Erupsi Merapi Berlanjut, Awan Panas Guguran Terus Terjadi
Erupsi Gunung Merapi di perbatasan DIY-Jateng masih berlanjut hingga Minggu (12/3/2023) pagi. Proses erupsi itu ditandai dengan terus terjadinya awan panas guguran serta guguran lava pijar yang mengarah ke barat daya.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS – Erupsi Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah masih berlanjut hingga Minggu (12/3/2023) pagi. Proses erupsi itu ditandai dengan terus terjadinya awan panas guguran serta guguran lava pijar yang mengarah ke barat daya.
Erupsi Gunung Merapi sudah terjadi sejak Sabtu (11/3/2023) pukul 12.12 WIB. Sejak saat itu, Merapi mengeluarkan rangkaian awan panas guguran. Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), hingga Sabtu pukul 24.00, telah terjadi 41 kali awan panas guguran di Merapi.
Rentetan awan panas guguran itu terekam di seismogram dengan amplitudo 30-75 milimeter (mm) dan durasi 60,2-458,6 detik. Luncuran awan panas tersebut mengarah ke barat daya atau ke arah Sungai Bebeng dan Sungai Krasak. Jarak terjauh awan panas guguran diperkirakan mencapai 4 kilometer (km) dari puncak Gunung Merapi.
Selain awan panas guguran, pada Sabtu pukul 00.00-24.00 WIB, petugas juga mengamati terjadinya 4 kali guguran lava dengan jarak luncur 1.500 meter ke barat daya. BPPTKG juga melaporkan suara guguran yang terdengar sebanyak 4 kali dengan intensitas sedang dari Pos Babadan, Kabupaten Magelang, Jateng.
Pada periode waktu yang sama, Merapi juga tercatat mengalami 163 kali gempa guguran, 12 kali gempa hybrid atau fase banyak, 6 kali gempa vulkanik dangkal, serta 50 kali gempa vulkanik dalam.
Sementara itu, pada Minggu pukul 00.00-06.00 WIB, Merapi tercatat mengeluarkan 6 kali awan panas guguran dengan amplitudo 31-70 mm dan durasi 60,9-190 detik. Jarak luncur maksimum awan panas tersebut adalah 2 km menuju ke arah barat daya. Selain itu, pada periode yang sama, di Merapi juga teramati 7 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimum 1,7 km ke barat daya.
Pada Minggu pukul 00.00-06.00 WIB, Gunung Merapi juga tercatat mengalami 25 kali gempa guguran, 12 kali gempa hybrid atau fase banyak, 6 kali gempa vulkanik dangkal, dan 1 kali gempa vulkanik dalam.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan, rangkaian awan panas guguran itu terjadi akibat longsoran material kubah lava di sisi barat daya Gunung Merapi. Saat ini, di Merapi terdapat dua kubah lava, yakni di sisi barat daya dan di bagian tengah.
Berdasarkan analisis foto udara tanggal 13 Januari 2023, volume kubah lava barat daya sebesar 1.598.700 meter kubik dan kubah bagian tengah sebesar 2.267.400 meter kubik.
Agus menuturkan, intensitas erupsi yang terjadi pada Sabtu lalu itu terhitung cukup besar sejak Merapi memasuki fase erupsi pada 4 Januari 2021. Namun, dia mengatakan, intensitas erupsi tersebut masih lebih kecil dibanding erupsi Merapi pada 27 Januari 2021. Saat itu, Merapi mengeluarkan rentetan awan panas sebanyak 52 kali.
“Erupsi ini merupakan terbesar kedua setelah erupsi 27 Januari 2021. Jadi, erupsi ini bukan yang terbesar selama krisis erupsi sejak tahun 2021,” tutur Agus dalam konferensi pers secara daring, Sabtu sore.
Pada Minggu (12/3/2023) pukul 00.00-06.00 WIB, Merapi tercatat mengeluarkan 6 kali awan panas guguran dengan amplitudo 31-70 mm dan durasi 60,9-190 detik.
Belum berubah
Hingga Minggu pagi, status Gunung Merapi belum berubah, yakni Siaga (Level III). Status tersebut telah ditetapkan sejak 5 November 2020. Selain itu, perkiraan radius bahaya erupsi Gunung Merapi juga masih sama.
Menurut BPPTKG, potensi bahaya dari erupsi Gunung Merapi berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara, radius bahaya meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Selain itu, BPPTKG juga menyebut adanya potensi bahaya berupa lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
“Masyarakat tidak diperkenankan untuk beraktivitas di daerah potensi bahaya,” kata Agus.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sugeng Mujiyanto mengatakan, belum ada imbauan bagi warga di lereng Gunung Merapi untuk melakukan evakuasi. Namun, masyarakat diminta tetap bersiaga jika sewaktu-waktu terjadi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
“Saat ini belum ada imbauan evakuasi. Masyarakat hanya diminta mempersiapkan diri dengan baik serta waspada dan tenang,” kata Sugeng pada Sabtu sore.