Polisi Temukan Bahan Baku Petasan di Lokasi Ledakan di Kasembon, Malang
Ledakan diduga akibat petasan terjadi di wilayah Kasembon, Malang. Satu orang tewas dan tiga lainnya terluka. Ini adalah meledaknya bahan petasan kali kedua yang terjadi di Jawa Timur sisi selatan dalam sebulan terakhir.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Polisi menemukan beberapa kantung bubuk bahan baku petasan saat melakukan identifikasi atau olah tempat kejadian perkara di lokasi ledakan di rumah salah satu warga RT 007 RW 011 Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (12/3/2023).
Temuan ini memperkuat dugaan sebelumnya bahwa ledakan yang terjadi pada Sabtu (11/3/2023) sekitar pukul 18.30 itu terjadi akibat petasan. Peristiwa ini menelan satu korban jiwa dan tiga orang lainnya luka. Dua rumah lain di sekitarnya ikut terdampak dalam peristiwa ini.
Korban meninggal bernama Ahmad Hasan Rifai (18). Sementara korban luka ringan M Riski Abdullah (14), Syaifudin (11), dan satu anak balita. Menurut kesaksian warga, Hasan mengembuskan napas terakhir di rumah sakit sekitar pukul 21.30. Malam itu juga jenazahnya dikebumikan.
Kepala Kepolisian Resor Batu Ajun Komisaris Besar Oskar Syamsuddin, di lokasi, mengungkapkan, dugaan ledakan terjadi akibat bahan petasan. Terkait penyebab detailnya masih didalamil tim Laboratorium Forensik (Labfor) Kepolisian Daerah Jawa Timur.
Sebelum identifikasi dilakukan oleh tim Labfor, lokasi lebih dulu disterilkan oleh tim Pejinak Bom Polda Jatim. ”Hasil olah TKP (identifikasi) ditemukan bubuk bahan sebanyak empat kantong (sekitar 2 kilogram). Jenisnya akan diperiksa oleh Labfor. Tim juga menemukan kembang api, sendok kecil, dan beberapa temuan lain,” katanya.
Selain bahan petasan, polisi juga menemukan catatan pembuatan kembang api. Diduga korban merupakan peracik petasan. Adapun petasan yang dibuat digunakan sendiri di lingkungan sekitar, tidak untuk diperjualbelikan.
Menurut Oskar, pihaknya juga sudah meminta keterangan beberapa saksi. Informasi yang dihimpun menyatakan, berapa kali setiap tahun korban membuat petasan. ”Jadi, dugaan sementara korban membuat petasan untuk digunakan jelang Ramadhan dan Idul Fitri,” ucapnya.
Disinggung soal pemicu bagaimana bahan petasan itu bisa meledak, polisi belum bisa memastikan, termasuk apakah karena tersulut rokok atau terkena masalah lain. Semua masih akan diuji oleh Labfor.
Saat identifikasi, polisi juga menemukan dua bekas lubang dengan diameter masing-masing 50 cm dengan kedalaman 11 cm dan 49 cm dengan kedalaman 11,5 cm. Pusat ledakan ada di bagian ruang tamu.
Untuk antisipasi ke depan agar kejadian ini tidak terulang, menurut Oskar, pihaknya berkoordinasi dengan kepala lingkungan dan tokoh masyarakat setempat untuk tidak membuat petasan dengan alasan berbahaya. Masyarakat yang mengetahui adanya praktik pembuatan petasan diminta melapor.
”Pak Kepala Polda Jatim, saat terjadi peristiwa sebelumnya (ledakan petasan di Blitar), juga sudah memberikan penekanan agar kepala satuan wilayah tetap mengimbau masyarakat dan mengajak mereka untuk tidak menggunakan bahan peledak untuk pembuatan mercon,” katanya.
Polisi juga memetakan lokasi mana saja yang pernah terjadi peristiwa serupa untuk diantisipasi agar tidak terjadi peristiwa serupa. Jika ditemukan bahan petasan, akan diproses sesuai ketentuan.
Sementara itu, kesaksian salah satu warga menyatakan, ledakan setelah shalat magrib itu terdengar sangat keras. Salah satu warga yang rumahnya berjarak 100 meter dari rumah korban, Kasturi (45), menuturkan, gergaji yang ia pegang sempat terlepas saat ledakan terjadi. Saat itu, dirinya dirinya sedang berada di teras rumah.
”Saya mengira ledakan berasal dari Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin (yang ada di depan rumah). Saat itu sejumlah santri berteriak dan menunjukkan sumber ledakan ada di sisi timur pesantren, ” ujarnya.
Ini adalah peristiwa meledaknya bahan petasan kali kedua yang terjadi di wilayah Jawa Timur sisi selatan dalam sebulan terakhir.
Kasturi yang langsung menuju lokasi mendapati kondisi rumah tetangganya sudah rusak dan penuh asap dengan bau bahan petasan menyengat. Sutari mengevakuasi korban Hasan, termasuk tiga anak yang sedang nonton televisi di rumah sebelah. Ketiganya tertindih tembok.
”Saat saya evakuasi, korban masih hidup, masih ada suaranya. Salah satu kakinya patah, paha belakang sobek, bajunya luka tertimpa bangunan,” ucapnya.
Saat itu juga, menurut Kasturi, ketiga korban (kecuali anak balita), langsung dilarikan ke rumah sakit dengan mobil bak terbuka miliknya. Saat ini dua korban lainnya telah pulang, tinggal satu korban masih menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Kediri.
Ini adalah peristiwa meledaknya bahan petasan kali kedua yang terjadi di wilayah Jawa Timur sisi selatan dalam sebulan terakhir. Sebelumnya, 21 Februari lalu, ledakan bahan petasan menewaskan 4 orang, serta menyebabkan 23 orang luka dan 25 rumah rusak di Kabupaten Blitar.