Risiko Bencana di Sumsel Tinggi, Status Kantor SAR Palembang Akan Ditingkatkan
Status Kantor SAR Palembang, Sumatera Selatan, akan ditingkatkan dari Kelas B menjadi Kelas A. Peningkatan itu akan diikuti dengan penguatan personel dan penambahan peralatan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Kepala Basarnas RI Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi (kalung bunga) memeriksa kesiapan alat di Kantor SAR Palembang, Selasa (14/3/2023). Kesiapan alat dibutuhkan untuk memperkuat operasi dari tim SAR terutama di Sumsel yang kental dengan bencana yang berhubungan dengan air.
PALEMBANG, KOMPAS — Untuk mengantisipasi risiko bencana yang tinggi di Sumatera Selatan, status Kantor SAR Palembang akan ditingkatkan. Peningkatan status itu akan berdampak pada penguatan personel dan peralatan guna mendukung operasi penyelamatan di lapangan.
Kepala Kantor SAR Palembang Hery Marantika, Rabu (15/3/2023), mengatakan, melihat kebutuhan yang ada saat ini, Kantor SAR Palembang akan dinaikkan statusnya dari Kelas B menjadi Kelas A. ”Diharapkan tahun ini bisa terealisasi,” ungkapnya.
Hery menuturkan, peningkatan status itu sangat dibutuhkan karena wilayah Sumsel rentan mengalami bencana, terutama bencana hidrometeorologi. Hal ini karena Sumsel dilewati anak sungai yang sangat luas.
Setelah status kantor SAR ditingkatkan, akan ada penambahan personel dari 120 petugas menjadi 150 petugas. Tidak hanya itu, jumlah peralatan juga akan ditambah. ”Beberapa alat termutakhir akan dikirimkan untuk memperkuat operasi,” ujar Hery.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Kepala Basarnas RI Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi (kalung bunga) memeriksa kesiapan alat di Kantor SAR Palembang, Selasa (14/3/2023). Kesiapan alat dibutuhkan untuk memperkuat operasi dari tim SAR terutama di Sumsel yang kental dengan bencana yang berhubungan dengan air.
Menurut Hery, jumlah perahu karet akan ditambah dari 13 unit menjadi 15 unit. Selain itu, akan ada pengadaan mesin pendorong perahu yang lebih aman digunakan. Ada juga penambahan alat Aqua Eye yang berfungsi untuk mendeteksi benda-benda di air dengan tingkat kekeruhan yang tinggi.
Alat lain adalah underwater search device yang memiliki fungsi sama, tetapi lebih canggih karena bisa mengidentifikasi berbagai jenis benda di dalam air.
Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi mengatakan, kekurangan personel tidak hanya terjadi di Sumsel, tetapi juga di Indonesia secara keseluruhan. ”Saat ini jumlah personel Basarnas sekitar 4.029 orang, padahal kebutuhannya sekitar 9.800 orang,” katanya.
Upaya penambahan personel tidak bisa serta-merta dilakukan karena membutuhkan izin dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Meski demikian, Henri berharap, petugas di lapangan tetap bersemangat untuk menjalankan tugas karena pekerjaan ini sangat dibutuhkan kala terjadi bencana. ”Pekerjaan ini sangat penting karena berkaitan dengan kedaruratan,” ujarnya.
HUMAS BPBD SUMSEL
Banjir merendam sejumlah kecamatan di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, Kamis (9/3/2023). Akibatnya, satu orang tewas dan ratusan rumah terendam.
Untuk mengantisipasi kekurangan personel, Henri mengimbau Kantor SAR Palembang terus meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait serta memperkuat sukarelawan yang turut membantu untuk mengantisipasi bencana. ”Ada petugas potensi SAR yang bisa dilibatkan, seperti dari TNI dan Polri, Pramuka, dan beragam organisasi lain,” tuturnya.
Dia menuturkan, risiko bencana di Sumsel cukup besar, terutama berupa banjir dan kecelakaan air. ”Masih banyak kawasan sungai dan pesisir yang harus dipantau. Karena itu, personel harus ditambah,” ujarnya.
Saat ini jumlah personel Basarnas sekitar 4.029 orang, padahal kebutuhannya sekitar 9.800 orang.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengakui, risiko banjir di Sumsel memang cukup tinggi. Hal itu disebabkan risiko pasang surut air laut dan curah hujan yang tinggi. Oleh karena itu, kesiapsiagaan menghadapi bencana di Sumsel harus terus ditingkatkan, terutama di daerah yang rawan terkena bencana.
Saat ini ada beberapa daerah di Sumsel yang masih terendam banjir, seperti di Kabupaten Musi Rawas. Banjir di wilayah itu merencam tiga kecamatan sehingga membuat sekitar 8.000 warga mengungsi.