Proses Jurnalistik Menjadi Pembelajaran Hidup Mahasiswa
Cerita pendakian di Elbrus menjadi banyak cerita di balik berita yang disusun oleh Kompas. Kisah ini diharapkan bisa menjadi inspirasi mahasiswa atau masyarakat umum yang ingin belajar jurnalistik mendalam.
Oleh
SIWI YUNITA CAHYANINGRUM
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS-Proses jurnalistik bisa menjadi bagian dari pembelajaran hidup generasi muda saat ini. Karena itulah cerita di balik kerja jurnalistik penting untuk diketahui untuk diambil pelajarannya.
Hal itu mengemuka dalam kuliah umum bertema Jurnalisme di Balik Berita: Pendakian Gunung Elbrus, Eropa, yang diselenggarakan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya bekerja sama dengan Harian Kompas dan Kompas.id, Kamis (16/3/2023). Kuliah umum itu diselenggarakan di gedung amphitheater UINSA dan dihadiri ratusan mahasiswa dari berbagai program studi.
Kuliah umum itu menghadirkan Redaktur Pelaksana Harian Kompas dan Kompas.id Adi Prinantyo, serta Jurnalis Kompas dan Kompas.id yang berpengalaman mendaki berbagai gunung,Ambrosius Harto Manumoyoso.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Prof Dr Abdul Muhid Msi dalam sambutannya mengatakan bahwa pengalaman reportase dari para jurnalis penting dipelajari untuk membantu generasi muda mendapatkan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup.
“Mahasiswa generasi Z ini butuh suatu hal terkait inspirasi yang membantu karakter mereka menghadapi persoalan hidup di era milenial. Saat ini tantangan yang mereka hadapi jauh lebih berat dari generasi pendahulunya,” kata Abdul Muhid.
Menurut Abdul Muhid, kisah perjalanan mendaki Elbrus tak hanya dilihat dalam konteks jurnalisme semata, tapi juga inspirasi menghadapi tantangan yang ada. “Ini penting untuk bekal mahasiswa kami, substansi dari mendaki gunung itu bisa jadi bekal untuk mendaki kehidupan di era milenial yang juga seterjal gunung Elbrus,” kata Abdul Muhid.
Abdul Muhid juga menekankan bahwa mendaki gunung tak hanya untuk mencapai puncak tapi juga bagaimana melalui prosesnya. Ini penting sebagai bekal generasi muda yang sering kali disamakan dengan strawberry yang ranum namun sangat lunak kena tekanan.
Ini penting untuk bekal mahasiswa kami, substansi dari mendaki gunung itu bisa jadi bekal untuk mendaki kehidupan di era milenial yang juga seterjal gunung Elbrus
Kerja sama antara Kompas dan UINSA tambah Abdul Muhid menjadi penting karena dengan media, UINSA dapat dikenal, adapun Kompas bisa melanjutkan literasi dan berbagi ilmu tentang jurnalisme mencerahkan di era banjir informasi.
Redpel Kompas dan Kompas.id Adi Prinanto mengatakan dalam era banjir informasi ini, Kompas diharapkan bisa menjadi penunjuk arah. Karena itu, Kompas terus memproduksi berita mencerahkan dan bertanggungjawab.
"Kami tetap turunkan wartawan kami ke berbagai hal yang dianggap penting, misalnya perang Rusia dan Ukraina, juga pendakian gunung ke Elbrus".
Adi mengatakan bahwa Kompas memiliki hal pembeda dari konten berita gratis lainnya karena berita disusun komprehensif, mendalam, bahkan eksklusif.
Ambrosius Harto sebagai pemateri pendakian gunung Elbrus menggarisbawahi bahwa hal yang penting dalam melakoni tugas jurnalistik termasuk pendakian ke Elbrus adalah prosesnya.
Ia menceritakan bahwa setelah menempuh jarak yang jauh dan tinggal 200 meter lagi dari puncak, tim tak bisa melanjutkan perjalanan karena badai salju. Hari kedua Ambro harus merelakan tak bisa mencapai puncak dan harus turun ke Barrels Hut karena kondisi fisik tak lagi mendukung.
"Saya bisa nekat ke puncak dan mungkin bisa berhasil. Tapi saya bisa game over. Kalau saya game over saya tak akan bisa berbagi cerita dan pengalaman," kata Ambro.
Cerita pendakian di Elbrus menjadi banyak cerita di balik berita yang disusun oleh Kompas. Kisah ini diharapkan bisa menjadi insporasi mahasiswa atau masyarakat umum yang ingin belajar jurnalistik mendalam.