Krisis beras yang terjadi selama dua bulan belakang memberi peringatan keras. Ini sebuah peringatan bahwa Nusa Tenggara Timur sedang tidak baik-baik saja.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN
Di bawah terik matahari, warga mengantre untuk mendapatkan kupon pembelian beras murah dalam kegiatan operasi pasar yang digelar Perum Bulog di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (13/3/2023).
Di bawah hunjaman terik matahari, ratusan orang berdesak-desakan di Alun-alun Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (13/3/2023). Mereka antre untuk mendapatkan kupon belanja pada hari pertama operasi pasar beras murah yang digelar Perum Bulog itu.
Beberapa dari mereka menghalau panas dengan payung sementara sebagian pasrah dipanggang suhu udara yang menembus 33 derajat celsius. Jika mencoba keluar dari antrean dengan maksud berteduh di bawah pohon, sudah pasti peluang mendapatkan kupon gugur.
Di tengah hiruk-pikuk itu, tiba-tiba seorang pemuda pingsan dan terjatuh. Tubuhnya lemas. Pemuda itu dibopong ke tempah teduh lalu diberi pertolongan pertama. Tak lama mobil ambulance datang mengangkutnya ke Rumah Sakit SK Lerik, tak jauh dari Alun-alun Kota Kupang.
”Dia bilang tinggal di kos. Beras habis jadi dia datang antre di sini,” ujar Anisa (34), warga yang mengentre di depan pemuda itu. ”Jangan-jangan dia kelaparan. Kasihan, gara-gara harga beras mahal orang susah makan,” celetuk warga lain dengan raut wajah iba.
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN
Seorang pria pingsan saat mengantre dalam kegiatan operasi pasar yang digelar Perum Bulog di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (13/3/2023).
Kondisi itu menggambarkan wajah NTT saat ini yang didera krisis beras. Di Kota Kupang, harga beras medium mencapai Rp 14.000 per kilogram. Di daerah pelosok, harganya mencapai Rp 17.000 per kilogram. Terjadi kenaikan harga Rp 4.000 hingga Rp 5.000 per kilogram.
Oleh karena itu, pasar murah menjadi rebutan. Dalam operasi pasar itu, harga per kilogramnya Rp 9.000, jauh di bawah harga pasar saat ini. Namun, jumlah kupon yang disediakan hanya untuk 500 orang disesuaikan dengan ketersediaan beras. Perum Bulog hanya menyiapkan 2,5 ton beras. Setiap pemegang kupon dibatasi 5 kilogram.
Stok terbatas
Manajer Bisnis Perum Bulog Kantor Wilayah NTT Melky Lakapu mengatakan, terbatasnya ketersediaan beras dalam operasi pasar disesuaikan dengan stok beras di gudang Bulog. Pihaknya tidak bisa menambah lagi mengingat operasi pasar masih akan berlangsung. ”Sampai Juni nanti,” ujarnya.
Melky mengakui, stok beras di Bulog NTT sekitar 21.000 ton. Jumlah itu cukup untuk operasi pasar hingga tiga bulan ke depan serta mengantisipasi kondisi darurat seperti bencana alam. Di luar itu, secara rutin Bulog NTT menyalurkan hingga 1.150 ton beras per bulan untuk jatah aparatur sipil negara serta TNI dan Polri.
Warga meninggalkan lokasi pasar murah yang digelar Perum Bulog di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (13/3/2023).
Menurut Melky, kenaikan harga beras disebabkan terjadinya kelangkaan. Pengiriman beras dari daerah pemasok, seperti Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat, terhambat gelombang tinggi. Namun, alasan itu pun dipertanyakan banyak kalangan. Cuaca buruk tidak terjadi berkepanjangan. Ada yang menduga terjadi penimbunan beras di NTT.
Alasan lain adalah daerah sentra padi menaikan harga jual gabah. Kenyataannya, petani di daerah itu mengeluh harga gabah murah, bahkan terjadi adu serap gabah dan beras di sejumlah daerah lumbung beras pada musim panen pertama tahun ini.
Para pemilik modal besar dinilai menjadi penentu harga dan pemenang, sementara pelaku usaha penggilingan skala kecil dan Perum Bulog dibuat ”melongo” (Kompas, 14/3/2023).
