Lingkungan lereng Merapi masih kotor terpapar abu vulkanik. Di tengah kondisi tersebut, warga mulai kesulitan mendapatkan pakan ternak.
Oleh
REGINA RUKMORINI, KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi mencapai Desa Banyuroto, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (11/3/2023). Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mengalami erupsi dengan mengeluarkan 24 kali awan panas guguran pada hari itu.
MAGELANG, KOMPAS — Warga lereng Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai kesulitan mendapatkan pakan ternak karena lingkungan terpapar abu vulkanik. Mereka kemudian terpaksa memberi pakan ternak dengan hijauan kotor terkena abu, atau mencari-cari rumput, hijauan, atau jerami, sisa panen padi dari desa-desa lain di bawah, di luar kawasan rawan bencana III erupsi Merapi.
Suweno, koordinator petani dan peternak di Dusun Babadan I Desa Paten, Kecamatan Dukun, mengatakan, pada kondisi sekarang, kebanyakan warga terpaksa tetap mengambil rumput di lingkungan sekitar sebagai pakan ternak tanpa mencucinya terlebih dahulu.
”Kami terpaksa memberi ternak pakan yang kotor bercampur abu. Selain karena memang tidak ada rumput yang bersih, kami tidak mungkin mencuci hijauan terlebih dahulu karena air yang tersedia di rumah hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja,” ujarnya, Selasa (14/3/2023).
Suweno mengatakan, alternatif lain untuk mendapatkan rumput adalah dengan cara mencari dan mengambil hijauan dari desa-desa lain. Namun, karena harus berebut dengan banyak pemilik ternak, rumput yang didapatkan sering kali kurang dari kebutuhan.
Di Dusun Babadan I terdapat 566 sapi dan 15 domba. Sama seperti sapi, domba pun terpaksa diberi pakan daun-daun kering dan kotor yang terkena abu.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Kawasan permukiman di Desa Ketep, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, diselimuti abu vulkanik Gunung Merapi, Senin (13/3/2023). Sejak 11 Maret 2023 hingga hari itu pukul 12.00, Gunung Merapi mengeluarkan 61 kali awan panas guguran yang menimbulkan hujan abu vulkanik di sejumlah kawasan. Jumlah rentetan peristiwa awan panas guguran Merapi terpantau menurun sejak dimulai tiga hari lalu.
Wusono, warga Dusun Gendelan, Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, mengatakan, dia dan sejumlah peternak lain sudah berupaya mencuci hijauan sebelum diberikan sebagai pakan ternak. Namun, ternak tetap kurang berselera mengonsumsinya.
Warga kemudian berupaya memberikan pakan komboran, yang dibuat dari campuran bekatul dan ketela. Namun, menurut dia, jenis pakan tersebut kurang bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan ternak sapi.
”Sapi tetap membutuhkan rumput hijauan sebagai pakan utama. Jika terus dibiarkan seperti ini, ternak sapi pun terancam kurus kering,” ujarnya. Wusono memiliki empat sapi.
Saat kondisi sapi kurus dan terus-menerus kesulitan pakan, menurut dia, peternak pun terancam mendapatkan kerugian berlipat. Mereka pada akhirnya terpaksa menjual sapi ke tengkulak. Karena badannya yang kurus dan terlihat kurang sehat, sapi pun akan dihargai di bawah harga pasaran.
Ari Kenang Riyadi, perangkat Desa Krinjing, di Kecamatan Dukun, mengatakan, di Desa Krinjing terdapat 1.262 ternak, sebagian besar di antaranya adalah sapi.
Hijauan saat ini menjadi kebutuhan yang mendesak bagi warga karena lingkungan sekitar desa, termasuk rumput dan berbagai tanaman lain di lahan, masih diselimuti abu vulkanik dengan ketebalan 0,5-2 sentimeter.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi mencapai Desa Ketundan, Kecamatan Pakis, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (11/3/2023). Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mengalami erupsi dengan mengeluarkan 24 kali awan panas guguran pada hari itu. Sebaran abu vulkanik dari erupsi Merapi pada hari itu mencapai Kabupaten Wonosobo, Jateng, yang berjarak sekitar 33 km dari Merapi.
Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam kunjungannya ke Desa Krinjing mengatakan sudah mendapatkan keluhan dari masyarakat terkait sulitnya mencari pakan ternak yang bersih. Menanggapi hal tersebut, Ganjar telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian.
”Kementerian Pertanian sudah turun. Saya minta data hari ini segera dilaporkan ke direktorat jendral agar bisa segera mendapatkan keputusan. Saya berharap besok atau lusa sudah ada suplai pakan ternak,” kata Ganjar, Senin.
Sembari menunggu bantuan dari Kementerian Pertanian, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga akan membantu mencarikan pakan ternak. Pemberian bantuan pakan ternak dinilai Ganjar penting agar masyarakat tenang.
”Sebab, kalau (pakan ternaknya) tidak (tersedia), mereka akan mencari ke beberapa tempat. Kadang-kadang (saat mencari pakan ternak) tidak memperhatikan kondisi Gunung Merapi, (nanti) malah membahayakan,” ucapnya.
Sapi tetap membutuhkan rumput hijauan sebagai pakan utama. Jika terus dibiarkan seperti ini, ternak sapi pun terancam kurus kering.
Ganjar juga mendapatkan usulan dari masyarakat untuk menurunkan hujan buatan. Hal itu dinilai masyarakat penting untuk membersihkan lingkungan dari abu vulkanik. Usulan itu disebut Ganjar akan dipertimbangkan.
”Coba nanti dikaji dulu seberapa yang dipentingkan untuk bisa dilakukan. Kalau kita melihat juga, awannya masih banyak, untuk membuat hujan buatan sebenarnya agak mudah, coba nanti kita pertimbangkan,” tutur Ganjar.