Ratusan Warga Terdampak Longsor Tinggalkan Pulau Serasan
Sebanyak 414 pengungsi korban bencana tanah longsor meninggalkan Pulau Serasan dengan menumpang Kapal Motor Bukit Raya, Senin (13/3/2023) dini hari. Mereka hendak mengungsi sementara di wilayah lain.
Oleh
PANDU WIYOGA, YOLA SASTRA
·3 menit baca
NATUNA, KOMPAS — Sebanyak 414 pengungsi korban bencana tanah longsor meninggalkan Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, dengan menumpang Kapal Motor Bukit Raya, Senin (13/3/2023) dini hari. Para korban itu hendak mengungsi sementara di rumah saudara di luar Pulau Serasan.
Pada Minggu (12/3/2023) malam, ratusan pengungsi telah memadati dermaga Pos Lintas Batas Negara di Pulau Serasan. Sebagian besar adalah perempuan, anak kecil, dan orang tua.
Meskipun akan meninggalkan Pulau Serasan untuk waktu yang tidak sebentar, para pengungsi itu tidak membawa banyak barang. Para perempuan kebanyakan hanya menenteng dua tas yang berisi pakaian, sementara anak-anak hanya membawa sebuah mainan di tangan.
Salah satu pengungsi tersebut adalah Matsumi (54). Ia bersama suami dan dua anaknya menumpang KM Bukit Raya untuk mengungsi ke tempat saudara di Kota Tanjung Pinang, Pulau Bintan, Kepulauan Riau.
”Rumah kami hancur terkena longsor. Kami mau mengungsi di Tanjung Pinang sampai dapat bantuan relokasi rumah dari pemerintah,” kata Matsumi.
Rumah Matsumi terletak di Desa Pangkalan yang merupakan daerah paling terdampak longsor di Pulau Serasan. Data mutakhir hingga 12 Maret 2023, sebanyak 46 korban tewas telah ditemukan dan 9 korban belum ditemukan.
Penumpang KM Bukit Raya lain, Asmawati (44), mengatakan, ia hendak membawa dua anaknya mengungsi ke tempat saudara di Pulau Natuna Besar. Mereka berasal dari Desa Jermalik yang saat ini masih terisolasi akibat longsor di Desa Pangkalan yang membuat akses jalan terputus.
”Rumah kami tak kena longsor, tetapi di desa kami listrik belum hidup dan warung belum ada yang buka. Rencananya kami akan mengungsi sampai semua normal kembali,” ujar Asmawati.
Posko Tanggap Bencana dan Media Centre Pengurus Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Natuna mencatat, ada 414 warga terdampak longsor meninggalkan Pulau Serasan. Mereka menumpang KM Bukit Raya.
Dari 414 pengungsi itu, 298 orang ke Natuna, 8 orang ke Pelabuhan Midai, 38 orang ke Pelabuhan Tarempa, dan 70 orang ke Pelabuhan Kijang.
Koordinator Tanggap Bencana dan Media Centre Pengurus Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Natuna, AE Hermawan, Senin, mengatakan, hingga saat ini belum ada kebijakan dari pemerintah untuk memindahkan warga keluar dari Pulau Serasan.
”Sebanyak 414 orang ini berangkat atas keinginan sendiri. Ada keluarga di Natuna, Midai, Tarempa, dan Kijang,” ujarnya.
Kepala Pelaksana BPBD Natuna Raja Darmika mengatakan, keputusan warga untuk pergi dari Pulau Serasan punya alasan masing-masing. ”Kami hanya bisa membantu menggratiskan tiket (KM) Bukit Raya. Semoga saudara-saudara kita yang di Ranai (ibu kota Natuna) juga bisa membantu,” ujarnya.
Rumah kami hancur terkena longsor. Kami mau mengungsi di Tanjung Pinang sampai dapat bantuan relokasi rumah dari pemerintah (Matsumi)
Perpanjangan
Pemerintah Kabupaten Natuna memperpanjang masa tanggap darurat bencana longsor di Pulau Serasan selama tiga hari hingga 15 Maret 2023 untuk memaksimalkan pencarian korban. Sebelumnya, masa tanggap darurat ditetapkan tujuh hari sejak 7 Maret.
”Dalam tiga hari ini, kami akan evaluasi berapa persentase peluang korban ditemukan. Kami berharap proses ini dapat berjalan dengan lancar dan korban yang masih hilang dapat ditemukan,” kata Bupati Natuna Wan Siswandi dalam siaran pers, Minggu (12/3/2023).
Wan Siswandi juga menekankan pentingnya validasi data korban meninggal dan warga terdampak untuk penanganan pascabencana. ”Bagaimana validasi dapat dilakukan dengan akurat agar korban dapat mendapatkan haknya sebagai korban bencana,” ujarnya.
Ditambahkannya, sebanyak 147 rumah, 1 mushala, dan 1 sekolah akan direlokasi ke tempat yang bukan zona merah. Saat ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang melakukan pemetaan terkait rencana pembangunan.