Seperti kebanyakan di daerah lain, NTT belum mampu memproduksi beras untuk menjawab semua kebutuhan lokal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, angka produksi beras di NTT pada tahun 2022 sebesar 442.842 ton. Tingkat konsumsi beras di NTT mendekati satu juta ton per tahun. Artinya, dalam kondisi normal pun NTT defisit beras.
Hasil panen padi di NTT yang tidak ideal kali ini semakin memperparah krisis beras. Yustina Lau (42), petani dari Kabupatan Malaka, menuturkan, hasil panen dari lahan seluas 2.500 meter persegi kurang dari 500 kilogram gabah kering giling. ”Biasanya bisa tembus 1 ton,” ujarnya.
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN
Benih padi pada bedeng persemaian yang siap ditanam di areal persawahan Desa Kletek, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, Rabu (18/1/2023).
Penyebabnya hama dan minim pupuk. Mereka tidak mendapatkan pupuk bersubsidi sehingga membeli dengan harga komersial. Selisihnya bisa sampai tiga kali lipat. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 734 Tahun 2022, pada tahun 2023 ini harga pupuk bersubsidi untuk jenis urea Rp 2.250 per kilogram dan NPK 2.300 per kilogram.
Osie Merlin (36), petani dari Satarmese, Kabupaten Manggarai, menuturkan, penyebab hasil panen tidak ideal adalah bibit padi yang tidak bagus ditambah serangan hama. Di kebun mereka, hasil panen yang biasanya mencapai 40 karung beras, tetapi kini hanya 14 karung. Satu karung isinya sekitar 50 kilogram.
Kabupaten Malaka dan Manggarai merupakan sentra padi di NTT. Hasil panen yang tidak ideal di sana mewakili kondisi NTT hari ini. Namun, dikonfirmasi secara terpisah mengenai hasil panen, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan NTT Lecky F Koli membantahnya. Menurut dia, tidak ada persoalan dengan hasil panen. ”Aman,” ujarnya lewat pesan singkat.
Perkuat pangan lokal
Pemerhati masalah sosial di NTT, Max Biaedae, berpendapat, tingginya ketergantungan pada beras menyebabkan krisis beras menjadi masalah serius yang harus segera diatasi. Persoalan beras bisa merembet ke masalah ekonomi, sosial, hukum, keamanan, hingga politik.
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN
Biji jagung kering dijual di Pasar Betun di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, Jumat (20/1/2023) petang. Banyak masyarakat di daerah itu menjadi jagung sebagai makanan pokok mereka.
Di sisi lain, ia mendorong agar krisis beras dapat dijadikan momentum untuk membangkitkan kembali kekuatan pangan lokal. NTT tidak kekurangan pangan lokal. Ada jagung, ubi, pisang, dan kacang. Pangan itu tidak kalah kandungan nutrisinya dibandingkan beras. Malahan banyak kelebihan seperti rendah kadar gula.
Menurut Max, problem utama ada pada kebiasaan konsumsi. ”Istri saya sudah hampir sepuluh tahun tidak makan nasi dan dia baik-baik saja. Untuk karbohidratnya bisa diganti dengan pisang dan yang lain. Ini kan tinggal bagaimana mengolah pangan yang ada,” ujarnya.
Ia memprediksi, krisis beras berpotensi terulang di masa mendatang, bahkan dengan kondisi bisa lebih parah. Perubahan iklim yang kini mulai terasa, ke depan nanti akan lebih besar dampaknya. Musim hujan tidak menentu, produksi beras terus terganggu.
NTT yang bergantung pada beras dari luar bakal berada pada posisi yang lebih sulit. Produksi tak banyak sementara tingkat kebutuhan terus bertambah.
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN
Pedagang sayur keliling berjalan menjajakan jualannya di sisi Jalan Timor Raya tepatnya Desa Tanah Merah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Selasa (13/12/2022). Pedagang itu menggambarkan kegigihan orang miskin yang berjuang demi hidup keluarga mereka.
Per Januari 2023, jumlah penduduk di NTT sebanyak 5.514.216 jiwa. Jika ada beras pun harganya pasti mahal, tak terjangkau orang miskin. Angka kemiskinan NTT kini 20,05 persen dari jumlah penduduk.
Krisis beras yang terjadi selama dua bulan belakang memberi peringatan keras. Peringatan bahwa NTT sedang tidak baik-baik.