Jurnalisme data bisa membantu membedah satu kasus dengan lebih akurat dan terang.
Oleh
SIWI YUNITA CAHYANINGRUM
·3 menit baca
DOK. GRAMEDIA
Kampus UK Petra Surabaya
SURABAYA, KOMPAS-Harian Kompas dan Kompas.id berkolaborasi dengan Universitas Kristen Petra, Surabaya, dalam mengajarkan jurnalisme data bagi para mahasiswa terutama di bidang komunikasi. Kolaborasi itu bertujuan agar para mahasiswa bisa mendapatkan gambaran mendalam tentang dunia jurnalisme terkini sekaligus meningkatkan literasi digital.
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Jandy Edipson Luik PhD mengatakan jurnalisme data penting mahasiswa terutama komunikasi. Ia mencontohkan media seperti The Guardian dimana The Guardian mampu mengolah data untuk dijadikan informasi yang luar biasa. Saat ini mahasiswa UK Petra berkesempatan untuk belajar jurnalisme data dari Kompas. “Ini menjadi kesempatan yang langka,” kata Jandy.
Selama ini sebagai bahan pengajaran, Jandy memakai isu terkini yang diangkat Kompas sebagai bahan ajar. Ia berharap mahasiswa juga mendapatkan kesempatan untuk magang sesuai bidang studinya untuk memperdalam ilmu.
Kuliah jurnalisme data di Kampus UK Petra, Kamis (16/3/2023).
Redaktur Pelaksana Harian Kompas dan Kompas.id Adi Prinanto mengatakan di era digital, Kompas yang masih tetap memproduksi koran turut bertransformasi ke digital dalam bentuk Kompas.id. Meski berbeda platform namun Kompas tetap mempertahankan jurnalisme berkualitas. Bahkan dengan konten digital, cita-cita pendiri Kompas, Jakob Oetama, yang ingin mencetak koran dengan oplah 1 juta eksemplar bisa diwujudkan dalam bentuk digital. Saat ini Kompas.id telah memiliki 1,6 juta subscriber .
Adi juga menyoroti literasi Indonesia yang masih rendah. Dalam tabel penggunaan gawai, populasi gawai Indonesia ada dalam 10 negara terbanyak. Tapi berdasar tabel peduli akurasi berita, Indonesia masuk dalam 10 negara dengan kepedulian akurasi berita terendah.
“Jadi (orang Indonesia) sering pakai gawai tapi kepedulian terhadap akurasi rendah. Kompas datang ke kampus-kampus, karena salah satu pintu gerbang (perubahan) ya.. teman2 mahasiswa. Ini bagian dari evolusi yang revoluioner,” kata Adi.
Untuk memberikan kemudahan akses berita berkualitas, Kompas memberikan akses Kompas.id gratis selama tiga bulan bagi mahasiswa di berbagai kampus termasuk UK Petra.
Satrio Pangarso Wisanggeni , jurnalis Kompas yang menggeluti jurnalisme data dalam kesempatan itu juga membeberkan liputannya. Salah satunya adalah liputan yang berjudul Lebih Boros dengan Mobil Listrik. Liputan itu bersamaan dengan kampanye pemerintah yang mendorong penggunaan mobil listrik.
“Kami menghitung semua komponen mobil baik ber-BBM dan listrik dan mengkalkulasi sekaligus harga unit kendaraannya. Didapati bahwa mobil listrik masih boros karena harga unit masih tinggi jika tak ada subsidi. Akhirnya pemerintah pun membuat kebijakan subsidi kendaran listrik,” kata Satrio.
Sama halnya dengan liputan tentang Tingginya Harga Makanan Sehat, tim jurnalisme data mengumpulkan data harga makanan mulai dari harga beras, lele, buncis dan berbagai bahan makanan dari 34 provinsi dan melihat langsung daerah-daerah yang miskin.
Begitu pula ketika menulis tentang Biaya Kuliah yang Mahal, tim jurnalisme data mengumpulkan data dari 30 perguruan tinggi untuk mengetahui biaya sekolah. Mereka juga menghubungi orang-orang yang mengeluhkan biaya mahal. “Dari 28 orang yang dihubungi, hanya 3 orang yang berhasil kami wawancara,” katanya.
Jurnalisme data bisa membantu membedah satu kasus dengan lebih akurat dan terang.