya bersama Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y Kim (tengah), di Nusa Dua, Badung, Sabtu (18/3/2023).
”SMR didesain aman dan menghasilkan jejak karbon lebih rendah dibandingkan reaktor konvensional. Melalui FISRT, kami fokus mengembangkan teknologi nuklir bersih berstandar keamanan tinggi dan sesuai aturan nonproliferasi,” kata Ganzer.
Dalam siaran pers Kedutaan Besar AS disebutkan, SMR menyediakan daya andal 24 jam, memiliki penempatan yang fleksibel, dan menggunakan tapak tanah yang kecil. SMR akan melengkapi sumber energi bersih lainnya. SMR menggabungkan fitur keselamatan canggih dan didesain tahan cuaca ekstrem ataupun peristiwa terkait seismik atau gempa bumi, dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan spesifik jaringan listrik suatu negara dengan kemampuan yang dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan.
Kami berkeinginan jikalau nanti PLTN dibangun di Indonesia agar dikelola dan dioperasikan tenaga kerja dan para ahli dari Indonesia. (Ann K Ganzer)
Di bawah perjanjian kesepahaman dan hibah afiliasi itu, USTDA memberikan dukungan dan bantuan kepada PT PLN Indonesia Power untuk menyiapkan penilaian kelayakan teknis dan ekonomi dari pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia. Penilaian kelayakan teknis dan ekonomi itu mencakup rencana pemilihan lokasi, desain pembangkit listrik dan sistem interkoneksi, penilaian dampak lingkungan dan sosial awal, penilaian risiko, perkiraan biaya, dan tinjauan peraturan.
”Juga ada bantuan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Kami berkeinginan jikalau nanti PLTN dibangun di Indonesia agar dikelola dan dioperasikan tenaga kerja dan para ahli dari Indonesia,” ujar Ganzer.
Dokumentasi Kedutaan Besar AS untuk Indonesia menampilkan suasana penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) antara USTDA dan PT PLN Indonesia Power, yang turut disaksikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kiri), Wakil Asisten Utama Menteri Luar Negeri AS Ann K Ganzer (kanan), dan Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y Kim (kedua, kanan), di Nusa Dua, Badung, Sabtu (18/3/2023).
PLN Indonesia Power bekerja sama dengan NuScale Power OVS, LLC, (NuScle), yang berbasis di Oregon, AS, untuk pendampingan dalam kemitraan dengan anak perusahaan Fluor Corporation, yang berbasis di Texas; dan JGC Corporation di Jepang. Teknologi SMR NuScale diusulkan untuk dimanfaatkan dalam pengembangan program energi nuklir bersih di Indonesia.
Dubes AS Kim menyatakan perjanjian kemitraan strategis antara AS dan Indonesia dalam pengembangan energi baru dan energi bersih menjadi komitmen AS untuk membantu dan memperkuat Indonesia mencapai target emisi nol bersih pada 2060. Kim mengatakan, penandatanganan kerja sama AS dan Indonesia sebagai hasil dari Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global (Partnership for Global Infrastructure and Investment/PGII).
”Salah satu proyek kemitraan strategis PGII di Indonesia adalah memajukan tujuan Kemitraan Transisi Energi yang Adil di Indonesia,” kata Kim. Langkah lanjut dari Kemitraan Transisi Energi yang Adil (Just Energy Transition Partnership/JETP) di Indonesia adalah pembentukan Sekretariat JETP di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Februari 2023.
Menanggapi isu ketahanan energi dan ketahanan pangan secara global sebagai akibat konflik perang Rusia dan Ukraina, Dubes Kim menilai penyerangan Rusia ke Ukraina secara sembrono berimplikasi negatif. Dampak perang itu, menurut Kim, menjadi peringatan bagi semua negara, termasuk negara mitra AS di kawasan Indo Pasifik agar betul-betul menjaga dan memperhatikan ketahanan energi dan ketahanan pangan di negaranya masing-masing.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Amerika Serikat dan Indonesia mengumumkan kemitraan strategis berupa bantuan bagi Indonesia untuk pengembangan energi bersih nuklir di Indonesia. Perihal itu disampaikan Wakil Asisten Utama Menteri Luar Negeri AS Ann K Ganzer (kanan) dalam jumpa persnya bersama Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y Kim (kiri), di Nusa Dua, Badung, Sabtu (18/3/2023).
Kim menyatakan kerja sama kemitraan antara AS dan Indonesia tentang pengembangan program energi bersih di Indonesia menjadi relevan dan juga menjadi penegasan pesan penting menjaga ketahanan energi dan ketahanan pangan. ”Kita semua harus mempercepat transisi energi bersih untuk keamanan negara,” kata Kim.
Dalam konferensi pers itu, Dubes Kim juga menyampaikan apresiasi dan berterima kasih kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan pihak Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) karena membuat forum, yang juga menghadirkan kalangan bisnis AS.
Acara Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) di Bali, menurut Kim, memberikan peluang bagi perwakilan bisnis AS untuk turut berpartisipasi dalam pengembangan kawasan Indo-Pasifik. Dubes Kim menyatakan Presiden AS Joseph R Biden dan para pejabat senior di AS menilai kawasan Indo-Pasifik sebagai kawasan strategis dan kawasan penting.